Berawal dari
liburan bersama saat kuliah, ide bisnis untuk membuat makanan serba pedas
muncul dalam benak empat anak-anak muda kreatif yang berdomisili di Yogyakarta
ini. Keempat anak muda tersebut, yakni Muhammad Arsy Muqorrobin, Indi
Pandantiyasti, Ahmad Iqbal Syarib, dan Mega Aisyah Nirmala. Keempat pemuda ini
sebenarnya sudah memiliki usaha masing-masing yang berbeda. Namun perbedaan
latar belakang tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk membangun
sebuah perusahaan kecil-kecilan bernama Monsterchilli dengan produk Sambal Cumi
Sadis (Pedas Abis).
Ide membuat
bisnis cambal cumi bermula ketika mereka berempat sedang berlibur di Lampung,
yang merupakan kampung halaman Iqbal. Saat liburan tersebut, mereka disuguhi
sambal cumi oleh kakak Iqbal. Sambal cumi yang disuguhi ini menggunakan jenis
cumi yang berbeda dan jarang dijumpai. Cumi yang dipakai untuk olahan sambal
tersebut merupakan jenis cumi teluk yang berbentuk kecil dan hanya ditemukan di
Lampung. Pada akhirnya, mereka meminta resep sambal tersebut untuk dikembangkan
dan dijadikan sebagai sebuah bisnis baru.
Mereka
akhirnya memutuskan untuk berbisnis di bidang makanan dan sepakat membuat ‘company’ bernama Monsterchilli. Mereka
berpikir untuk mengangkat produk-produk makanan yang menggunakan bahan baku
cabai. Sebelum meluncurkan produk sambal tersebut, mereka sempat bereksperimen
dengan menggunakan bahan baku cumi yang tersedia di pasaran, mulai dari cumi
basah sampai cumi kering. Namun, ternyata tidak bisa menyamai cita rasa sambal
cumi yang mereka cicipi ketika di Lampung. Setelah melakukan riset lebih
lanjut, ternyata untuk mendapatkan cita rasa yang sama memang harus menggunakan
cumi teluk yang ada di Lampung. Akhirnya, mereka pun mendatangkan bahan baku
cumi dari Lampung.
Selain cumi
teluk, sambal tersebut juga menggunakan bahan baku bawang merah dari Brebes
karena memiliki cita rasa yang enak di lidah. Mereka mengatakan, dari struktur
biaya produksi, ongkos bahan baku Sambal Cumi Sadis memang cukup mahal karena
harus didatangkan dari luar Yogyakarta. Namun, hal ini merupakan kelebihan yang
dimiliki oleh produk Sambal Cumi Sadis karena menggunakan bahan baku
berkualitas.
Setelah semua
siap, produk Sambal Cumi Sadis diluncurkan pada Juli 2015, bertepatan saat
bulan Ramadhan, sebanyak 50 botol. Tak disangka pada saat itu produk sambal
mereka cukup mencuri perhatian konsumen dan langsung mendapatkan pesanan sampai
200 botol. Mereka pun mengaku sempat kewalahan dalam memenuhi pesanan tersebut
dan justru mengalami kerugian sebesar Rp 6 juta. Sebab, memproduksi sambal
untuk skala kecil dan skala besar prosesnya berbeda. Apalagi, mereka juga harus
mempertahankan cita rasa sambal tersebut. Ternyata, saat memasak sambal dengan
menggunakan panci besar, prosesnya beda, baik dari takaran maupaun besaran
apinya. Namun dari situ mereka akhirnya bisa belajar.
Sambal Cumi
Sadis dikemas dalam botol kaca dan telah melewati proses pasteurisasi sehingga
steril serta terjaga cita rasanya. Satu botol sambal cumi dibanderol dengan
harga Rp 55.000 dan bisa tahan sampai jangka waktu tiga bulan jika disimpan di
suhu ruangan. Sedangkan, apabila disimpan di dalam kulkas bisa tahan sampai
enam bulan. Sejauh ini penjualan sambal tersebut masih menggunakan media sosial
Instagram, reseller, dan pameran.
Saat ini Sambal Cumi Sadis sudah memiliki reseller
yang tersebar di Bandung, Jakarta, Lampung, Balikpapan, Samarinda, dan Tulung
Agung.
Jika produk
makanan pedas yang dijual di pasaran biasanya dibuat dengan level-level
kepedasan tertentu, Sambal Cumi Sadis tidak menerapkan level terebut agar tetap
autentik. Tapi, meski tidak menerapkan level kepedasan, mereka menjamin, sambal
cumi buatan mereka dapat memenuhi hasrat konsumen pencinta pedas. Seiring
dengan berjalannya waktu, sambal cumi produksi Monsterchilli semakin dikenal
oleh konsumen dan dalam satu bulan bisa menjual sekitar 500 botol dengan omzet
mencapai Rp 25 juta dari modal patungan sebesar Rp 2 juta per orang.
Awalnya,
proses produksi dilakukan di Lampung. Namun karena rantai distribusinya terlalu
panjang, mereka lalu sepakat untuk memindahkan proses produksi di Yogyakarta.
Dalam rentang satu tahun, Monsterchilli sudah mengeluarkan dua produk, yakni
Sambal Cumi Sadis dan Sambal Cumi Sadar (Pedas Standar). Sambal Cumi Sadar
muncul atas permintaan konsumen yang berusia di atas 40 tahun. Menurut mereka,
konsumen di usia tersebut banyak yang tidak tahan dengan rasa pedas dalam
produksi Sambal Cumi Sadis. Oleh karena itu, sejak April 2016 Monsterchilli
mengeluarkan produk Sambal Cumi Sadar. Saat ini penjualan produk mereka
sebanyak 70 persen untuk Sambal Cumi Sadis, dan 30 persen untuk Sambal Cumi
Sadar.
Untuk
memperluas distribusi, saat ini mereka juga sedang mengurus izin PIRT (pangan industri
rumah tangga). Apabila izin PIRT sudah dikantongi maka akan mudah menjual
produk mereka ke retail, restoran,
ataupun toko oleh-oleh. Selain itu, mereka juga giat mengikuti pameran untuk
mengembangkan brand awareness kepada
konsumen dan melebarkan jaringan reseller
baru. Mereka justru banyak bertemu dengan reseller
loyal di ajang pameran. Ke depannya, Monsterchilli tidak hanya ingin membuat
produk sambal saja, tetapi juga produk lain yang menggunakan bahan baku cabai.
Monsterchilli ingin menjadi pionir dalam memproduksi makanan pedas dan
menawarkan pengalaman kuliner yang baru kepada konsumen. Menurut mereka,
menjual produk yang sudah dibuat oleh orang lain justru lebih susah. Sedangkan
produk yang baru dan cenderung aneh lebih gampang. Sederhananya, bila belum
banyak yang membuat, maka persaingannya masih sedikit, hingga menjualnya jadi
lebih gampang.
0 komentar:
Posting Komentar