Rabu, 17 Agustus 2016



Berawal dari liburan bersama saat kuliah, ide bisnis untuk membuat makanan serba pedas muncul dalam benak empat anak-anak muda kreatif yang berdomisili di Yogyakarta ini. Keempat anak muda tersebut, yakni Muhammad Arsy Muqorrobin, Indi Pandantiyasti, Ahmad Iqbal Syarib, dan Mega Aisyah Nirmala. Keempat pemuda ini sebenarnya sudah memiliki usaha masing-masing yang berbeda. Namun perbedaan latar belakang tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk membangun sebuah perusahaan kecil-kecilan bernama Monsterchilli dengan produk Sambal Cumi Sadis (Pedas Abis).

Ide membuat bisnis cambal cumi bermula ketika mereka berempat sedang berlibur di Lampung, yang merupakan kampung halaman Iqbal. Saat liburan tersebut, mereka disuguhi sambal cumi oleh kakak Iqbal. Sambal cumi yang disuguhi ini menggunakan jenis cumi yang berbeda dan jarang dijumpai. Cumi yang dipakai untuk olahan sambal tersebut merupakan jenis cumi teluk yang berbentuk kecil dan hanya ditemukan di Lampung. Pada akhirnya, mereka meminta resep sambal tersebut untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai sebuah bisnis baru.


Mereka akhirnya memutuskan untuk berbisnis di bidang makanan dan sepakat membuat ‘company’ bernama Monsterchilli. Mereka berpikir untuk mengangkat produk-produk makanan yang menggunakan bahan baku cabai. Sebelum meluncurkan produk sambal tersebut, mereka sempat bereksperimen dengan menggunakan bahan baku cumi yang tersedia di pasaran, mulai dari cumi basah sampai cumi kering. Namun, ternyata tidak bisa menyamai cita rasa sambal cumi yang mereka cicipi ketika di Lampung. Setelah melakukan riset lebih lanjut, ternyata untuk mendapatkan cita rasa yang sama memang harus menggunakan cumi teluk yang ada di Lampung. Akhirnya, mereka pun mendatangkan bahan baku cumi dari Lampung.

Selain cumi teluk, sambal tersebut juga menggunakan bahan baku bawang merah dari Brebes karena memiliki cita rasa yang enak di lidah. Mereka mengatakan, dari struktur biaya produksi, ongkos bahan baku Sambal Cumi Sadis memang cukup mahal karena harus didatangkan dari luar Yogyakarta. Namun, hal ini merupakan kelebihan yang dimiliki oleh produk Sambal Cumi Sadis karena menggunakan bahan baku berkualitas.


Setelah semua siap, produk Sambal Cumi Sadis diluncurkan pada Juli 2015, bertepatan saat bulan Ramadhan, sebanyak 50 botol. Tak disangka pada saat itu produk sambal mereka cukup mencuri perhatian konsumen dan langsung mendapatkan pesanan sampai 200 botol. Mereka pun mengaku sempat kewalahan dalam memenuhi pesanan tersebut dan justru mengalami kerugian sebesar Rp 6 juta. Sebab, memproduksi sambal untuk skala kecil dan skala besar prosesnya berbeda. Apalagi, mereka juga harus mempertahankan cita rasa sambal tersebut. Ternyata, saat memasak sambal dengan menggunakan panci besar, prosesnya beda, baik dari takaran maupaun besaran apinya. Namun dari situ mereka akhirnya bisa belajar.

Sambal Cumi Sadis dikemas dalam botol kaca dan telah melewati proses pasteurisasi sehingga steril serta terjaga cita rasanya. Satu botol sambal cumi dibanderol dengan harga Rp 55.000 dan bisa tahan sampai jangka waktu tiga bulan jika disimpan di suhu ruangan. Sedangkan, apabila disimpan di dalam kulkas bisa tahan sampai enam bulan. Sejauh ini penjualan sambal tersebut masih menggunakan media sosial Instagram, reseller, dan pameran. Saat ini Sambal Cumi Sadis sudah memiliki reseller yang tersebar di Bandung, Jakarta, Lampung, Balikpapan, Samarinda, dan Tulung Agung.


Jika produk makanan pedas yang dijual di pasaran biasanya dibuat dengan level-level kepedasan tertentu, Sambal Cumi Sadis tidak menerapkan level terebut agar tetap autentik. Tapi, meski tidak menerapkan level kepedasan, mereka menjamin, sambal cumi buatan mereka dapat memenuhi hasrat konsumen pencinta pedas. Seiring dengan berjalannya waktu, sambal cumi produksi Monsterchilli semakin dikenal oleh konsumen dan dalam satu bulan bisa menjual sekitar 500 botol dengan omzet mencapai Rp 25 juta dari modal patungan sebesar Rp 2 juta per orang.

Awalnya, proses produksi dilakukan di Lampung. Namun karena rantai distribusinya terlalu panjang, mereka lalu sepakat untuk memindahkan proses produksi di Yogyakarta. Dalam rentang satu tahun, Monsterchilli sudah mengeluarkan dua produk, yakni Sambal Cumi Sadis dan Sambal Cumi Sadar (Pedas Standar). Sambal Cumi Sadar muncul atas permintaan konsumen yang berusia di atas 40 tahun. Menurut mereka, konsumen di usia tersebut banyak yang tidak tahan dengan rasa pedas dalam produksi Sambal Cumi Sadis. Oleh karena itu, sejak April 2016 Monsterchilli mengeluarkan produk Sambal Cumi Sadar. Saat ini penjualan produk mereka sebanyak 70 persen untuk Sambal Cumi Sadis, dan 30 persen untuk Sambal Cumi Sadar.


Untuk memperluas distribusi, saat ini mereka juga sedang mengurus izin PIRT (pangan industri rumah tangga). Apabila izin PIRT sudah dikantongi maka akan mudah menjual produk mereka ke retail, restoran, ataupun toko oleh-oleh. Selain itu, mereka juga giat mengikuti pameran untuk mengembangkan brand awareness kepada konsumen dan melebarkan jaringan reseller baru. Mereka justru banyak bertemu dengan reseller loyal di ajang pameran. Ke depannya, Monsterchilli tidak hanya ingin membuat produk sambal saja, tetapi juga produk lain yang menggunakan bahan baku cabai. Monsterchilli ingin menjadi pionir dalam memproduksi makanan pedas dan menawarkan pengalaman kuliner yang baru kepada konsumen. Menurut mereka, menjual produk yang sudah dibuat oleh orang lain justru lebih susah. Sedangkan produk yang baru dan cenderung aneh lebih gampang. Sederhananya, bila belum banyak yang membuat, maka persaingannya masih sedikit, hingga menjualnya jadi lebih gampang.

0 komentar:

Posting Komentar