Usia boleh sepuh, tapi semangat desainer Inez Mardiana untuk mengembangkan kebaya bordir tak pernah padam. Inez menjadikan sebagian rumahnya yang luas di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, sebagai gerai kebaya bordir. Terpajang di sana, kebaya encim dengan bordir cantik. Sebagian di antaranya bordir dengan tema khusus. Namun, yang menarik perhatian publik adalah ketika beberapa tahun lalu, ia menggali dan menggaungkan kebaya bordir tema Betawi. Salah satu koleksinya di gerai itu terlihat motif bordir sebuah keluarga Betawi, ada gambar enyak, babe, dan anaknya. Ada lagi bordir bergambar penari yapong, sebuah tarian karya mendiang empu tari Bagong Kusudiardja yang dipentaskan dalam rangka memeriahkan ulang tahun Jakarta tahun 1975. Di bagian belakang rumahnya, ada workshop tempat beberapa pengrajin mengerjakan busana, dari mulai menjahit hingga membordir.
Inez
bercerita, awalnya ia fokus ke kebaya encim. Namun belakangan ada juga
permintaan membuat kebaya kurung, pesanan dari Sumatera Barat. Selain itu,
secara berkala Inez kerap diminta menggelar peragaan busana di beberapa tempat.
Yang masuk ke jadwalnya, dalam sebulan bisa ada dua permintaan. Ada yang datang
dari hotel berbintang, ada pula yang dari mal besar di Jakarta. Dalam satu
pagelaran, biasanya ia menyiapkan satu tema khusus dengan 8 busana. Biasanya,
pihak pengundang menyerahkan sepenuhnya kepada Inez. Perempuan asal Temanggung,
Jawa Tengah ini juga beberapa kali ikut dalam Jakarta Fashion Week. Ia hanya
sekali absen mengikuti even itu pada tahun 2014. Inez mengaku, setelah suaminya
Ismawan Haryono meninggal tahun 2012, ia sempat tidak ada semangat untuk terus
berkarya. Mau melangkah ke luar rumah saja rasanya susah. Namun, setelah
mendapat teguran dari anak tunggalnya, ibu satu anak dan nenek dua cucu ini, berusaha untuk semangat kembali.
Karya Inez
menarik perhatian publik ketika tahun 2012 dalam ajang Jakarta Fashion Week, ia
menampilkan gelar busana kebaya encim bordir dengan motif ikon legenda Betawi.
Karyanya itu menarik perhatian publik. Inez memang ingin menampilkan sesuatu
yang baru dengan mengeksplorasi budaya Betawi yang saat itu belum ia temukan di
motif bordir. Inez memang lahir di Jawa Tengah, tapi menghabiskan puluhan tahun
hidupnya di Jakarta. Oleh karena itulah, ia ingin mendarmabaktikan kreasinya
untuk masyarakat Jakarta. Ia tergerak untuk ikut menaikkan kembali budaya
Betawi. Menurut Inez, beberapa pengamat busana menyebutkan bahwa karyanya
menciptakan inovasi. Kala itu, ia mengkombinasikan kebaya encim bordir dengan
sarung kain batik Pekalongan. Untuk kebaya, ia mengandalkan bordir karya
pegawainya, sedangkan untuk sarung corak batik, ia memesan khusus ke
Pekalongan.
Inez
mengungkapkan, selama ini ia memang mengkonsepkan karya dengan memadupadankan
kebaya bordir dengan bawahan sarung corak batik. Dan, ia menyatukannya dalam
sebuah benang merah tema. Misalnya, ketika ia membuat kebaya dengan bordir
Pitung, maka batiknya pun bergambar Pitung. Dari sekian banyak ikon Betawi, Inez
memang memilih yang paling dikenal publik. Sebelumnya ia mempelajarinya lewat
buku. Ketika ia membuat bordir si Pitung, maka ia harus mempelajari siapakah si
tokoh Pitung itu ? Ternyata si Pitung adalah tokoh yang pintar mengaji, jago
bela diri, dan dianggap pahlawan karena memerangi penjajahan. Nah, dari
karakter si Pitung inilah, Inez menuangkannya dalam karya bordir. Selain itu
Inez juga pernah mengeksplorasi motif Betawi lainnya seperti ondel-oncel dan
corak wayang Betawi.
Dalam pagelaran
busana itu Inez menggunakan beragam bahan. Mulai dari katun, sutera, nilon,
atau polyester. Ia tentu saja memang
memilih bahan yang nyaman dipakai. Karyanya pun cukup menarik perhatian beberapa
media. Bahkan beberapa majalah wanita meminjam koleksi kebayanya, untuk
ditampilkan di medianya. Selanjutnya, banyak pelanggan baru yang mendatangi
butiknya. Namun, permintaan yang banyak itu tidak diimbangi dengan tenaga
kerjanya yang masih terbatas. Apalagi, hasil kerjanya tidak bisa terburu-buru.
Karya Inez benar-benar homemade.
Bordir buatannya nampak halus dan hidup, dan terlihat tiga dimensi. Karena
itulah dibutuhkan waktu pengerjaan yang relatif lama.
Meski begitu,
Inez juga menyediakan kebaya bordir yang lebih massal. Tentu saja, bordir
dengan mesin highspeed ini lebih
kasar bila dibandingkan dengan yang lebih manual. Harganya tentu saja lebih
murah. Harga kebaya bordir Inez sendiri berkisar mulai Rp 350.000 sampai jutaan
rupiah. Harga tersebut belum termasuk ongkos jahit. Inez memang lebih banyak
menyediakan bahan saja, dan sudah memiliki karyawan khusus jahit. Jadi boleh
dibilang, karyanya lebih personal.
Dikisahkan
Inez, sebelumnya ia membuka usaha jahit biasa dengan bendera Jasmine Teas. Usahanya
terbilang maju. Ia pernah mendapat pesanan membuat seragam dari berbagai
kantor. Namun, pada tahun 1985 Inez lebih fokus ke bordir. Saat itu bordir
belum begitu berkembang, dan ia ingin mengangkatnya lagi. Apalagi semasa remaja
ia sudah senang memakai kebaya bordir. Inez pun memilih kebaya encim, yang
lahir dari akulturasi kebudayaan Tionghoa, dengan kreasi bordir yang menurutnya
tidak hanya yang itu-itu saja. Ia ingin membuat corak yang lebih beragam. Ia
memulai dengan seorang tukang bordir. Sebelumnya Inez mangaku, tidak mudah
mencari pembordir yang kualitasnya bagus. Sampai kemudian ia bisa bertemu
pembordir yang cocok, Pak Uli dari Tasikmalaya.
Dengan
desain-desain bordir yang lebih fresh,
kebaya karya Inez tidak terkesan hanya untuk orangtua. Ia juga ingin karyanya
bisa merangkul anak-anak muda. Untuk anak muda, kebaya tersebut bisa dipadu
dengan celana panjang. Untuk menghasilkan kualitas bordir yang bagus, Inez
mempelajari detail setiap pola jahitan dan bordir kebaya. Lewat karyanya ini,
Inez ingin meneruskan dan mengembangkan warisan budaya nenek moyang kita, dan
berharap anak-anak muda juga bisa menyukai kebaya.
Usaha Inez
berkembang. Bahkan, ia pernah mendapatkan pesanan dari Singapura. Inez pun jadi
paham, bahwa orang Singapura menyukai warna merah dan kuning. Sebaliknya,
mereka tidak suka warna biru tua karena warna tersebut di sana identik dengan
duka cita. Ia pun pernah mendapat pesanan kebaya bordir untuk acara perkawinan.
Inez yang pelanggannya memang datang dari berbagai kalangan ini pun berjanji,
akan terus menggeluti bordir sampai ia tak mampu lagi. Kasihnya kepada bordir
memang sepanjang masa.
Pakaiannya indah ya model kebaya
BalasHapus