Perempuan kelahiran Malang, 7 September 1979 ini termasuk cermat membaca peluang. Dini Indra, sukses berinvestasi tas branded. Di tangannya, tak bermerek ekslusif dan asli bisa ditenteng dengan modal kurang dari Rp 50 juta. Dini memilih berinvestasi tas mahal sejak tahun 2010. Bermodal koleksi tas pribadi dan kecintaannya pada tas bermerek, ia pun mencari peluang bisnis. Dua tahun kemudian, ia memiliki butik tas Butterfly Republic yang menawarkan keanggotaan ekslusif. Serunya, Dini menawarkan solusi bagi yang ingin tampil gaya dengan tas mewah tanpa mengeluarkan anggaran yang besar.
Dini
menyewakan tas-tas bermerek tersebut. Ia membuat sistem keanggotaan bagi
perempuan yang ingin tampil maksimal dengan tas bermerek namun modal sedikit.
Terdiri dari paket silver, gold, dan platinum, para member bisa
membawa tas branded dengan harga yang
masuk akal. Hasilnya, cukup sukses. Bahkan, member
butik tas Butterfly Republic terus bertambah. Padahal, Dini hanya bermodalkan
tas branded koleksi pribadinya.
Perkembangan fashion yang sangat dinamis membuat Dini
tak hanya mengandalkan persewaan tas ekslusif Butterfly Republic. Sebagai
pebisnis, ia juga harus bisa menciptakan pasar dan membaca peluang. Saat ini,
Butterfly Republic sudah dilengkapi dengan jasa image consultant. Dini sengaja masuk ke beberapa perusahaan untuk
menawarkan jasa ini. Ternyata, apa yang dibaca Dini menjadi kenyataan. Ia
sukses menjadi image consultant di
beberapa perusahaan besar. Secara profesional karirnya telah diakui, dan ia telah
memiliki sertifikat dari San Fransisco. Memang jasa image consultant ini dibutuhkan dan bisa jadi solusi perusahaan
besar. Bagaimana bisa tampil tepat saat berhadapan dengan klien potensial,
bagaimana memadu-padankan tas dan busana untuk acara tertentu sehingga image-nya bisa mewakili perusahaan. Tas
koleksinya pun akhirnya laris disewa untuk agenda seperti itu.
Dini optimis
investasi tas tetap bisa bertahan dan menghasilkan. Karena tren itu setiap
tahun selalu ada. Bahkan kecenderungan harganya kini semakin tinggi. Dulu Dini bisa
dapat permintaan 30 hingga 40 tas per tahun, sekarang sudah 70 hingga 100 tas.
Untuk berbisnis tas branded, Dini membagikan
kiatnya. Berinvestasi tas bermerek punya seni tersendiri. Sama seperti
kolektor, tidak hanya mengejar tren, tapi juga berburu tas model klasik yang
memang dicari. Beberapa merek tas yang koleksi klasiknya masih diburu harganya
pun akan tetap tinggi. Tapi memang harus lebih jeli dan butuh waktu.
Bagi para
kolektor tas branded, ini sebetulnya
bukan hal sulit. Berbeda halnya dengan para pelaku bisnis yang baru mulai
berinvestasi tas. Yang penting ada permintaan dahulu. Sering saat Dini sedang
belanja di Jepang, ada yang minta dicarikan tas dengan bujet tertentu. Jadi ini
juga berkaitan dengan kepercayaan. Banyak juga yang langsung transfer dan
mempercayakan pembelian tas kepadanya. Hal ini yang harus Dini jaga. Caranya
dengan memberikan tas terbaik. Ke depan, Dini ingin mencari keuntungan lain
lewat investasi tas branded. Untuk
berinovasi dan mengembangkan bisnis, ia harus pandai melihat peluang. Salah
satunya, saat ini ia tengah serius mempelajari perilaku konsumen dengan
mengambil master di bidang psikologi
di Universitas Indonesia. Dini optimis, potensi bisnis ini besar.
0 komentar:
Posting Komentar