Selasa, 16 September 2014




Melihat pangsa pasar batik untuk anak-anak masih terbuka lebar, Firda Nurul Aini tak mau menyia-nyiakannya. November 2011, ia menjajal pasar dengan memproduksi sekitar 100 potong baju batik anak yang penjualannya ia titipkan di toko batik Yogya Kembali milik keluarganya di Jalan  KH. Ahmad Dahlan No 8, Yogyakarta. Sengaja ia membuat dalam jumlah banyak sekaligus agar langsung menarik perhatian pengunjung toko dan mereka punya banyak pilihan. Baru sebentar memajang, ternyata respons pengunjung toko cukup bagus. Inilah yang membuat Firda optimis dan mulai membuat Batik Bocah, brand khusus batik anak dengan lebih serius. Ibu satu anak yang pernah jadi karyawan kantoran selama 5-6 tahun ini mendesain sendiri baju anak yang diproduksinya. Batik Bocah, menurut Firda, mempunyai ciri khas. Ia sengaja menggunakan warna-warna cerah, sesuai dengan karakter anak-anak yang ceria.

Selain menggunakan kain katun agar nyaman dipakai, Firda juga membuat desain yang simpel sehingga aktivitas anak tidak terganggu. Baju yang ia desain ini bisa digunakan untuk sehari-hari di rumah, jalan-jalan, wisata, bahkan sekolah. Namun, sarjana ekonomi ini menyatakan, tidak tertutup kemungkinkan juga ia membuat baju berdasarkan permintaan pembeli. Misalnya untuk ke acara yang lebih resmi, atau ingin baju dengan detail dan kombinasi yang  lebih banyak. Pembeli pun bisa memilih motif, model, dan warna yang diinginkan, seperti yang dilakukan sebuah TK di Yogyakarta yang mengunakan Batik Bocah sebagai seragam sekolahnya. Firda sendiri sejak awal memang sudah bekerja sama dengan pengrajin batik sehingga bisa membuat motif yang diinginkan.





Kebetulan, keluarganya memang mempunyai usaha batik yang diturunkan sejak zaman eyangnya dulu. Di toko milik keluarga yang turut ia kelola, ia sering melihat sendiri antusiasme pembeli untuk mencari batik anak. Itu sebabnya, setelah melihat Batik Bocah punya banyak peminat, ia membuka toko khusus yang bersebelahan dengan toko milik orang tuanya. Firda juga pernah menyewa stand di sebuah mal selama setahun untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat Yogya. Respons masyarakat ternyata cukup bagus karena selain pembelian langsung, ada juga beberapa orang yang tertarik menjadi reseller.  Ia pun juga rajin mengikuti pameran, termasuk yang diadakan di Jakarta, seperti Inacraft. Dari pengunjung pameran itulah, ia mendapat inspirasi untuk membuat baju batik untuk bayi. Karena banyak orangtua, terutama yang berusia muda, yang kerap menanyakan baju batik untuk bayi. Selain itu, sisa kain percanya ia buat menjadi aksesori, seperti bando dan pin. Semaksimal mungkin kain yang masih bisa dibuat produk, akan ia manfaatkan.

Untuk baju, harganya berkisar Rp 65.000 – Rp 275.000 dengan pangsa usia bayi sampai 12 tahun. Baju muslim adalah yang harganya paling mahal, karena sudah satu stel dengan jilbab. Untuk dress, harganya Rp 155.000. Sedangkan harga aksesori mulai Rp 15.000 – Rp 35.000. Tak hanya menjual di toko dan membuka stand di mal setiap musim liburan, Batik Bocah juga ditawarkan lewat Facebook, Twitter, Instagram, dan bekerja sama dengan toko online besar. Selain itu, batik kreasi Firda juga bisa ditemui di beberapa mal besar di Jakarta, Bali, Tangerang, dan Semarang. Yang menarik, baju batik yang per bulan diproduksi 250-300 potong ini bukan hanya merupakan kombinasi beberapa warna kain, melainkan juga paduan antara batik dan lain-lain. Misalnya lurik atau jins. Untuk produksi, Firda dibantu empat orang penjahit yang mengerjakan di bagian belakang tokonya.




Keunikannya ini yang membuat Batik Bocah laris dicari saat musim libur, Lebaran, dan akhir tahun. Ada pula model yang dibuat Firda sejak pertama kali buka, sampai sekarang repeat order-nya masih tetap tinggi. Padahal, ia cuma mengubah kombinasi warnanya saja. Batik Bocah bahkan juga pernah dipakai sebuah kelompok tari dari Yogya untuk tampil di sebuah stasiun televisi, dan kerap tampil di acara fashion show yang digelar di Yogyakarta dan Malang. Dalam setahun, Firda menargetkan setidaknya ada dua model baru yang dirilis. Firda sendiri mulai terjun ke dunia usaha sejak 2002 dengan membuat kerajinan yang bersifat natural untuk dekorasi interior. Awalnya, ketika ia sudah mempunyai anak, ia akhirnya memilih keluar dari pekerjaannya untuk total mengurus rumah sambil berbisnis. Ternyata kesibukannya berbisnis itu menjadi keterusan. Usaha kerajinan yang dimilikinya semakin besar sampai akhirnya sang suami juga ikut keluar dari pekerjaannya untuk membesarkan usahanya itu sampai sekarang. Kini Firda berbagi tugas dengan suaminya untuk mengelola kedua usaha yang dimilikinya.







Hubungi Kami

Buka Toko : 09.00 - 21.00 WIB
Jl.Kha Dahlan No. 8
Gondomanan
55122
Indonesia


1 komentar: