Minggu, 06 Juli 2014




Karena rindu akan masakan kampung halamannya di Panyabungan, Tapanuli Selatan, Hj. Mora Nasution membuka rumah makan khas Mandailing sejak 2012 silam. Dengan lokasi strategis di Jl. Pasar Minggu, Depok, Mora melihat usaha ini bakal cerah. Rumah makan dengan citarasa khas Mandailing di Jakarta memang masih jarang. Padahal, warga Mandailing di Jakarta dan sekitarnya cukup banyak, meski tempat tinggal mereka saling berpencar.

Mora sempat bertanya dalam hati, apakah usaha rumah makan yang akan ia buka ini hanya bisa meraih pengunjung warga Mandailing saja ? Berbeda dengan rumah makan Padang yang penggemarnya sangat banyak, menu Mandailing memang belum banyak dikenal. Padahal, jarak kota kelahiran Mora dengan Padang lebih dekat ketimbang ke Medan. Namun, Mora berusaha meyakinkan diri usaha ini bakal lancar, sekaligus ingin mengenalkan masakan Mandailing.

Begitulah, berbekal resep dari sang bunda, Mora lalu meracik masakan khas Mandailing sebagai menu utama. Yang paling khas adalah rendang belut. Prosesnya belut diasap dulu sampai kering, kemudian baru dimasak dengan bumbu rendang. Selain itu ada pula lele asap dan ikan asap. Setelah diasap, barulah dikasih bumbu. Untuk rendang, bumbunya terbuat dari parutan kelapa yang disangrai dengan rempah-rempah, selanjutnya baru dihaluskan. Memang cara membuatnya agak rumit. Ada juga lele gulai dan balado. Andalan lainnya adalah, ayam kampung kalio dan arsik.





Mora memang menyajikan banyak pilihan menu. Dalam sehari ia bisa memasak 25-30 menu. Untuk sayuran, Mora juga menyajikan beberapa varian. Ada daun singkong tumbuk, yang juga jadi ciri khas masakan Batak Toba dan Karo. Lalu, tumis kembang pepaya, pakis, dan rembung, kacang panjang tauco. Ada pula semangge atau sejenis rumput sawah yang bisa dimakan.

Sebelum membuka usaha rumah makan ini, Mora sempat sukses berbisnis chicken crispy. Tapi belakangan usaha tersebut terpaksa ditutup karena banyaknya pesaing. Nah, ketika membuka rumah makan Mandailing inilah, usaha Mora malah cepat berkembang. Awalnya ia mempromosikan usaha kulinernya lewat jejaring sosial. Langkah paling taktis, ia sengaja mengundang grup Mandailing ke rumah makannya. Promosi dari mulut ke mulut pun terus bersambung, sampai akhirnya rumah makan Mora cepat dikenal.

Banyak warga Mandailing yang datang dari berbagai kawasan di Jakarta dan sekitarnya. Mereka datang sekeluarga tiap Sabtu-Minggu. Tanpa disangka, pembeli umum pun juga banyak yang suka. Kebetulan juga lokasi rumah makannya dekat dengan perkantoran. Hingga pada hari kerja, banyak orang kantor yang suka singgah makan di tempatnya. Bahkan Mora pun sudah mempunyai pelanggan yang setiap hari selalu datang. Menurutnya, jumlah perbandingan pengunjung warga Mandailing dan umum adalah fifty-fifty.

Rumah makan Mora juga berfungsi sebagai tempat kumpul-kumpul pelepas rindu. Baik untuk acara arisan, reuni, atau sekedar kumpul keluarga. Itu sebabnya, Mora juga menyediakan minuman dan kue khas Mandailing. Untuk minuman ia menyediakan kopi takar atau kopi batok. Kopi yang ia datangkan dari Mandailing ini gelasnya terbuat dari batok. Rasanya sangat khas. Pengunjung bisa memilih memakai gula pasir atau gula aren untuk bahan adukannya.





Kini untuk hari biasa, rumah makannya bisa kedatangan 100 orang per hari. Sementara Sabtu-Minggu jumlahnya cukup meningkat. Rata-rata pengunjung yang datang mengaku sudah cocok dengan menu Mandailing. Mora bersyukur, usaha ini sudah sesuai harapannya. Bahkan, sekarang rumah makan Mandailing yang dikelolanya sudah ada di dua tempat, yang masing-masing dibantu oleh 5 karyawan.


Rumah Makan Mandailing 1 : di Jalan Poltangan Raya No. 10, dan Mandailing 2 : di Jalan Tanjung Barat Raya Kav. 83, Pasarminggu, Jakarta Selatan.

3 komentar: