Kamis, 06 Maret 2014




Di Indonesia, minyak kayu putih sudah sejak lama menjadi pusaka herbal yang diwariskan turun temurun. Khasiatnya yang beragam serta aromanya yang khas membuat minyak kayu putih banyak disukai masyarakat dari berbagai kalangan. Setelah sekian lama hanya dikenal sebagai minyak gosok, kini ekstrak kayu putih hadir dalam bentuknya yang baru dan unik, yakni dalam bentuk permen.

Sang inovator permen kayu putih adalah Hanny Wijaya, dosen sekaligus peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Hanny menceritakan, ide nyeleneh-nya itu berawal ketika beberapa tahun silam dia kerap bolak-balik ke luar negeri untuk keperluan akademis. Setiap kali berpikir membawakan oleh-oleh untuk teman dan koleganya di luar negeri, Hanny selalu kebingungan mencari barang yang unik khas Indonesia dengan harga murah sekaligus praktis.

Sejak saat itu, dengan insting seorang akademisi dan peneliti, Hanny terus terpikir alternatif produk yang bisa dia ciptakan. Di saat yang bersamaan, Hanny terkenang masa kecilnya bersama sang nenek. Ketika itu, bila Hanny mual atau masuk angin, neneknya biasa meneteskan minyak kayu putih ke air hangat dan menyuruh dia meminumnya.

Belakangan, Hanny berpikir bahwa minyak kayu putih yang diteteskan ke air minum tidak cukup aman karena telah ditambahkan berbagai zat kimia. Dari sana dia mulai membayangkan kemungkinan mengolah kayu putih menjadi obat yang sehat dan aman. Maka, pada 1996, Hanny memulai penelitiannya terhadap kayu putih atau tanaman yang memiliki nama Latin Melaleuca cajuputi itu.

Kini, menjelang dua dekade sejak penelitian Hanny yang perdana, telah hadir sebentuk permen dari ekstrak kayu putih yang telah diganjar sejumlah penghargaan dari dalam dan luar negeri. Penghargaan tersebut diantaranya adalah Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa (AKIL) dari enam kementerian Republik Indonesia pada 2012 serta pengakuan sebagai ASEAN Food Product pada ajang 13th ASEAN Food Conference di Singapura pada 2013 lalu. Selain penghargaan, Hanny pun kini sering diundang ke berbagai seminar dan konferensi dunia untuk mempresentasikan inovasinya itu.





Tak puas hanya sekadar mendapat penghargaan, perempuan berpredikat profesor ini kemudian mencoba peruntungan bisnis dari produk ciptaannya. Mula-mula, permen kayu putih Hanny diproduksi dalam skala rumah tangga pada 2003 dengan kemasan yang sangat sederhana. Tadinya, Hanny sempat ragu akan banyak orang yang menyukai permen buatannya karena memiliki rasa dan aroma kayu putih yang kuat. Namun, di luar dugaannya, ternyata tidak sedikit masyarakat yang menggemari permennya itu, termasuk kawan dan koleganya di luar negeri.

Bermodalkan keyakinan serta sokongan dari almamaternya, IPB, permen kayu putih kreasi Hanny yang diberi merek dagang Cajuputs Candy dipromosikan ke sejumlah perusahaan makanan nasional. Harapannya, Cajuputs Candy bisa diproduksi dan dipasarkan secara luas.

Sayang, presentasi Hanny selalu berujung pada pertanyaan, “ Apakah masyarakat akan suka ? Apakah sudah ada penelitiannya ?”. Penolakan demi penolakan yang dia alami semakin lama membuatnya bosan. Merasa telah menghabiskan energi percuma, tersulutlah motivasi di hatinya untuk membuktikan bahwa permen kayu putih kebanggaannya itu bisa diterima masyarakat luas.

Pada 2006, berbekal uang Rp 5 juta dari uang tunjangannya sebagai guru besar, Hanny melangkah sendiri memproduksi permennya dalam skala industri. Ketika itu, tak kurang dari 80 kilogram (kg) permen diproduksi. Hanny mengaku punya kisah menarik tentang salah seorang penggemar permennya. Di suatu pameran produk, ketika dia dan timnya membuka stand, datang seorang pria yang menunjukkan gelagat aneh. Pria itu berulang kali datang ke stand Hanny demi mencicipi permen kayu putih yang sengaja dihidangkan di meja. Ketika ditanya, si pria akhirnya mengaku bahwa dia seorang prajurit penjaga di Istana Bogor. Prajurit itu menyukai permen Hanny karena menurutnya ampuh mengusir nyamuk di sekitar wajahnya ketika berjaga. Permen itu telah menjawab kesulitannya melawan nyamuk karena tidak boleh banyak bergerak ketika berjaga dalam posisi berdiri siaga.





Dijelaskan Hanny, Cajuputs Candy kreasinya memiliki sejumlah manfaat sehingga disebut permen fungsional. Siapa yang menyangka, sebutir kecil Cajuputs Candy memiliki begitu banyak khasiat, di antaranya untuk menyegarkan pernafasan, melegakan dan menghangatkan tenggorokan, menjaga kesehatan gigi, mencegah sariawan, hingga menjauhkan kulit dari gigitan serangga.

Menurut Hanny, pembuatan Cajuputs Candy tergolong sederhana. Cukup dengan memanaskan air hinga mendidih, lalu tambahkan ekstrak kayu putih, gula pasir, glukosa, serta bahan lainnya. Hanny menjelaskan, ekstrak kayu putih yang dia gunakan berasal dari tanaman kayu putih di Pulau Buru, Maluku. Menurutnya, sejauh pencariannya, kayu putih Pulau Buru merupakan yang terbaik di Nusantara.

Kini, Cajuputs Candy telah dipatenkan dan mendapat izin edar dari BPOM RI serta mendapat sertifikat halal dari MUI. Saat ini pula, meskipun dalam jumlah yang terbatas, Cajuputs Candy juga sudah diproduksi dalam skala industri. Terakhir, sejumlah perusahaan rekanan memproduksi Cajuputs Candy sebanyak sepuluh ton, serta membantu memasarkannya.





Pelan tapi pasti, Cajuputs Candy mulai banyak dikenal orang karena mulai dipasarkan di gerai-gerai produk kreatif, termasuk beberapa yang dimiliki IPB, di beberapa kafe, serta di sejumlah hotel di Kota Bogor. Ditanya soal omzet, Hanny mengaku belum memiliki laporan terbaru dari penjualan Cajuputs Candy yang ditangani sebuah perusahaan rekanan.

Hanny memberi gambaran, dari satu gerai produk kreatif IPB, Serambi Botani, dalam setahun, omzet Cajuputs Candy mencapai lebih dari Rp 40 juta. Dan hingga saat ini, omzet penjualan produknya selalu stabil dan permintaan cenderung meningkat. Namun, Hanny memberi catatan bahwa kendala yang dia hadapi sejauh ini terletak pada aspek pemasaran. Diakuinya, pemasaran yang dilakukan dia dan tim masih kurang memuaskan.

Setelah berhasil memperkenalkan produk Cajuputs Candy dengan rasa asli atau original, varian terbaru yang telah dikembangkan Hanny adalah Cajuputs Candy nonsukrosa dengan rasa buah. Varian yang pertama memang dimaksudkan untuk pasar yang menyukai rasa dan aroma kayu putih yang kuat. Sedangkan, produk yang kedua diperuntukkan bagi mereka yang kurang begitu suka rasa dan aroma kayu putih. Selain itu, varian Cajuputs Candy nonsukrosa juga dimaksudkan untuk mereka yang menghindari konsumsi gula.

Lalu, apa yang membedakannya dengan permen-permen herbal yang sudah beredar lebih luas di pasaran ? Hanny meyakinkan bahwa produknya tersebut otentik dan khas Indonesia. Hal itu persis seperti yang dia harapkan, bahwa suatu saat nanti permen kayu putih akan menjadi bagian dari ikon Indonesia.


____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI
BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau  KLIK DI SINI

0 komentar:

Posting Komentar