Restoran di Jl. Tapos, Desa Bojong Koneng, Sentul Selatan ini terletak di sebelah kanan jalan menuju obyek wisata air terjun Bidadari. Bangunan restoran terbuat dari bambu sehingga semakin membuat kental nuansa tradisional. Seluruh bangunan dan menu yang disediakan di tempat ini berasal dari kreativitas Uthe Nasution. Ibu empat anak ini mengaku sejak lama memendam keinginan membuat sebuah tujuan keluarga untuk bersantai yang tak hanya menjual makanan, tapi juga memiliki lokasi dan pemandangan yang indah.
Diakuinya, lokasi ini ia temukan secara tidak sengaja. Awalnya, karena suka mengantar anaknya bermain baseball sejak kelas 3 SD sampai SMP di kawasan Sentul, sambil menunggu anak, dengan ditemani supir Uthe kerap keliling melihat-lihat daerah sekitar. Sampai kemudian, secara kebetulan ia melewati lokasi tempat restorannya berdiri saat ini, dan langsung dibuat takjub dengan pemandangannya. Tapi, meski sudah menemukan tempat yang tepat, Uthe tidak buru-buru mewujudkan mimpinya. Dia memilih membangun impiannya secara bertahap, dari dompet pribadi. Lokasi itu sengaja dipilih karena tidak jauh dari Jakarta, tapi bisa mendapatkan pemandangan yang cantik dan berudara sejuk. Sementara menurutnya, masyarakat Jakarta juga sudah banyak yang bosan berwisata ke daerah Puncak yang selalu macet. Dan ternyata, di kawasan Sentul ini pun kita bisa mendapatkan pemandangan yang mirip dengan Puncak, namun lebih dekat dari Jakarta.
Bagai melahirkan anak, Uthe turun tangan langsung membangun tempat yang dinamakannya Kampoeng Koneng itu, mulai desain hingga memilih bahan bangunan yang didominasi bambu. Tak heran, bila akhirnya ia mendapat banyak pujian dari pengunjungnya, terutama kaum ekspatriat. Urusan dapur pun tak luput dari tangan Uthe. Sejak umur 13 tahun, Uthe mengaku sudah suka memasak. Ia juga suka mengeksplor resep-resep baru. Butuh proses yang lumayan lama untuk menentukan menu di restorannya karena ia harus menghitung takarannya secara detail. Supaya rasa selalu sama meski dibuat saat sedang berpuasa. Jadi, tidak perlu dicoba terlebih dulu setiap kali memasak.
Uthe bersyukur, sejak dibuka Desember 2014 lalu, dari mulut ke mulut, Kampoeng Koneng selalu ramai setiap akhir pekan dan hari libur nasional. Maka, ia menyarankan jika mau datang saat hari libur, sebaiknya pelanggan mem-booking dulu. Saat ini kapasitas restorannya baru bisa menampung 150 orang dengan parkir untuk 40 mobil. Namun, bungsu dari empat bersaudara ini berencana ingin memperluasnya secara pelan-pelan.
Uthe ternyata memang sudah lama menggeluti dunia kuliner. Sekitar tahun 2010 ia sudah membuat usaha warung tenda di beberapa tempat. Menurutnya, warung tenda itu adalah awal usaha yang bagus, selain sebagai tempat belajar, modalnya juga tidak besar. Asal tempatnya bersih dan makanannya enak, pelanggan pasti datang. Dibanding membuka di mal yang harga sewanya mahal, belum lagi harus bersaing dengan usaha lain yang sudah punya nama. Kalaupun bisa sukses, butuh waktu yang lama. Sementara Uthe mengaku, tidak suka membuang-buang waktu, tenaga dan modal. Itulah mengapa akhirnya ia memilih membuka usaha warung tenda. Selain itu, Uthe juga sempat membuka usaha soft ice cream, yang lumayan sukses sampai mempunyai 15 cabang. Namun, seiring dengan waktu, saat ini yang masih bertahan hanya 5 cabang.
Kampoeng Koneng, menurut Uthe bukan hanya tempat makan, tetapi juga tempat bersantai. Tidak heran bila banyak pelanggan yang betah berlama-lama di sini. Uthe justru merasa senang kalau pelanggannya betah, karena mereka pasti akan order makanan yang banyak. Ke depan, selain akan ada perluasan, Uthe juga ingin mendirikan PAUD untuk anak-anak sekitar yang tidak mampu. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap warga sekitar, berterima kasih sudah diberi izin untuk berusaha di tempat ini. Uthe menyarankan pelanggan untuk berkunjung ke Kampoeng Koneng saat sore menjelang. Suasananya cantik sekali, cocok untuk menikmati alam. Sambil menikmati beragam minuman hangat atau merasakan makanan favorit Kampoeng Koneng seperti Sate Tulang dan Bebek Bangor atau Bebek Bakar dan Goreng.
0 komentar:
Posting Komentar