Orang daerah
tidak melulu mengandalkan usaha tani dan peternakan sebagai penambah
pundi-pundi rupiah. Jenis usaha bidang fashion
pun cukup menjanjikan, bahkan membuka pemberdayaan pemuda-pemuda di lingkungan
sekitar. Hal tersebut dipraktikkan seorang guru madrasah asal Kampung Cibeber,
Desa Pasirpogor, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat,
bernama Jajang Nasri. Ia merintis usaha pakaian sejak Juni 2013, dimulai dengan
memasok pakaian seragam pramuka untuk anak sekolah di kawasan Jawa Barat dan
sekitarnya. Seragam yang ia jahit istimewa, sebab mengandalkan kualitas bahan
serta jahitan. Namun, dengan harga di bawah rata-rata pasar. Dari seragam,
bisnisnya kemudian merambah ke baju koko guna memenuhi kebutuhan Lebaran di daerah.
Jajang Nasri
mengaku, sebetulnya ia sama sekali tidak memiliki latar belakang di bidang
jahit menjahit. Ia selama ini lebih banyak berkecimpung di bidang bongkar
pasang elektronik. Istrinya menjadi pendorong utama, setelah ia mengutarakan
peluang bisnis di bidang pengadaan seragam pramuka untuk anak-anak madrasah di
sekolahnya. Karena ia melihat baju seragam yang ada di pasar kebanyakan tidak
sesuai dengan keinginan anak-anak sekolah. Berdasarkan hasil riset, kebanyakan
siswa madrasah menginginkan seragam pramuka yang longgar tapi nyaman dipakai.
Menjawab kebutuhan konsumen tersebut, ia pun mengajukan diri kepada pengurus
sekolah untuk memasok seragam sesuai keinginan siswa. Bukan hanya akan nyaman
dipakai, tapi tampilan seragam juga didesain modis tanpa mengabaikan ciri khas
umum pakaian pramuka.
Ketika
menerima order menjahit seragam pertama kali, ia mengandalkan modal kepercayaan
konsumen serta uang tabungan Rp 5 juta. Uang tersebut dibelanjakan untuk
membeli bahan kain berkualitas bagus. Menemukan satu kain terbaik pun butuh
riset dan survei langsung ke pasar. Proses tersebut ia jalani di sela-sela
kesibukannya mengajar di sekolah. Ia mengupayakan agar kesan pertama konsumen
tidak mengecewakan. Jika pelanggan puas, order akan berkelanjutan dengan kuota
pemesanan berlipat. Penjagaan kualitas juga tidak dibarengi dengan pemasangan
harga yang melambung. Justru biaya produksi dan operasional ia desain sehemat
mungkin. Jangan sampai ada banyak modal dan waktu yang terbuang sehingga beban
kerugian ditimpakan pada konsumen.
Pada produksi
perdana sebanyak 200 rok seragam, para siswa mengaku puas dengan hasil jahitan
Nasrie Collection. Sistem pemesanan dilakukan setiap musim tahun ajaran baru
tiba. Hasil efisiensi berbuah harga produk yang lebih rendah dari rata-rata
pasar, namun kualitasnya bersaing. Menginjak tahun ketiga usaha, Nasrie
Collection telah memiliki pelanggan di empat sekolah yang setiap tahun
mengorder dalam jumlah banyak, juga pelanggan lainnya yang kerap memesan
seragam secara satuan. Setiap sekolah biasanya mengorder sekitar 300 potong
seragam. Modal per satu setel seragam, termasuk pemasangan atribut seragam, ia
menghabiskan sekitar Rp 60 ribuan. Seragam jadi lantas dijual dengan harga Rp
85 ribu hingga Rp 90 ribu. Harga tersebut jauh lebih rendah daripada harga
pasar yang membanderol harga seragam pramuka Rp 120 ribuan.
Usaha Jajang
bukannya tanpa kendala. Memproduksi dalam jumlah banyak terkadang dibarengi
dengan kasus salah ukuran ketika barang disebarkan. Ketika hal tersebut terjadi,
ia harus siap mengganti barang tersebut, jangan sampai konsumen dikorbankan.
Baginya, penggantian barang bukan berarti rugi. Justru barang yang saat ini tak
terpakai dapat menjadi aset dan bisa digunakan untuk pelanggan berikutnya yang
ukurannya sesuai. Jadi seperti tukar menukar pakaian saja. Pastinya, suatu saat
nanti seragam yang salah ukuran di tubuh A, bisa menemukan lagi badan yang
cocok di kemudian hari.
Alasan terkuat
Jajang terus mempertahankan bisnis membuat baju yakni para karyawan. Semuanya
berjumlah enam orang. Dua di antaranya merupakan tenaga ahli yang mendesain
master baju, melakukan pengecekan, dan membantu merealisasikan inovasi usaha
lainnya semisal merancang model baju koko. Sistem kerja di Nasrie Collection
berdasarkan order. Jadi, pekerjan di desa tidak terganggu karena order tak
datang sepanjang waktu. Ada pula karyawan yang sudah jompo tapi masih semangat
berkarya untuk mengisi waktu luang. Jajang merangkul semuanya lantas membagi
tugas, siapa yang menjahit, memotong kain, memasang kancing, menggosok, dan
melakukan pekerjaan detail lainnya.
Jajang lantas
memperluas bidang bisnisnya ke produksi baju koko sejak enam bulan sebelum
Ramadhan 2016. Ide tersebut muncul ketika ia melihat banyaknya orang-orang desa
yang membelikan baju koko untuk Lebaran bagi saudara-saudaranya. Ia berpikir,
kenapa tidak menjadi pemasok, daripada orang-orang desa repot membeli ke kota.
Selain itu, baju koko yang dibeli di kota harganya cukup mahal dan menghabiskan
ongkos perjalanan.
Sama seperti
ketika memulai produksi seragam, ia juga mulai melakukan survei harga baju koko
di sejumlah mal dan pasar. Targetnya, ia ingin menjahit baju koko dengan harga
di bawah pasar, namun tetap modis dan mengikuti tren. Ia merogoh uang Rp 15
juta untuk modal produksi 300 potong baju koko. Biaya produksi bisa ditekan
sampai Rp 60 ribu per potong. Ciri khas baju koko karya Nasrie Collection
memiliki desain simpel dan motif yang tidak muluk-muluk. Pemilihan warna kain
untuk baju koko juga kebanyakan kalem, adem, sehingga terkesan cool bagi pemakainya. Segmentasi pasar
yakni kalangan muda hingga dewasa. Harga baju koko dibanderol beragam. Tapi
jangan sampai dijual di atas Rp 110 ribu per potong.
Saat ini
Nasrie Collection menyimpan aset hingga Rp 28 juta dan terus melakukan
perputaran barang dan modal. Menurut Jajang, baju itu tidak seperti makanan,
tidak basi, bisa dijual kapan saja, jadi yang penting adalah tinggal terus
memodifikasi untuk menarik perhatian konsumen. Setelah pakaian seragam maupun
baju koko jadi, ia beserta istri yang turun tangan dalam proses promosi dan
distribusi pakaian. Ia memiliki jaringan antar guru dan murid serta teman-teman
yang tertarik di bidang bisnis. Sedangkan sang istri memiliki banyak relasi di
bidang kedokteran gigi. Pemasaran pun masih mengandalkan relasi dan penyebaran
informasi dari mulut ke mulut. Ke depan, ia ingin merambah sistem promosi via online agar pemasaran lebih meluas. Saat
ini, ia baru mengandalkan promosi online
via media sosial akun pribadi, seperti facebook
dan BBM. Nantinya ia akan membuat website
khusus.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMantaaap kang Jajang....mugia barokah dan terus maju..aamiin yaa robbal alamiin
BalasHapusMantaaap kang Jajang....mugia barokah dan terus maju..aamiin yaa robbal alamiin
BalasHapus