Kreativitas anak muda bernama lengkap Tommi Jenan ini memang patut diapresiasi. Lewat tangan dinginnya, pria kelahiran 28 Agustus 1981 ini memberi nafas baru pada kuliner tradisional. Berawal dari ketertarikannya dan istri pada kuliner, yang akhirnya mendorongnya untuk membuat usaha kuliner di tahun 2014. Kebetulan, sang istri memang mahir memasak, sementara Tommi mengaku memiliki taste yang bagus. Berdua, mereka pun mengeksplorasi kuliner tradisional yang menghabiskan waktu 3 bulan. Mereka sepakat untuk 'mengubah' makanan tradisional. Tidak menutup mata, menurut mereka, anak-anak muda sekarang lebih menyukai makanan western. Sementara makanan tradisional atau lokal dibunuh pelan-pelan.
Tak heran jika Tommi mengaku kerap menemukan anak muda yang tidak mengenal makanan-makanan tradisional. Mereka tidak tahu, bahwa dulu untuk merasakan makanan yang enak itu butuh waktu. Mulai dari menyiapkan bahan-bahannya, kemudian dimasak dan dihidangkan itu ada proses yang panjang. Tidak mudah dalam membuat makanan berkualitas dan bercitarasa tinggi. Saat membuka Gulo Jowo, Tommi nekat menentang arus. Ia membuat usaha ini karena ingin melestarikan penganan tradisional. Bulan Desember 2014 ketika ia dan sang istri mulai membuka usaha, sebulan lebih sepi pelanggan. Yang datang paling hanya tiga orang, itupun teman-temannya sendiri yang sengaja ia undang untuk datang.
Usaha ini, menurut Tommi, juga tidak sekadar untuk memenuhi pundi-pundinya. Karena, selain ingin melestarikan warisan kuliner, usaha ini juga menjadi pintu rezeki bagi pedagang lokal yang menjual bahan-bahan untuk penganannya. Jadi, yang terbantu dengan membeli makanan di Gulo Jowo cukup banyak. Karena Tommi membeli bahan-bahannya di pasar tradisional, yang pedagangnya membeli langsung dari petani. Karena sepi, Tommi lalu mencoba peruntungan dengan memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk mempromosikan usahanya. Ia juga memberikan edukasi seputar makanan tradisional. Bisa dari sejarahnya sampai bahan yang digunakan. Misalnya tajen, banyak orang yang tidak tahu kalau itu dibuat dari air cucian beras. Akhirnya, semakin lama, semakin banyak yang mengerti akan visi dan misinya. Dan ternyata, promosi lewat media sosial hasilnya efektif,
Gulo Jowo, dipilih Tommy menjadi nama usahanya karena hampir semua hidangan yang ada di tempat ini menggunakan Gulo Jowo atau Gula Jawa. Apalagi keberadaan Gula Jawa saat ini sudah langka, karena tidak ada yang membeli. Bukan hanya itu, yang membuat Tommi prihatin, bahkan pelajar SMA di kota Solo pun tidak ada yang mengenal apa itu gula jawa. Dan satu lagi yang membuatnya prihatin adalah kebiasaan anak-anak muda yang enggan minum air sumur. Mereka lebih memilih minum air mineral kemasan. Padahal, dulu sebelum ada air mineral kemasan, air yang diminum sehari-hari adalah air sumur. Meski sudah dijelaskan bahwa air sumur itu sudah direbus sehingga aman, tapi dari 10 pelanggan yang mau hanya 2 orang saja.
Demi menarik minat anak muda, Tommi berkreasi dengan menampilkan makanan tradisional dengan tampilan modern. Pelan tapi pasti, usahanya pun semakin dikenal. Dari awalnya hanya berupa warung tenda, sekarang ia sudah bisa menyewa kios permanen. Total sekarang ada 24 jenis makanan dan minuman yang disediakan. Dari semua makanan itu, kata Tommi, yang paling susah dibuat adalah getuk. Untuk menemukan format getuk dengan citarasa masa lalu yang tepat ternyata sangat susah. Setelah menemukan racikan yang tepat, Tommi segera mencatat dan mendokumentasikannya.
Salah satu makanan favorit di Gulo Jowo adalah botok. Tommi juga mengaku susah mencari orang yang menjual botok sekarang. Di tempatnya, Tommi menghadirkan botok yang berbeda, yaitu botok tuna. Untuk menemukan resep yang pas juga butuh waktu, walau kadang gagal, tapi ia tidak putus asa. Menurut Tommi, makanan tidak sekadar enak di lidah, tapi juga enak dilihat. Jadi, ia juga memikirkan bagaimana penyajiannya.
Selain itu, kata Tommi yang juga seorang perajin kayu ini, hanya di Gulo Jowo bisa ditemukan makanan tradisional bernama klepon yang sudah dimodifikasi. Dari jaman dulu klepon selalu diisi gula jawa, tapi di tempatnya ia hadirkan klepon dengan isian keju dan buah dengan rasa stroberi atau melon. Kalau dulu waktu pertama kali diperkenalkan hanya laku dua atau tiga porsi, tapi sekarang sudah laku sampai puluhan porsi per hari. Makanan langka lain yang mungkin hanya dapat ditemukan di Gulo Jowo adalah ande-ande lumut. Untuk mengetahui apa yang dimaksud makanan itu, Tommi mempersilahkan untuk datang dan mencoba langsung ke tempatnya.
SAMBAL ROA JUDES adalah salah satu sambal dengan citarasa terbaik di Indonesia. Kehebatan rasa sambal ini pun bahkan sudah melanglang dunia karena digemari pula oleh masyarakat luar negeri. Terbuat dari bahan-bahan berkualitas dengan bahan utama ikan Roa yang khusus didatangkan dari Manado, Sulawesi Utara. Sambal siap saji ini dibuat dengan kemasan food grade (135 gram), tahan lama, cocok untuk teman bepergian atau oleh-oleh. Nikmat disantap dengan jenis lauk apa pun, yang pastinya akan menambah nafsu selera makan anda. Pemesanan Sambal ROA JUDES untuk wilayah Jakarta, hubungi Delivery SAMBAL ROA JUDES, melalui sms/whats app 085695138867. Pin BB : 5F3EF4E3.
BalasHapus