Minggu, 18 Desember 2016


Muda dan sukses. Itulah gambaran yang melekat pada sosok pasangan kekasih, Lovely Christan dan Dony Chandra. Dalam waktu kurang dari dua tahun, mereka mampu melebarkan sayap bisnis Chicken Holic ke hampir semua kabupaten kota di Sumatera Utara. Akhir tahun 2015, mereka pun terpilih sebagai penerima penghargaan Young & Rise Entrepreneur untuk kategori merek kuliner lokal dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Medan dan Universitas Prima Indonesia (Unpri) karena dianggap telah berpartisipasi membantu mengembangkan dunia usaha di kota Medan.

Chicken Holic merupakan gerai yang menawarkan street snack makanan berbahan dasar daging ayam utuh yang digoreng dengan sajian aneka rasa bumbu. Saat ini tak kurang sudah ada 30 gerai Chicken Holic, yang sebagian besar berada di pusat perbelanjaan modern di Sumatera Utara, sisanya di pusat keramaian seperti sekolah favorit atau kawasan perumahan. Bahkan, di tahun 2016, mereka pun sudah membuka gerai baru di Pekanbaru, sebagai wilayah pertama Chicken Holic di luar Sumatera Utara.

Sejak awal ingin memulai bisnis kuliner, mereka sudah menargetkan ayam sebagai bahan baku menu makanan yang akan dijual. Sasaran pasarnya adalah anak-anak dan remaja. Mereka sengaja memilih ayam karena ayam merupakan makanan yang sudah sangat familiar. Semua kalangan suka, mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. Hampir semua menu jajanan berbahan baku ayam pun laris manis, entah itu ayam goreng di restoran sampai yang dijual di pinggir jalan. Bahan baku ayam juga mudah diperoleh, tak butuh musim dan selalu tersedia. Tapi mereka tidak mau dicap sebagai follower, oleh karena itu mereka harus menciptakan menu baru yang lebih kreatif. Mereka lalu menyebutnya dengan Chicken Holic.


Nama Chicken Holic diambil karena terinspirasi dari para fans-fans artis yang selalu mencomot kata holic untuk menunjukkan rasa yang sangat fanatik. Selain itu, tentu saja karena mudah diingat. Jadi, Chicken Holic berarti orang yang sangat nge-fans dengan produk ayam mereka. Lalu, kenapa remaja yang dijadikan target pasar? Ini karena menurut mereka, remaja apalagi anak-anak, masuk kategori konsumen loyal. Kadang sering juga mereka melihat anak-anak yang harus merengek-rengek minta dibelikan Chicken Holic olah ibunya, bahkan sampai menangis.

Tentu saja, untuk bisa mengembangkan gerai Chicken Holic hingga seperti sekarang ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Awal mereka merintis bisnis ini kedua orangtua masing-masing sempat tidak setuju. Alasannya, karena mereka masih sangat muda dan belum pernah menggeluti bisnis kuliner. Namun, tekad mereka sudah bulat. Sebelumnya, mereka bercerita, pernah ingin membuka bisnis travel. Tapi setelah melihat prospeknya, sekarang ini sepertinya sudah tidak menguntungkan lagi. Selain karena keuntungannya kecil, mungkin hanya sekitar Rp 50.000 per tiket, modalnya pun juga besar. Dan yang lebih parah, banyak ditemukan kasus pemesan tiket yang membayar belakangan alias ngutang. Itulah sebabnya, mereka beralih ke usaha kuliner.

Tekad mereka semakin bulat saat orang-orang di sekeliling mereka mulai meragukan kemampuan mereka dalam berbisnis. Bagaimana tidak, mereka memang tidak punya skill untuk memasak. Dan keluarga masing-masing pun sama sekali tidak ada yang memiliki background di bisnis kuliner. Jadi, bisa dibilang ini memang bisnis coba-coba. Niat mereka sempat ditentang orangtua tentu saja karena khawatir gagal, apalagi jika modal yang dipakai cukup besar. Tapi mereka tidak putus asa, meski harus mengandalkan kemampuan ibunda Dony yang pintar memasak. Menurut Dony, semua orang yang pernah mencoba masakan ibunya memang pasti bilang enak. Oleh karena itulah, Dony sampai harus merengek-rengek pada ibunya minta dibuatkan resep makanan berbahan baku daging ayam itu,


Meskipun ibunya terkenal jago memasak, tapi kata Dony, ternyata untuk menemukan cita rasa yang sesuai dengan selera khas anak muda Medan tak semudah yang dikira. Butuh berkali-kali eksperimen. Para tetangga dan orang terdekatlah yang menjadi tim penilai masakan hasil eksperimen ibunda Dony. Sang ibu juga sempat memberi ultimatum kepada Dony dan Lovely, dengan mengatakan, seandainya ujicoba racikan bumbu yang terakhir juga gagal, beliau tidak akan mau lagi membantu. Bahkan ibunda Dony sempat meminta mereka menyerah saja dan mencari usaha lain yang lebih cocok dengan kemampuan.

Syukurnya, pada uji coba terakhir, racikan bumbu yang dibuat ibunda Dony berhasil. Para tetangga dan orang-orang terdekat menganggap racikan bumbu terakhir yang diciptakan itu sudah sesuai dengan selera orang Medan yang terkenal punya hobi makan. Ditambah dukungan seorang teman yang bersedia men-supply aneka bahan untuk bumbu, mereka pun jadi makin bersemangat. Padahal awalnya, mereka sempat bingung juga harus kemana mencari bahan-bahan untuk bumbu. Untuk pertama kalinya, November 2014, mereka pun memberanikan diri membuka satu gerai di kawasan Asia Mega Mas, Medan. Agar bisa menarik perhatian konsumen, mereka mengemas jajanan tersebut dalam kemasan yang menarik. Varian rasanya pun mereka buat dalam aneka rasa, mulai dari barbeque, keju, dan lain-lain dengan tingkat kepedasan yang bervariasi. Saat ini Chicken Holic mempunyai lima level kepedasan, dari yang tidak pedas sampai sangat pedas. Jadi, tergantung konsumen mau memilih yang mana.

Karena ternyata respons masyarakat cukup baik, empat bulan kemudian mereka memutuskan membuka cabang. Lokasinya tak jauh dari gerai pertama. Hingga awal tahun 2016 jumlah gerai Chicken Holic terus bertambah dan menyebar di kabupaten kota di wilayah Sumatera Utara. Produksi pun bisa mencapai 150 kg daging ayam per hari. Antusiasme masyarakat Medan, khususnya remaja dan anak-anak, mereka nilai luar biasa. Oleh karena itu mereka beranikan untuk terus membuka cabang. Ada di Binjai, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Kisaran, dan yang paling banyak tentu saja di Medan.

Mereka sungguh tak pernah membayangkan bakal bisa bertahan dan berhasil di bisnis kuliner. Selain karena memang tidak punya kemampuan memasak, mereka juga buta peta bisnisnya. Bagaimana mencari bahan baku, meracik bumbu, juga bagaimana cara memasarkannya. Tapi entah mengapa, setiap kali melakukan travelling yang memang menjadi hobi mereka, mereka selalu saja membahas gerai-gerai snack street yang mereka jumpai, baik itu dalam perjalanan ke luar negeri maupun dalam negeri. Ujung-ujungnya, hal itu membuat mereka ingin membuka jenis jajanan yang sama di kota Medan. Misalnya, waktu ke Thailand, yang mana di sana memang banyak yang berjualan jajanan di jalan. Dari situ mereka sering berpikir, dari jajanan yang mereka lihat di sana, sepertinya bisa dicoba dihadirkan di Medan karena memang belum ada yang menjual. Apalagi sekarang ini di Medan sedang tren jajanan jalanan bagi anak-anak dan kalangan remaja.

Kecanggihan teknologi komunikasi, seperti ojek online dan media sosial, merupakan satu hal yang tak bisa dilepaskan perannya bagi tumbuh kembang bisnis yang mereka rintis. Mereka memang sangat merasakan andil kedua fitur ini. Untuk melakukan promosi produk, mereka aktif di Instagram dan food blogger. Setiap kali ada produk baru dan promosi, mereka tak lupa menginformasikannya di kedua media sosial tersebut. Cara ini ternyata sangat efektif. Responsnya selalu baik dan banyak warga yang antusias. Begitu pun dengan ojek online. Omzet Chicken Holic meningkat drastis sejak ada jasa ojek online di Medan. Mereka sangat terbantu oleh ojek online. Pesanan pun meningkat drastis. Konsumen yang malas keluar tapi tetap ingin ngemil Chicken Holic tidak perlu keluar rumah untuk bisa menikmati Chicken Holic, karena cukup order memakai ojek online saja, sudah beres.

Mereka pun tak pernah menganggap karyawan sebagai bawahan yang levelnya lebih rendah. Sebaliknya, mereka menganggap karyawan sebagai mitra yang berperan banyak dalam membangun binsis yang sedang mereka jalani. Tanpa karyawan, usaha yang mereka geluti ini pasti tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Karyawan adalah mitra mereka dalam membangun kepercayaan diri dan juga kepercayaan pelanggan. Karyawan juga merupakan cerminan dari produk yang dihasilkan. Karyawan yang baik tentu akan menghasilkan produk yang baik pula. Karyawan pun bisa berlaku baik jika mereka mendapat perlakuan yang baik pula. Tidak hanya dianggap sebagai pekerja, namun sebaliknya mereka harus dianggap sebagai mitra. Jadi, memang harus ada kerja sama yang baik, yang prinsipnya saling menguntungkan dan saling membutuhkan. Mereka butuh karyawan dan karyawan butuh mereka. Sehingga akan tercipta loyalitas antara mereka dengan karyawan, termasuk loyalitas dalam pemberian ide, kritik, dan juga saran.

Meskipun saat ini mereka mengaku belum puas dengan apa yang dicapai, namun mereka sangat bersyukur dengan keadaan yang sekarang ini. Paling tidak mereka berdua telah mampu merekrut tenaga kerja yang lumayan besar jumlahnya. Di tiap gerai mereka menempatkan minimal dua orang, bahkan untuk yang lokasinya di pusat perbelanjaan ada tiga orang. Itu masih termasuk bagian pemasaran, belum lagi untuk bagian produksi. Terus terang, mereka mengaku ketagihan untuk mencoba bisnis kuliner yang lain. Karena bisnis kuliner ini duplikasinya sangat cepat. Perjalanan bisnis mereka pun masih sangat panjang. Oleh karena itu, masih terlalu dini jika harus merasa puas. Paling tidak, Chicken Holic harus mampu go nasional, menyebar di kota-kota besar di Indonesia.

Agar gaung Chicken Holic bisa menasional, tentu harus ada upaya lebih yang dilakukan. Saat ini mereka tengah memantapkan sistem manajemen yang lebih baik lagi agar ke depannya lebih siap. Jadi, supaya lebih matang dan profesional, mereka harus menyiapkan segala sesuatunya terlebih dulu, termasuk memperbaiki sistem manajemen. Oleh karena itu, tak menutup kemungkinan mereka bisa bekerja sama dengan pihak-pihak yang mau mengembangkan bisnis Chicken Holic. Mereka juga punya rencana menjadikan Chicken Holic sebagai bisnis waralaba.


4 komentar:

  1. hallo , mau beli franchise chicken holic ? mau hubungi siapa ya ?
    reply ke gmail kunaifikongliang@gmail.com thanks

    BalasHapus
  2. Saya mau tanya... Gimana cara nya beli franchise chicken holic?

    BalasHapus
  3. Gimn cara gabungnya.dan brp harganya

    BalasHapus
  4. Saya mau gabung,bagaimana caranya? Please..

    BalasHapus