Rabu, 06 Mei 2015




Sejak 2005, Andris Wijaya meneruskan usaha penggilingan beras milik almarhum ayahnya yang sudah didirkan sejak 1975. Sebetulnya, usaha milik keluarga ini sudah cukup besar, lantaran kini per hari menggiling 8 ton beras dan menjual beras Garut ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta. Ditambah lagi, harga beras Garut lebih tinggi dibanding beras dari daerah lain karena memiliki banyak kelebihan. Namun, ia menyayangkan nama beras Garut yang tak menonjol dibandingkan beras-beras dari daerah lain. Kalau sudah sampai di penjual, karung berasnya selalu diganti. Inilah yang memunculkan keinginan Andris untuk mengangkat beras Garut yang punya kekhasan tersendiri. Mulanya, Andris ingin menjadikan beras Garut sebagai oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke kota itu. Tapi kalau hanya dikemas biasa, tidak ada yang menarik. Wisatawan tak akan banyak yang tahu, seperti halnya orang Garut sendiri.

Andris lalu ingat angka 1001 yang menurutnya memiliki filosofi unik. Maka, ia memutuskan produk yang dibuatnya haruslah out of the box. Dengan modal beras Garut yang digiling dengan mesin yang sudah dimodifikasi, jadilah beras yang bisa digiling 3 kali sekaligus langsung dicuci 3 kali, sehingga beras jadi bersih dan langsung bisa dimasak. Andris jadi berpikir, berarti bisa dijadikan nasi instan seperti halnya mi instan. Lalu, ia pun membuat produk dengan mengadaptasi mi instan, di mana di dalamnya ada pula bumbu dan rempah. Lantaran yang terkenal dari Garut adalah nasi liwet, Andris lalu belajar membuat nasi liwet dari kakaknya yang memang menjualnya. Dengan coba-coba, ia juga belajar mengeringkan bumbu dan rempah yang menjadi bahan baku nasi liwet instan. Setelah berkali-kali mencoba dan mendapatkan komposisi resep yang pas, ia membeli nasi liwet yang dikenal terenak di Garut, lalu membandingkan rasanya. Setiap orang yang bertamu ke rumahnya diminta mencoba kedua nasi itu sekaligus, tanpa Andris menyebutkan bahwa salah satunya nasi liwet buatannya.


Ternyata, semua lebih menyukai nasi liwet Andris. Ia lalu memproduksi nasi liwet instan untuk menjadi oleh-oleh khas Garut. Ia mengerjakan sendiri dibantu temannya. Awalnya, ia memproduksi 50 bungkus. Namun, ketika bermaksud menitipkannya ke toko oleh-oleh, Andris ditolak dengan berbagai alasan. Tak mau patah arang, Andris datang ke kantor-kantor instansi untuk menawarkan produknya. Bahkan sambil berolahraga di tempat fitness pun, Andris nekat membawa penanak nasi (rice cooker) dan memasak nasi liwetnya di sana. Tak pelak, aromanya yang wangi memenuhi ruangan dan membuat banyak orang penasaran. Mulailah Andris mendapatkan pesanan. Ia juga rajin mensponsori nasi liwet di acara makan siang bersama di instansi-instansi pemerintah yang diadakan tiap Jumat di Garut. Syaratnya, ia harus dibolehkan menanak nasi liwet di ruangan kantor, sambil menjelaskan visi dan misinya.

Sejak itu, banyak orang yang mulai menerima nasi liwetnya. Ia juga mulai diajak pameran oleh berbagai pihak. Ketika pertama kali diajak pameran di Lapangan Gasibu, Bandung, banyak media meliputnya. Dari situlah, makin banyak orang mengenal nasi liwet 1001. Toko-toko yang dulu menolaknya bahkan berdatangan ke rumah, minta dipasok. Kini, Nasi Liwet 1001 tak hanya dipasarkan lewat distributor, reseller di berbagai daerah dan toko oleh-oleh, melainkan juga ritel modern. Bahkan, diekspor pula sampai ke Dubai. Bahkan saat ini Andris juga sedang dalam persiapan untuk ekspor ke Jepang. Andris pun mendapat pelatihan dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Mengurus barcode pun ia dibantu Kementerian Perdagangan secara gratis. Sebelum mengeluarkan produk, ia tak lupa mengurus PIRT terlebih dahulu. Tapi ternyata ia sadar, PIRT saja tidak cukup, maka dari itu ia lalu mengurus izin halal dengan biaya sendiri.


Sementara kandungan gizi Nasi Liwet 1001 ia lakukan tesnya di Universitas Padjajaran dan Universitas Pasundan, Bandung. Kini, ia berencana meminta izin ke BP POM, karena usahanya tak lagi sebatas lingkup UKM. Dalam sehari,  ia memproduksi 2000 bungkus nasi liwet dengan harga Rp 20.000 ukuran 250 gram dan Rp 30.000 ukuran 500 gram. Untuk varian, Nasi Liwet 1001 yang awalnya memiliki tiga varian yaitu jambal, jengkol, dan pete, kini memiliki varian cumi, teri, original, dan pedas. Tak hanya itu, Andris kini juga memproduksi nasi kuning dan nasi uduk warna instan. Andris menjelaskan, memasak nasi liwet itu sangat gampang. Tinggal masukkan semua bahan, tambahkan air, lalu masak di magic jar. Kalau nasi liwet biasa memakan waktu 45 menit, nasi liwet instan ini hanya butuh waktu 15 menit. Untuk mendukung usahanya, Andris kini membutuhkan delapan kuintal beras per hari.





0 komentar:

Posting Komentar