Senin, 22 Juni 2015




Meskipun tidak sepopular daerah lain di Pulau Sulawesi namun provinsi muda Sulawesi Barat dianugerahi banyak keajaiban. Garis-garis pantainya begitu indah dan dataran tingginya dihias air terjun yang megah dengan pemandangan menakjubkan. Selain alam, tersimpan keajaiban lain di Sulawesi Barat, yaitu masyarakat etnis Mandar yang memiliki seni budaya seindah pesona alamnya. Salah satunya adalah karya yang dihasilkan dari tangan halus kaum wanitanya yakni berupa kain sutra Mandar.  Kain tradisional khas Mandar ini memiliki warna–warna yang cerah atau terang seperti merah, kuning dengan desain garis geometris yang lebar. Meskipun memiliki pola sederhana, namun benang perak dan emas yang menjadi bahan dasar kain sutra ini menjadikannya terlihat indah dan istimewa. Bisnis kain ini pun menjadi pilihan utama masyarakat Mandar untuk berwirausaha.

Salah satu yang merasakan manisnya bisnis kain sutra Mandar adalah  Hj. Wahdia, atau Mama Icha, pemilik Annisa Sa’be Mandar yang berlokasi di Kandeapi, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar. Lulusan Teknik Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar ini mengaku sebagai generasi ketiga yang mengelola usaha keluarga. Memiliki pengrajin hingga 200 orang membuat Mama Icha harus giat berpromosi dan menawarkan kain tradisional Mandar ini. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 150.000 hingga jutaan. Bila memakai sutra lokal harga tentu cukup tinggi, tapi belakangan sudah mulai masuk sutra sintetis dan ini membuat harga lebih murah, namun hasil tenunannya tetap bagus.

Soal motif, Mama Icha membuat lebih beragam dan banyak motif. Ia menyesuaikan permintaan. Misalkan, bila ada yang minta dibuatkan motif dari Sumatera, asal ada gambarnya dan dipelajari terlebih dahulu, nanti bisa dibuatkan oleh pengrajinnya. Tetapi memang, motif yang diminta harus memiliki garis lurus menyesuaikan ciri kain sutra Mandar yang kotak-kotak. Hebatnya, pelanggan kain sutra Mandar Mama Icha sudah tersebar di bebagai daerah, di antaranya Surabaya, Jakarta, Medan, dan kota-kota besar lainnya. Salah satu yang sering pesan ke Mama Icha adalah desainer Ivan Gunawan. Uniknya, menurut Mama Icha, Ivan selalu datang dengan motif baru dan memesan secara kontinyu. Jadi, saat ini ia memiliki kain Mandar dengan motif Ivan Gunawan.



Agar kain tradisional Mandar dapat diterima masyarakat luas, Mama Icha pun gencar ikut beberapa pameran hingga ke ibukota. Biasanya dari situ ia akan mendapatkan banyak pelanggan. Pengiriman pun rutin dilakukan. Misalnya ke Jakarta yang paling tidak sekali dalam sebulan. Mama Icha mengakui bahwa kain tradisional Mandar masih belum sepopuler kain batik atau kain tenun lainnya. Namun, ia menjamin kualitas kain tradisional Mandar tak kalah bagus. Inilah yang sampai saat ini masih terus diupayakan oleh Mama Icha untuk memperkenalkan kain sutra Mandar, agar pengrajin pun tetap semangat membuat kain tradisional ini. Nilai kain tradisional Mandar masih terhitung murah, meski bahan yang digunakan berkualitas.

Ibu tiga anak ini juga membuka rahasia nilai filosofis kain tradisional Mandar yang terus dilestarikan oleh keluarganya. Coraknya yang kotak-kotak dengan garis vertikal atau horizontal, saling berpotongan satu sama lain. Ini bermakna bahwa ada hubungan yang harus dipelihara antara masyarakat dan dalam kehidupan religinya. Hubungan ke sesama dan hubungan ke Tuhan Yang Maha Esa. Untuk  menopang usahanya, Mama Icha mengaku sudah memiliki penyuplai benang sutra lokal sendiri. Ia menjelaskan, kalau ingin membeli benang sutra lokal, harus ditimbang. Alatnya khusus dan untuk mengukurnya juga khusus, yakni harus memakai uang Belanda sejumlah 8 koin. Oleh karena itu, Mama Icha pun jangan sampai kehilangan alat ukur dan koin-koin Belanda itu.

Bisnis kain tradisional Mandar milik Mama Icha memang terhitung yang paling sukses di Kabupaten Polewali Mandar, karena selain rajin berpromosi lewat pameran, ia kini juga tengah merintis penjualan secara online. Mama Icha mengakui ia sudah dapat banyak masukan untuk memulai sistem penjualan seperti ini karena banyak permintaan yang datang dari luar kota. Pesanan yang banyak masuk adalah permintaan dari dinas-dinas, karena adanya peraturan daerah yang mengharuskan setiap hari Kamis para pegawai pemerintah mengenakan baju berbahan sutra lokal. Jadi bahan kain untuk kemeja dan bawahan banyak dicari.


Mama Icha ingin makin banyak orang yang kenal dan mengenakan kain tradisional Mandar. Inovasi pun terus dilakukan. Bahkan ada yang membeli kain padanya untuk dibuat tas, sepatu, dan aksesori lain. Ke depan, Mama Icha juga ingin bisa membuat produk fashion yang bisa diterima banyak orang. Sayangnya karena kain Mandar dijual dengan ukuran meter, tidak ada limbahnya yang bisa dimanfaatkan. Perempuan kelahiran Kandepi, 25 Juli 1975 ini juga berharap banyak tokoh masyarakat dan figur publik yang ikut membantu mempromosikan kain tradisional Mandar. Karena bila kain ini makin laris, yang diuntungkan juga para pengrajin sehingga kain pun akan terus ada.



0 komentar:

Posting Komentar