ZWAGERY : Jam Tangan Kayu Untuk Kaum Muda & Eksekutif.

Tugas kampus menjadi cerita awal produksi jam dengan brand Zwagery. Rio Bellino, salah satu penggagas Zwagery berkisah, awal tahun 2013, ia bersama kawan-kawannya yang totalnya berjumlah 19 orang, mendapat tugas kelompok. Kemudian mereka berdiskusi soal konsep produk, riset, dan produksi. Jam tangan kayu lalu mereka pilih karena melihat tren. Lagipula, sebelumnya tidak ada yang memilih jam tangan kayu. Dan setelah melakukan riset pada Januari 2013, di bulan Maret 2013 mereka sudah memproduksi. Nama Zwagery diambil karena material kayu yang digunakan adalah kayu ulin yang memiliki bahasa latin Eusideroxylon Zwagery. Semuanya pun lalu sepakat memakai nama latin kayu ulin itu. Mereka memang memilih kayu lokal berkualitas yang mudah didapat di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Kayu ulin juga dikenal sebagai kayu besi dan kayu terkuat sehingga biasanya digunakan untuk bahan pembuat lambung kapal. Selain itu, Rio dan teman-temannya juga ingin menunjukkan identitas lokal. Mereka ingin memperlihatkan bahwa kayu lokal pun punya kualitas yang tidak bisa diremehkan, apalagi jika ditunjang dengan desain yang menarik.

Setelah proyek tugas selesai, Rio dan teman-teman sempat tak meneruskan produksi. Meski mereka akui, saat itu sebenarnya mereka melihat peluang yang bagus untuk bisnis jam tangan dari kayu ini. Namun saat itu mereka belum yakin betul untuk menerukannya. Hingga akhirnya, di awal Januari 2015, Rio dan lima temannya sepakat untuk kembali meneruskan Zwagery dan menjadikannya sebagai bisnis. Rio, bersama Michael, Deny Timoty, Anna Marsela, dan Lucy kemudian mengumpulkan modal Rp 50 juta untuk kembali memproduksi dan melempar Zwagery ke pasaran. Dengan riset dan segmen yang tepat, Zwagery pun mendapat perhatian. Mereka bersyukur sangat dibantu oleh tim yang tepat. Suplier kayu ulin yang bagus dan tim produksi yang andal serta berpengalaman membuat jam, menjadikan produk Zwagery jadi maksimal. Mesin jam tangan menggunakan mesin Myota dari Jepang yang memang dikenal berkualitas unggul. Oleh karena itu, biaya produksi yang cukup tinggi membuat harga Zwagery jadi premium. 

Jam tangan kayu Zwagery dipatok mulai dari harga Rp 1,2 juta hingga Rp 1,5 juta. Dengan kualitas bahan material kayu ulin dan pembuatannya yang tidak mudah, ditambah lagi dengan mesin jam impor, harga Zwagery sesuai dengan biaya produksinya. Awalnya mereka mengaku, cukup takut kalau jam itu tidak laku di pasaran karena terlalu mahal, tapi tidak disangka responsnya bagus dan di luar perkiraan. Jam Zwagery laris dibeli. Soal segmen pasar, Rio dan teman-temannya sepakat menyasar usia muda yang ingin bergaya beda. Target segmen umur produk mereka adalah 18 hingga 25 tahun. Konsep jamnya memang muda tapi terkesan eksekutif. Dan ternyata, jam ini pun juga diminati pria dewasa.

Segmen kaum muda membuat Rio dan teman-temannya memilih berpromosi dan memasarkan Zwagery lewat sosial media. Untuk pemesanan, bisa langsung ke website di zwagerywatches.com. Untuk promosi dan interaksi dengan pelanggan, mereka menggunakan media sosial Instagram di akun zwagerywatches. Mereka juga rutin mengikuti pameran. Rio mengatakan, kelebihan Zwagery dibandingkan jam kayu lainnya adalah, pemakaian kayu ulin yang dikenal sulit diolah. Dan itu menjadi tantangan bagi mereka. Kelebihan kayu ulin salah satunya semakin kena air dia akan semakin bagus dan mengkilat. Walau sejak awal memang fokus memproduksi jam tangan pria, mereka kini juga tengah berencana memproduksi jam tangan kayu untuk wanita.