Selasa, 09 Juni 2015




Ini kisah tentang Emmanuell Rendy Sasongko, saat masih menjadi mahasiswa semester akhir di Bumiputera Bisnis School Jakarta pada tahun 2011 lalu, yang mencoba menawarkan dirinya sebagai jasa kurir sepeda. Rendy, begitu panggilan akrab pria kelahiran Yogyakarta 7 November 1991, mengaku tertarik bekerja seperti itu setelah menonton film Premium Rush yang dibintangi oleh Joseph Gordon-Levitt. Jalanan kota New York yang digambarkan dalam film itu hampir sama dengan kondisi jalanan Jakarta sehingga pastinya memiliki permasalahan yang sama pula. Dari keseruan film itu, ia merasa ada peluang yang laris pada jasa bike messenger di kota-kota besar yang selalu padat dan macet, karena sepeda bisa menjadi solusi untuk menembus kemacetan. Setelah itu,  Rendy pun semakin banyak mencari tahu lewat Youtube aksi para bike messenger New York di acara Triple Rush. Kebetulan, ia memang suka sekali naik sepeda kemana-mana, jadi terpikir mengapa tidak sekalian saja hobinya itu dipakai untuk mencari uang. Karena bagi dirinya yang masih mahasiswa, menyenangkan sekali rasanya kalau bisa mendapatkan uang tambahan dari keringat sendiri, dan bisa meringankan beban orangtua.

Rendy, yang memutuskan merantau dan bersekolah di Jakarta sejak tahun 2010 ini, kemudian mantap menjadi bike messenger dan mencoba menangkap peluang yang terbuka ini. Iseng-iseng ia menawarkan jasa bike messenger di akun Twitternya. Ternyata kicauan Rendy di akun twitter @emanuelrendy banyak mendapat respons positif dan serius. Saat itu banyak yang heran dan bertanya soal jasa yang ia tawarkan. Gayung bersambut, salah satu temannya pun penasaran dan memintanya untuk mengantarkan dokumen. Kebetulan si teman bekerja di kawasan Sudirman, Jakarta, dan memang sedang membutuhkan jasa kurir untuk mengantar dokumen kantornya. Rendy pun langsung merespons tawaran itu. Dan dari situlah jasa bike messenger-nya mulai berjalan.



Jasa yang ditawarkan Rendy ini memang hanya untuk mengantarkan paket dokumen saja, bukan untuk barang yang lain. Jadi boleh dikatakan, ini sebagai solusi untuk dokumen penting yang harus segera dikirim dalam satu kota. Kalau untuk barang lainnya, ia belum mau menerima, karena di Jakarta toh sudah banyak jasa pengiriman paket. Dengan bisnis yang ditawarkannya ini, Rendy ternyata malah lebih dikenal sebagai JakMessengerBoy. Saat itu sepertinya hanya dirinya saja yang menawarkan jasa seperti ini, jadi memang tidak ada kompetitornya. Beda dengan sekarang yang sudah semakin banyak dan punya beberapa tawaran.

Hasilnya, bisnis Rendy terus meningkat. Walaupun hanya berasal dari kicauan di Twitter, namun layanan jasanya akhirnya juga direkomendasikan dari mulut ke mulut. Jasa Rendy banyak diincar dari beberapa perusahaan besar dan dijadikan solusi agar dokumen bisa segera sampai. Dulu, ia hanya beroperasi setiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan Jumat. Sementara hari Kamis waktunya dipakai seharian untuk kuliah. Keuntungan dari usaha ini cukup lumayan. Dalam satu hari ia bisa mendapat Rp 200.000, dengan hanya mengantar 3-4 paket. Ia mematok harga mulai dari Rp 50.000. Yang jelas, Rendy melakukan pekerjaan ini bukan hanya karena uangnya, tapi karena memang suka bersepeda. Meski resikonya memang cukup besar, terlebih jalanan di kota Jakarta sangat tidak bersahabat.



Rendy punya cerita menarik soal mengantar jasa dokumen yang digelutinya ini. Pernah, ia mendapat jadwal penuh dan dibooking selama satu bulan oleh salah satu perusahaan rokok. Saat itu ia diminta untuk mengantarkan paket di 230 toko. Jadi setiap minggunya ia harus mendatangi sekitar 70 toko. Meski lumayan capek, tapi bonus yang didapatnya sangat lumayan. Pengalaman lainnya, Rendy pernah mengantarkan dokumen sampai ke daerah Pantai Indah Kapuk dengan biaya Rp 100.000. Sebenarnya yang jadi masalah bukan soal jauh atau dekatnya, tapi jalan menuju kesananya yang macetnya cukup parah dan itu berbahaya kalau naik sepeda.

Dalam mengerjakan bisnisnya ini, Rendy memang tak menjadikannya beban dan bisnis utama. Ia tidak ada niat untuk menseriusi bisnis ini meski sebenarnya masih sangat potensial. Saat ini keberadaan bike messenger sudah menjadi kebutuhan, bukan sekedar gaya-gayaan lagi untuk kota Jakarta. Sayangnya, semenjak ia fokus menyelesaikan skripsinya dan menyiapkan sidang kelulusan, frekuensinya ia kurangi. Selain itu ia juga ada proyek lain yang lebih serius dan masih berhubungan dengan sepeda. Saat ini ia masih melayani klien yang sudah lama saja, walau jumlahnya hanya beberapa. Ini sekedar untuk menyalurkan kesenangannya bersepeda. Beberapa teman Rendy yang melihat kesuksesannya pun ikut mencoba peruntungan. Sebenarnya Rendy sendiri ingin bisa juga melanjutkan bisnis ini secara profesional, tapi ia kesulitan mencari sumber daya manusianya. Ia juga melihat, saat ini jasa bike messenger sudah semakin banyak dan semakin profesional. Namun, ia tidak menyalahi itu, karena memang bisnis ini prospeknya bagus.

0 komentar:

Posting Komentar