Selasa, 07 Juli 2015




Perempuan kelahiran Malang, 7 September 1979 ini termasuk cermat membaca peluang. Dini Indra, sukses berinvestasi tas branded. Di tangannya, tak bermerek ekslusif dan asli bisa ditenteng dengan modal kurang dari Rp 50 juta. Dini memilih berinvestasi tas mahal sejak tahun 2010. Bermodal koleksi tas pribadi dan kecintaannya pada tas bermerek, ia pun mencari peluang bisnis. Dua tahun kemudian, ia memiliki butik tas Butterfly Republic yang menawarkan keanggotaan ekslusif. Serunya, Dini menawarkan solusi bagi yang ingin tampil gaya dengan tas mewah tanpa mengeluarkan anggaran yang besar.

Dini menyewakan tas-tas bermerek tersebut. Ia membuat sistem keanggotaan bagi perempuan yang ingin tampil maksimal dengan tas bermerek namun modal sedikit. Terdiri dari paket silver, gold, dan platinum, para member bisa membawa tas branded dengan harga yang masuk akal. Hasilnya, cukup sukses. Bahkan, member butik tas Butterfly Republic terus bertambah. Padahal, Dini hanya bermodalkan tas branded koleksi pribadinya.


Perkembangan fashion yang sangat dinamis membuat Dini tak hanya mengandalkan persewaan tas ekslusif Butterfly Republic. Sebagai pebisnis, ia juga harus bisa menciptakan pasar dan membaca peluang. Saat ini, Butterfly Republic sudah dilengkapi dengan jasa image consultant. Dini sengaja masuk ke beberapa perusahaan untuk menawarkan jasa ini. Ternyata, apa yang dibaca Dini menjadi kenyataan. Ia sukses menjadi image consultant di beberapa perusahaan besar. Secara profesional karirnya telah diakui, dan ia telah memiliki sertifikat dari San Fransisco. Memang jasa image consultant ini dibutuhkan dan bisa jadi solusi perusahaan besar. Bagaimana bisa tampil tepat saat berhadapan dengan klien potensial, bagaimana memadu-padankan tas dan busana untuk acara tertentu sehingga image-nya bisa mewakili perusahaan. Tas koleksinya pun akhirnya laris disewa untuk agenda seperti itu.

Dini optimis investasi tas tetap bisa bertahan dan menghasilkan. Karena tren itu setiap tahun selalu ada. Bahkan kecenderungan harganya kini semakin tinggi. Dulu Dini bisa dapat permintaan 30 hingga 40 tas per tahun, sekarang sudah 70 hingga 100 tas. Untuk berbisnis tas branded, Dini membagikan kiatnya. Berinvestasi tas bermerek punya seni tersendiri. Sama seperti kolektor, tidak hanya mengejar tren, tapi juga berburu tas model klasik yang memang dicari. Beberapa merek tas yang koleksi klasiknya masih diburu harganya pun akan tetap tinggi. Tapi memang harus lebih jeli dan butuh waktu.

Bagi para kolektor tas branded, ini sebetulnya bukan hal sulit. Berbeda halnya dengan para pelaku bisnis yang baru mulai berinvestasi tas. Yang penting ada permintaan dahulu. Sering saat Dini sedang belanja di Jepang, ada yang minta dicarikan tas dengan bujet tertentu. Jadi ini juga berkaitan dengan kepercayaan. Banyak juga yang langsung transfer dan mempercayakan pembelian tas kepadanya. Hal ini yang harus Dini jaga. Caranya dengan memberikan tas terbaik. Ke depan, Dini ingin mencari keuntungan lain lewat investasi tas branded. Untuk berinovasi dan mengembangkan bisnis, ia harus pandai melihat peluang. Salah satunya, saat ini ia tengah serius mempelajari perilaku konsumen dengan mengambil master di bidang psikologi di Universitas Indonesia. Dini optimis, potensi bisnis ini besar.

0 komentar:

Posting Komentar