Senin, 18 Agustus 2014




Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan warisan kuliner bernama Gudeg. Bahkan, para pakar menyatakan makanan yang dibuat dari nangka muda ini sudah ada sejak tahun 1819-1820. Salah satu rumah makan Gudeg yang terkenal adalah Gudeg Bu Tjitro. Ini adalah usaha keluarga yang sampai saat ini sudah sampai pada generasi ke empat. Dimulai oleh Eyang Tjitro Wihardjo yang merintis usaha ini dari tahun 1925. Awalnya Eyang Tjitro hanya berjualan di depan rumahnya di Jalan Rotowijayan. Kemudian pada tahun 60-an, Gudeg Bu Tjitro dikembangkan oleh dua putranya dengan membuka rumah makan Gudeg di Jakarta. Mereka adalah Bapak Soeharto di Cikajang, Kebayoran Lama dan Bapak Soemadi yang membuka restoran di daerah Senen, Jakarta Pusat. Dan ternyata usaha restoran di Jakarta itu pun berhasil berkembang. Sampai kemudian membuka cabang lain di Kelapa Gading.

Memasuki tahun 1978, sebuah cabang kembali dibuka di Jalan Adi Sucipto km.9 Yogyakarta. Berikutnya, pada tahun 80-an, salah satu putri Eyang Tjitro yang bernama Retno Widiastuti, ikut mengembangkan usaha rumah makan ini dengan membuka cabang di depan hotel Ambarukmo, Yogyakarta. Sampai akhirnya di tahun 1999, restoran itu pindah ke Jalan Janti No 330, di depan JEC Yogyakarta, dengan nama Gudeg Bu Tjitro 1925. Kini usaha Gudeg Bu Tjitro dilanjutkan sepenuhnya oleh Jatu Dwi Komalasari, yang merupakan salah satu cucu Eyang Tjitro dan juga anak dari Retno Widiastuti. Jatu sendiri mulai turun tangan mengembangkan usaha ini mulai tahun 2008 lalu. Saat itu, kedua orangtuanya memang menyerahkan tampuk usaha kepada Jatu dan seorang adik perempuannya. Saat diberikan tanggung jawab itu, menurut Jatu, kondisi Gudeg Bu Tjitro dalam keadaan yang kurang baik dikarenakan banyaknya pesaing dan kurangnya kontrol manajemen.





Sejak saat itu Jatu mulai mencari tahu keunggulan dan kekurangan usaha itu. Ia pun juga melakukan survei pasar. Ternyata waktu itu hanya 37 % saja masyarakat yang masih ingat dengan Gudeg Bu Tjitro. Tentu saja itu membuat Jatu sedih, mengingat nama Gudeg Bu Tjitro sempat tenar di tahun 70-an sampai 90-an. Hasil survei ini yang kemudian menjadi motivasi dan tantangan buat Jatu agar terus mengembalikan kejayaan leluhurnya. Jatu lalu melakukan perubahan dari dalam, melakukan inovasi dengan penambahan menu baru non gudeg, juga memperbaiki resep. Ternyata resep yang original sudah tidak bisa digunakan mentah-mentah. Ini disebabkan karena turunnya kualitas bahan baku.

Jatu juga mulai memperbaiki kemasan Gudeg kendil agar tahan hingga 48 jam atau dua hari. Ia pun juga mulai berkenalan dengan teknik pengalengan. Saat itu Jatu ingin membuat Gudeg Bu Tjitro dalam kaleng tanpa menggunakan bahan pengawet dan proses pemasakannya pun tanpa menggunakan penyedap masakan. Karena ia tahu saat ini masyarakat semakin pintar memilih produk makanan yang akan dikonsumsi. Masyarakat modern sangat membutuhkan makanan yang praktis, mudah, aman dan sehat. Sebelum memulai pengalengan, yang menjadi kendalanya adalah modal. Pabrik-pabrik pengalengan ternyata memiliki jumlah minimal produksi. Karena tergolong usaha UKM, Gudeg Bu Tjitro pun merasa belum sanggup untuk memproduksi dalam jumlah banyak. Kendala lain adalah produk gudeg belum ada penelitiannya.





Sampai suatu ketika, Jatu menemukan laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sudah melakukan penelitian makanan tradisional termasuk gudeg. Bak gayung bersambut, saat Jatu memaparkan keinginannya untuk mengemas Gudeg Bu Tjitro dalam kaleng, pihak LIPI menerimanya dengan baik dan sangat membantu. Penelitian di LIPI sebelumnya hanya sebatas pada pengalengan gudeg. Sementara untuk menambahkan krecek, telur, dan ayam suwir harus dilakukan uji coba dan penelitian sendiri. Karena Jatu menginginkan hasil yang sempurna, ia pun ikut terlibat dan terjun langsung selama proses uji coba. Hampir 3 tahun penelitian itu dilakukan, sebuah perjalanan yang panjang dan tidak mudah. Sampai akhirnya, gudeg kaleng yang ia inginkan dengan komposisi lengkap berhasil mendekati sempurna dengan gudeg Bu Tjitro yang disajikan dalan keadaan fresh.

Berkat gudeg kaleng dan sejumlah penataan manajemen yang semakin baik, Gudeg Bu Tjitro pun kini kembali meraih masa kejayaannya.


Layanan Delivery Gudeg Kaleng Bu Tjitro 1925, wilayah Jakarta dan sekitarnya di : 085695138867

0 komentar:

Posting Komentar