Tak ada keinginan yang tak terwujud tanpa sebuah kerja keras. Hal itulah yang dibuktikan Ryan Ogilvy, sebagai make up artist. Hasil polesan tangan Ryan sudah diakui berbagai kalangan termasuk para selebritis. Tak heran bila akhirnya ia menjadi salah satu penata rias profesional yang jadwalnya cukup padat. Namun, siapa mengira cerita di balik sukses Ryan terbilang berliku. Dulu, saat masih tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, keluarganya boleh dikatakan sangat sederhana, bahkan tidak mempunyai televisi. Jadi hiburannya hanyalah tabloid dan majalah. Entah mengapa, Ryan mengaku sangat tertarik dengan majalah wanita, terutama bagian cover-nya. Sejak itu, ia berpikir ingin bisa bekerja di media dan melihat proses pembuatan sebuah cover majalah.
Rasa tertarik
akan hal tersebut lantas membawa Ryan meriset pekerjaan di balik semua itu.
Termasuk cara bertahan hidup jika dirinya hijrah ke Jakarta. Yang ia ketahui,
orang yang bekerja untuk membuat cover
majalah pasti profesinya stylist, make up artist, fotografer, dan model.
Dan demi tujuannya tercapai, saat kelas 2 SMA ia mencoba mengikuti pemilihan coverboy sebuah majalah remaja. Singkat
cerita, ia pun lolos bahkan terpilih sebagai terfavorit. Puas menang, Ryan
kembali ke Pontianak. Tapi, suatu hari ia kesengsem dengan ponsel baru milik
temannya. Karena ingin memiliki ponsel serupa, Ryan pun nekat datang lagi ke
Jakarta untuk bekerja dengan hanya berbekal uang Rp 500.000. Tentu saja
keputusannya itu ditentang keluarganya. Namun, Ryan yang mengaku nilai
akademisnya merosot tajam lantaran mengejar mimpinya ini, tetap nekat berangkat.
Di Jakarta, ia
menyewa kamar kos. Saat di tempat kosnya itu, ia sering melihat artis
Krisdayanti dan Inul Daratista sedang berbelanja di butik desainer yang
letaknya tak jauh dari kos. Ryan yang butuh uang pun coba-coba melamar kerja di
sana. Ia lalu belajar menjahit, memayet, mengukur busana klien, termasuk para
artis papan atas. Namun, satu tanya terbersit di benaknya, mengapa para artis
perempuan yang sering ditemuinya, meski sudah cantik tapi harus memakai make up yang begitu tebal ? Dari
situlah, Ryan mulai berpikir untuk menjadi seorang make up artist agar bisa memoles sempurna wajah perempuan, tapi
terlihat natural. Ryan menyebutnya, flawless.
Ryan pun
mengikuti kursus tata rias di tahun 2005. Di sela-sela kursus, ia bekerja di
sebuah perusahaan kosmetik dari Australia. Beruntung, ia sempat dikirim ke
Hongkong untuk mendalami bidang tersebut selama 3 bulan. Kembali ke Jakarta,
Ryan lalu bergabung di sebuah majalah remaja. Ternyata hasil riasannya disukai.
Malah langsung dipercaya untuk terlibat pemotretan cover. Artis pertama yang ia dandani saat itu adalah Sigi Wimala.
Di media tersebut Ryan bekerja selama 2 tahun.
Suatu hari,
Ryan mendapat kesempatan memoles wajah aktris idolanya, Dian Sastrowardoyo.
Lantaran merasa cocok, Dian pun meminta Ryan untuk mengikuti proses shooting film yang tengah dilakoninya
saat itu. Tanpa pikir panjang, Ryan langsung menerima tanpa memikirkan soal
berapa bayarannya. Saat itu ia hanya percaya, kalau ingin fokus pada satu hal
jangan berharap lebih, cukup jalani dengan ikhlas hingga nanti pasti ada hal
baik yang datang dengan sendirinya. Berikutnya, Ryan pun mulai banyak bekerja
sama dengan artis lain seperti Sandra Dewi, Acha Septriasa, Shireen Sungkar,
dan Shandy Aulia untuk pemotretan mereka. Ada juga yang mengajaknya bekerja
sama untuk menggarap iklan. Bagi Ryan, Dian Sastrowardoyo dan Sandra Dewi
adalah orang yang sangat berjasa untuk membuka jalan profesinya sekarang ini.
Saat bekerja
di majalah memang membuat link Ryan
semakin terbuka lebar. Namun, karena ingin mandiri, Ryan lalu membuat portfolio hasil riasannya di sebuah website. Dan kini Ryan mengaku
permintaan untuk menjadi make up artist
semakin banyak. Bahkan ia sudah mendapat
bayaran 10 kali lipat dari honornya saat pertama kali. Bila mengingat lagi
perjalanan kariernya, dulu ia memang sempat berdoa agar Tuhan memberikannya
satu klien selebritis terkenal, dan ternyata Tuhan memberikannya lebih. Ryan
pun bersyukur dengan pencapaiannya saat ini. Dan ia juga tidak risau dengan
adanya orang yang berprofesi serupa dengan dirinya. Ia sama sekali tidak
memikirkan soal kompetisi. Karena percaya Tuhan sudah menempatkan rezeki
masing-masing sesuai dengan porsinya. Yang penting, profesi ini harus ia jalani
dengan cinta, bukan melulu karena uang.
0 komentar:
Posting Komentar