Meskipun tidak sepopular daerah lain di Pulau Sulawesi namun provinsi muda Sulawesi Barat dianugerahi banyak keajaiban. Garis-garis pantainya begitu indah dan dataran tingginya dihias air terjun yang megah dengan pemandangan menakjubkan. Selain alam, tersimpan keajaiban lain di Sulawesi Barat, yaitu masyarakat etnis Mandar yang memiliki seni budaya seindah pesona alamnya. Salah satunya adalah karya yang dihasilkan dari tangan halus kaum wanitanya yakni berupa kain sutra Mandar. Kain tradisional khas Mandar ini memiliki warna–warna yang cerah atau terang seperti merah, kuning dengan desain garis geometris yang lebar. Meskipun memiliki pola sederhana, namun benang perak dan emas yang menjadi bahan dasar kain sutra ini menjadikannya terlihat indah dan istimewa. Bisnis kain ini pun menjadi pilihan utama masyarakat Mandar untuk berwirausaha.
Salah satu
yang merasakan manisnya bisnis kain sutra Mandar adalah Hj. Wahdia, atau Mama Icha, pemilik Annisa Sa’be
Mandar yang berlokasi di Kandeapi, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali
Mandar. Lulusan Teknik Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar
ini mengaku sebagai generasi ketiga yang mengelola usaha keluarga. Memiliki
pengrajin hingga 200 orang membuat Mama Icha harus giat berpromosi dan
menawarkan kain tradisional Mandar ini. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp
150.000 hingga jutaan. Bila memakai sutra lokal harga tentu cukup tinggi, tapi
belakangan sudah mulai masuk sutra sintetis dan ini membuat harga lebih murah,
namun hasil tenunannya tetap bagus.
Soal motif,
Mama Icha membuat lebih beragam dan banyak motif. Ia menyesuaikan permintaan.
Misalkan, bila ada yang minta dibuatkan motif dari Sumatera, asal ada gambarnya
dan dipelajari terlebih dahulu, nanti bisa dibuatkan oleh pengrajinnya. Tetapi
memang, motif yang diminta harus memiliki garis lurus menyesuaikan ciri kain
sutra Mandar yang kotak-kotak. Hebatnya, pelanggan kain sutra Mandar Mama Icha
sudah tersebar di bebagai daerah, di antaranya Surabaya, Jakarta, Medan, dan
kota-kota besar lainnya. Salah satu yang sering pesan ke Mama Icha adalah
desainer Ivan Gunawan. Uniknya, menurut Mama Icha, Ivan selalu datang dengan
motif baru dan memesan secara kontinyu. Jadi, saat ini ia memiliki kain Mandar
dengan motif Ivan Gunawan.
Agar kain
tradisional Mandar dapat diterima masyarakat luas, Mama Icha pun gencar ikut beberapa
pameran hingga ke ibukota. Biasanya dari situ ia akan mendapatkan banyak
pelanggan. Pengiriman pun rutin dilakukan. Misalnya ke Jakarta yang paling
tidak sekali dalam sebulan. Mama Icha mengakui bahwa kain tradisional Mandar
masih belum sepopuler kain batik atau kain tenun lainnya. Namun, ia menjamin kualitas
kain tradisional Mandar tak kalah bagus. Inilah yang sampai saat ini masih
terus diupayakan oleh Mama Icha untuk memperkenalkan kain sutra Mandar, agar
pengrajin pun tetap semangat membuat kain tradisional ini. Nilai kain
tradisional Mandar masih terhitung murah, meski bahan yang digunakan
berkualitas.
Ibu tiga anak
ini juga membuka rahasia nilai filosofis kain tradisional Mandar yang terus
dilestarikan oleh keluarganya. Coraknya yang kotak-kotak dengan garis vertikal
atau horizontal, saling berpotongan satu sama lain. Ini bermakna bahwa ada
hubungan yang harus dipelihara antara masyarakat dan dalam kehidupan religinya.
Hubungan ke sesama dan hubungan ke Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menopang usahanya, Mama Icha mengaku sudah
memiliki penyuplai benang sutra lokal sendiri. Ia menjelaskan, kalau ingin
membeli benang sutra lokal, harus ditimbang. Alatnya khusus dan untuk
mengukurnya juga khusus, yakni harus memakai uang Belanda sejumlah 8 koin. Oleh
karena itu, Mama Icha pun jangan sampai kehilangan alat ukur dan koin-koin
Belanda itu.
Bisnis kain
tradisional Mandar milik Mama Icha memang terhitung yang paling sukses di Kabupaten
Polewali Mandar, karena selain rajin berpromosi lewat pameran, ia kini juga tengah
merintis penjualan secara online. Mama
Icha mengakui ia sudah dapat banyak masukan untuk memulai sistem penjualan
seperti ini karena banyak permintaan yang datang dari luar kota. Pesanan yang
banyak masuk adalah permintaan dari dinas-dinas, karena adanya peraturan daerah
yang mengharuskan setiap hari Kamis para pegawai pemerintah mengenakan baju
berbahan sutra lokal. Jadi bahan kain untuk kemeja dan bawahan banyak dicari.
Mama Icha
ingin makin banyak orang yang kenal dan mengenakan kain tradisional Mandar.
Inovasi pun terus dilakukan. Bahkan ada yang membeli kain padanya untuk dibuat
tas, sepatu, dan aksesori lain. Ke depan, Mama Icha juga ingin bisa membuat
produk fashion yang bisa diterima
banyak orang. Sayangnya karena kain Mandar dijual dengan ukuran meter, tidak
ada limbahnya yang bisa dimanfaatkan. Perempuan kelahiran Kandepi, 25 Juli 1975
ini juga berharap banyak tokoh masyarakat dan figur publik yang ikut membantu
mempromosikan kain tradisional Mandar. Karena bila kain ini makin laris, yang
diuntungkan juga para pengrajin sehingga kain pun akan terus ada.
0 komentar:
Posting Komentar