Sekadar menjual saja tidak cukup memberikan keuntungan kepada pengusaha. Cara memasarkan produk menjadi kunci utama dalam mendatangkan pembeli. Ali Akbar, memanfaatkan dengan jeli perkembangan informasi digital yang mulai dirasakan sejak era 2000-an. Dia yakin sebuah produk bisa banyak dikenal orang dengan memanfaatkan kecanggihan informasi digital. Ali awalnya aktif bermain di dunia digital dengan memanfaatkan jejaring sosial Kaskus. Melalui laman komunitas ini, Ali mulai mengetahui manfaat perkembangan informasi digital yang belum dikenal banyak kalangan masyarakat.
Semua bermula ketika seorang pengguna Kaskus berniat menjual Nokia Communicator dengan harga murah, selisih Rp 2 juta, dari harga yang beredar di pasaran saat itu. Di situlah, Ali langsung 'teriak' ke teman dosennya yang memang sedang mencari handphone. Hanya dengan menjadi makelar, Ali kemudian menawarkan kepada temannya, agar handphone itu cepat dibeli. Handphone itu pun akhirnya terjual dengan harga Rp 4,8 juta dari sang penjual, dan terbeli dengan harga Rp 6 juta. Dengan hanya memindahkan uang saja, Ali sudah dapat untung. Dari situlah ia sadar bahwa siapa saja yang menjadi penguasa informasi maka akan berlimpah rezeki.
Kegiatan jual beli dengan memanfaatkan informasi digital pun kemudian semakin ditekuni oleh Ali. Bertempat tinggal di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dia memanfaatkan keberadaan Pasar Ular yang terkenal dengan berbagai macam barang jualan. Ali menggunakan laman komunitas multiply untuk menjual barang dagangannya. Melalui laman ini Ali mencoba menjual barang sebanyak mungkin dan mencari barang apa yang sedang dicari pembeli.
Pada 2006, Ali diminta untuk masuk ke salah satu perusahaan batu bara di Indonesia. Kala itu, penghasilan Ali bisa mencapai Rp 20 juta. Namun, nominal ini tidak menghentikan Ali untuk berhenti berjualan secara online. Reformasi pemikiran Ali kembali terjadi saat bosnya meminta dia untuk mencari penyewaan alat berat untuk pengerjaan penggalian batu bara di Kalimantan. Mencari penyewaan yang dimaksud di laman Google, Ali sempat merasa kesulitan, karena pada saat menulis "Penyewaaan Alat Berat di Kalimantan", setiap laman tidak menampilkan secara langsung nomor telepon tempat penyewaan tersebut. Hingga akhirnya barulah pada laman keempat ditemukan tulisan yang tertera nomor teleponnya.
Penasaran, Ali kemudian mencari tahu bagaimana cara mesin pencari Google bisa menemukan sebuah laman ketika seseorang mengetik sejumlah kata dalam pencariannya. Ternyata untuk membuat hal tersebut ada ilmunya, yakni Search Engine Optimization (SEO) atau Optimalisasi Mesin Pencari (OMP). Ali yang memang sudah tertarik dengan dunia marketing dan digital akhirnya memutuskan melepas pekerjaannya di perusahaan batu bara. Pada 2008, Ali kemudian belajar untuk mendapatkan sertifikat sebagai ahli SEO dari Search Engine Academy. Saat akademi ini membuka sertifikasi di Singapura untuk beberapa negara, termasuk Indonesia, Ali pun langsung mendaftarkan diri. Hasilnya, sepulang dari sertifikasi ini Ali melihat bahwa Indonesia adalah lahan hijau dalam digital marketing.
Ilmu barunya ini pertama kali diterapkan kepada penjual kambing akikah di Tanjung Priok. Ali melihat, penjual ini kerap memberikan selebaran dan menempel pamflet di pohon maupun tembok. Ali kemudian menawarkan bantuan kepada bapak tersebut untuk memasarkan kambing akikah secara digital. Meski sang pemilik sempat kebingungan, Ali mencoba meyakinkan bahwa cara ini akan lebih bermanfaat ketimbang melakukan promosi melalui selebaran. Jadi, Ali membuat marketing digital, ketika orang mengetik di Google dan mencari kambing akikah, yang pertama muncul adalah nomornya. Saat ada order melalui nomornya itu, Ali langsung memberikan order tersebut kepada penjual kambing untuk segera diproses. Setelah jual beli selesai, Ali pun mendapatkan komisi.
Ali kemudian mengembangkan pola pikir SEO kepada banyak orang khususnya para pelaku usaha yang memang membutuhkan pemasaran yang baik agar omzet mereka meningkat. Laman komunitas Tedi (terlihat dan ditemukan) dibentuk untuk mengoptimalkan mesin pencari. Digarap mulai tahun 2009 hingga 2012, laman ini kini memiliki lebih dari 18 ribu anggota. Selain mengembangkan Komunitas Tedi, Ali yang saat ini dikenal dengan Pakar SEO juga melakukan kunjungan dan pelatihan di lebih dari 43 anggota se-Indonesia. Pelatihan ini dilakukan karena Ali ingin mengajak pelaku usaha di Indonesia untuk melek bahwa dunia pemasaran digital ini mempunyai banyak manfaatnya, dan sistem ini bisa dipelajari dengan mudah. Ali menjelaskan, selama menjadi seorang pakar SEO, penghasilan yang didapatkan cukup melimpah. Meski enggan menyebutkan nominal pastinya, tapi sempat dalam satu tahun dia bekerja sama dengan satu pengusaha, komisi yang dia dapatkan bisa seharga membeli mobil. Hingga 2012, dirinya telah membantu 182 pengusaha yang tersebar di seluruh Indonesia terkait pemasaran digital.
Ilmu mengenai digital marketing (Dima), menurut Ali, belum menjadi ilmi tertinggi dalam dunia industri digital, satu tahap setelah Dima adalah membuat Digital Ekosistem (Deko). Sistem inilah yang mulai dikembangkan Ali sejak 2012. Ali menuturkan, dirinya sudah mengetahui ilmi tersebut sejak 2009, tapi karena kebutuhan akan Dima masih tinggi maka Ali masih memfokuskan diri dalam dunia Dima hingga dirinya merasa bahwa waktu yang tepat untuk mengembangkan Deko, yakni 2012. Deko adalah wadah yang nantinya menjadi inkubator bagi para Dima. Artinya, Deko ini bisa disebut sebagai induk dari beberapa perusahaan. Deko yang dibangun oleh Ali kemudian diberi nama BISMA. BISMA dalam Dima adalah bisnis, internet, sharing, marketing, dan afiliasi. Sedangkan BISMA untuk Deko yaitu bisnis, inkubator, start up, makkers, dan akselerator.
Saat ini, inkubator Deko yang dibangun Ali ini telah memiliki sembilan usaha yang sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Contohnya adalah Pelajar Digital. BISMA juga saat ini memiliki 12 unit bisnis yaitu di bidang afiliasi, bisnis, filantropi, pengembangan, pendidikan, keuangan, pemerintahan, kesehatan, investasi, media, profit, dan spiritual. Satu unit bisnis bisa menjadi satu perusahaan, tapi satu perusahaan bisa memiliki lebih dari satu unit bisnis. Contohnya untuk PT Optimasi Inovasi yang berada di bawah BISMA yang memiliki fokus terhadap pendidikan, bisnis, dan filantropi. Saat ini, jumlah perusahaan yang berada di bawah BISMA telah mencapai 13 perusahaan. BISMA yang saat ini menjadi inkubator untuk banyak start up dan perusahaan dirasa belum cukup. Ali menginginkan agar BISMA bisa menggandeng banyak pihak agar BISMA ini menjadi perusahaan besar yang memang bisa bersaing dengan perusahaan besar lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar