BIGSON ALANDRO : Kisah Dibalik Sukses Pernikahan Impian Para Selebriti.

Laki-laki ini berada di balik layar kemegahan pernikahan artis seperti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Nabila Syakieb dan Reshwara Argya Radinal, serta Fachri Albar dan Renata. Ya, pekerjaannya sebagai seorang wedding organizer, membuat Bigson Alandro siap repot untuk mewujudkan pernikahan impian para kliennya.

Awalnya, Bigson bercita-cita ingin menjadi diplomat. Ia pun memilih kuliah di jurusan Hubungan Internasional untuk mewujudkan hal itu. Namun nyatanya, setelah lulus, ia justru menekuni pekerjaan sebagai Wedding Organizer (WO). Kendati harus melupakan cita-cita sebagai diplomat, toh, Bigson mengaku justru lebih bahagia dengan profesinya sekarang. Ia merasa bahagia dan puas jika bisa mewujudkan pernikahan impian para pengantin melalui Big Enterprise dan Son Enterprise, yang didirikannya sejak 2005.

Bukan perkara mudah membesarkan WO miliknya hingga menjadi langganan para pesohor. Apalagi ia merintisnya dari bawah, yaitu bekerja sebagai freelancer di sebuah perusahaan WO pada tahun 2000 sampai tahun 2005. Selama proses itu, ia bisa mendengar beragam alunan musik pengiring pesta, melihat dekorasi yang bagus, mengasah selera, dan bertemu dengan orang banyak. Berbekal pengalaman dan passion membuat pengantin bahagia di hari besarnya itulah, yang kemudian mengantarkan Bigson berhasil menangani pernikahan ratusan pasangan pengantin.

Untuk urusan profesionalisme, Bigson bahkan tak pandang bulu dalam menerima pekerjaannya. Dari pernikahan yang terlaksana di gang sempit oleh warga biasa, hingga wedding di hotel mewah dari kalangan keluarga pejabat maupun selebriti kenamaan di Tanah Air, pernah ia kerjakan. Pria kelahiran Rejang Lebong, Bengkulu, ini mengatakan setiap wedding selalu memiliki ciri khas. Artinya, selalu ada hal-hal yang membuat perbedaan dengan wedding sebelumnya, tergantung karakter pengantin, keluarga, maupun panitia acaranya.

Soal karakter, kalau merupakan bagian dari tradisi biasanya harus diwujudkan. Dan tugas Bigson adalah merangkul semua panitia yang terlibat agar bisa bersinergi, dan tidak ada yang one man show pada hari pernikahan. Bigson memisalkan, saat dipercaya sebagai WO pada pernikahan artis Nabila Syakieb dan Reshwara Argya Radinal yang berlangsung di Hotel Ritz Cartlon, Desember 2015. Nabila yang berasal dari keluarga Arab, maka tradisi Arab harus dibawa ketika membuat pesta pernikahan. Tradisi semacam ini bisa dilakukan seluruhnya atau sebagian, tergantung keinginan pengantin maupun keluarganya. Saat itu, keluarga Nabila menginginkan nuansa budaya Arab saat akad nikah saja, sementara resepsinya lebih internasional. Ini berbeda dengan acara pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita yang memilih pernikahan dengan tradisi Jawa. Bigson mengaku, dirinya sudah cukup berpengalaman melaksanakan wedding hampir semua tradisi di Tanah Air.

Apa yang terlihat oleh tetamu yang hadir saat acara pernikahan, menurut Bigson, merupakan gambaran dari keinginan pengantin dan keluarga, sekaligus merupakan hasil eksekusi tentang bagaimana sebuah WO mewujudkan impian pengantin. Mulai dari undangan yang dilengkapi denah, flow para tamu datang dan keluar gedung pesta, kerapihan kabel di tempat acara, sound system yang lembut didengar, cukup tidaknya makanan serta penataannya, dan sebagainya. Di situlah akan kelihatan, apakah WO itu termasuk asal-asalan atau rapih kerjanya. Suasana itu merupakan hasil pertemuan yang berulang kali antara WO dan calon pengantin, sejak perencanaan, persiapan, hingga saat acara pernikahan dilaksanakan. Di situ, WO dituntut harus mampu memadukan setiap keinginan dan karakter keluarga mempelai, sekaligus memahami setiap tradisi calon pengantin.

Di sisi lain, lanjut Bigson, sudah sebuah keharusan jika WO wajib meng-update tentang perubahan berbagai tren di pernikahan. Pada wanita, seperti tren baju, aksesori, makeup, rambut, kuku, dan sebagainya. Sedangkan pengantin pria, harus mengetahui penampilan baju, celana, rambut, dan sebagainya. Ini perlu untuk memupuk selera WO agar tetap bagus. Karena WO akan bertindak sebagai konsultan yang akan memberi masukan yang baik bagi calon mempelai saat perencanaan sebuah pernikahan. WO jangan sampai memberi jawaban terserah, dan menyerahkan pilihan sepenuhnya kepada mempelai, saat berdiskusi dengan mempelai. WO juga harus merangkum semua keinginan calon mempelai, tentang karakter keluarga, profil tamu yang akan diundang, kesan yang ingin diraih, serta ketersediaan biaya. Semuanya harus jelas terlebih dahulu. Namun pada dasarnya, Bigson menggambarkan, pekerjaan WO tidak serumit membuat pesawat terbang. Kalaupun ia mampu melakukannya, mungkin itu karena sudah bakat.

Seperti pepatah yang menyebutkan, tidak ada pesta yang sempurna, Bigson mengaku ada saja klien yang complain, bahkan pernah mendapat omelan dari kliennya. Namun Bigson menyadari bahwa dalam situasi pesta ada kalanya muncul hal-hal yang menyulut emosi. Dan semua kritikan itu Bigson anggap sebagai masukan bahwa mereka peduli padanya. Tujuannya adalah supaya WO miliknya bisa lebih baik lagi ke depannya. Bagi Bigson, setiap wedding harus dilaksanakan sebaik mungkin, karena wedding yang dilaksanakan saat ini akan berdampak pada eksistensi WO tersebut ke masa depan. Dan setiap wedding yang Bigson laksanakan sekarang, memang sekaligus menjadi sarana promosi bagi wedding selanjutnya.

Itu sebabnya, Bigson menganjurkan agar profesi WO tidak boleh dilakukan sebagai ajang coba-coba. Esensi WO adalah menjadi pelaksana untuk mewujudkan impian terbesar seseorang saat menikah, maka dari itu jangan dibuat sebagai ajang coba-coba. Demikian juga bagi calon mempelai, ketika akan mewujudkan wedding impian mereka, seyogianya menggunakan WO yang capable. Bigson mengenyahkan anggapan bahwa menggunakan jasa WO selalu identik dengan pernikahan mewah nan mahal. Padahal itu tidak harus. Yang paling penting adalah, calon mempelai harus tahu dulu esensi WO itu apa ? Ini dipengaruhi oleh pengalaman dan jam terbang WO itu sendiri, sehinga setiap persoalan yang timbul dapat teratasi oleh solusi dan antisipasi yang baik pula. Intinya, bagaimana calon mempelai merasakan nyaman karena dibantu oleh WO yang capable.

Bigson menambahkan, seorang WO akan menciptakan sebuah momen yang  paling berharga bagi calon mempelai dan diinginkan oleh calon mempelai dan keluarga. Namun, momen yang sudah dibuat, bisa juga menjadi sia-sia jika calon mempelai tidak bisa menikmatinya di hari pernikahan. Maka dari itu, supaya kedua mempelai bisa menikmati, mood keduanya harus baik. Dan sudah menjadi tugas WO untuk membuat  mood calon mempelai menjadi baik. Caranya, dengan membantu mempersiapkan pernikahan calon mempelai sebaik-baiknya.