Produk yang
lahir dari ibu tiga anak ini ternyata mampu mengangkat perekonomian
keluarganya. Bersama sang suami, Rudi Parlinggoman Sinurat, Rosie, begitu
perempuan kelahiran Jakarta, 4 September 1977 ini biasa disapa, kini memiliki
lebih dari 120 mitra dalam usaha tahu isinya. Rosie bercerita, sebelum membuka
usaha tahu isi, ia sudah memiliki usaha waralaba jamur kriuk. Ia memiliki lima outlet jamur kriuk pada sekitar tahun 2011.
Ketika itu, jamur kriuk memang sedang booming.
Tapi ternyata tidak bertahan lama. Sekitar 1,5 tahun kemudian penjualan mulai
seret. Pasalnya makin sulit mendapat pasokan jamur tiram. Selain musiman,
petani jamur ketika itu juga banyak yang gulung tikar. Padahal, dari lima outlet yang dimilikinya waktu itu, Rosie
bisa membuat 120 kilogram jamur per hari. Satu pack-nya ia jual Rp 5.000. Dalam sehari, ia bisa mengantongi laba
bersih sampai sekitar Rp 700.000 dari 5 outlet.
Sebelum usaha
jamur kriuknya benar-benar tutup, Rosie sudah mulai memutar otak mencari apa
yang harus dilakukannya. Kebetulan di dekat outlet
jamurnya terdapat outlet tahu
pedas, dan bila ia perhatikan usaha itu selalu ramai. Bahkan menurut Rosie, ia
sampai jarang melihat penjualnya, karena tertutup oleh pelanggan yang antre. Hebatnya
lagi, ada pelanggan yang sampai rela antre selama 20 menit hanya untuk membeli
tahu pedas itu. Usut ketemu usut, Rosie pun penasaran dan ikut membeli tahu
pedas itu. Lalu, di rumah bersama suami ia ‘membedah’ tahu pedas itu, untuk
dicari tahu bagaimana cara membuatnya. Beragam ujicoba ia lakukan untuk mencari
resep yang tepat. Usaha itu terus ia lakukan sampai sekitar enam bulan.
Di tahun 2011
akhir, seminggu tiga kali ia bawa tahu isi buatannya ke sekolah anaknya untuk
diberikan pada ibu-ibu yang sama-sama mengantar anaknya ke sekolah. Dari
mereka, Rosie mendapat tanggapan mengenai produknya ini. Apakah keasinan,
kurang crispy, terlalu pedas, kurang
pedas, dan macam-macam. Dengan begitu, ia bisa mendapatkan resep tahu isi pedas
yang pas. Sampai kemudian 29 Februari 2012 Rosie menemukan resep yang ia rasa
sudah tepat dan mulai membuka outlet.
Ia membuka outlet tahu isi pertamanya
di Perumnas 1, Depok. Dan ternyata, itu awal yang sangat bagus. Dalam hitungan
hari, penjualannya terus meningkat. Dalam sehari ia bisa menjual minimal enam
boks. Satu boks isinya 50 buah tahu isi. Tanggapan pelanggan pun sangat
positif. Dua bulan kemudian ia menambah lagi satu outlet, masih di kawasan Depok juga. Ternyata hasilnya sama,
penjualan semakin meningkat. Dan berlanjut terus hingga dalam waktu enam bulan
Rosie sudah bisa mempunyai lima outlet.
Dalam sehari dari kelima outlet itu
ia bisa menjual sekitar 120 boks tahu. Rosie dan suami mengaku sempat kaget.
Mereka tak menyangka tanggapannya sangat positif. Akhirnya usaha jamur kriuknya
ia suntik mati saja dan berubah menjual tahu isi yang diberi nama Taisi,
singkatan dari Tahu Isi.
Rosie
mendapatkan modal awal saha tahu isi ini dari hasil ‘menyekolahkan’ sepeda
motornya sebesar Rp 10 juta. Seiring berjalannya waktu, dari modal itu
terkumpullah omzet per bulan di tahun pertama mencapai Rp 150 juta. Lalu di
tahun kedua meningkat menjadi Rp 250 juta dan tahun ketiga sekitar Rp 350 juta
per bulan. Rosie menjelaskan, perbedaan Taisi dengan tahu isi yang lain
terletak pada bahan tepung tahu isi yang lebih crispy, ukuran tahu yang lebih
besar, dan jenis tahu yang ia gunakan juga beda. Rosie tidak menggunakan tahu
yang dijual di pasaran, karena ia memesan khusus dari pabrik tahu langganannya.
Sedikit mirip dengan tahu Sumedang. Dari tahunya saja sudah gurih, ditambah
tepung dan isiannya, maka rasa tahu isi Taisi pun jadi lebih istimewa. Saat ini
tahu pedas Taisi memiliki tiga variasi isi, yakni original, sosis, dan ayam.
Ketika usaha
ini memasuki tahun kedua, Rosie mulai menerapkan sistem waralaba. Itu juga
karena semakin banyak orang yang menghubunginya untuk minta waralaba. Awalnya,
ia juga masih memproduksi tahu isinya di teras rumah. Tapi semakin lama, sudah
tidak bisa menampung. Bahkan untuk masak sehari-hari saja sulit, karena semua
kompor dipakai untuk produksi tahu isi. Akhirnya, Rosie menyewa lahan khusus
untuk produksi. Tapi seiring waktu, ternyata lahan itu pun juga tidak muat
lagi. Semakin sumpek seiring dengan produksi tahu isi yang terus meningkat. Dan
di tahun 2015, Rosie kembali membangun tempat produksi dan kantor di lahan
orangtuanya seluas 1000 meter dengan luas bangunan sekitar 300 meter. Dengan jumlah
mitra yang sudah ada 120 lebih, produksi tahu isi per harinya sudah sampai 8
ribu - 10 ribu buah.
Awalnya, outlet Taisi hanya ada di Jabodetabek,
Cikampek, dan Bandung. Namun karena peminat yang kian banyak, terlebih dari
luar pulau, maka mulai 2016 Taisi mulai membuka outlet-nya di luar pulau Jawa, seperti Lampung, Batam, dan Medan.
Untuk masalah bahan baku, Rosie pun mulai menjajaki kerja sama dengan pabrik
tahu di daerah lain. Karena kalau tetap mengandalkan pengiriman bahan baku dari
kantor pusat, akan mahal biaya kirimnya. Bahkan mungkin bisa lebih mahal ongkos
kirimnya daripada harga tahunya. Sementara untuk hambatan yang lain, Rosie
mengaku masih kesulitan mencari SDM juga soal harga bahan baku. Contohnya, bila
Senin harga cabai Rp 25.000, besoknya bisa naik menjadi Rp 35.000. Begitu pula
harga sayur seperti wortel dan kol. Bahkan pernah ia mendapati harga cabai
sekilonya bisa sampai Rp 120.000. Sementara ia juga tidak bisa menaikkan harga
tahu isinya setiap saat. Tapi menurut Rosie, di sinilah bedanya tahu isi Taisi
dengan tahu lain. Ia sama sekali tidak pernah mengurangi kualitas. Agar bisa
tetap bertahan, ia juga terus melakukan inovasi dan menyesuaikan ukuran
tahunya. Baru di tahun 2015 harga jual tahu isi dinaikkan menjadi Rp 2.500 per
buah.
Sebelum terjun
ke dunia usaha, Rosie dan suami dulunya karyawan salah satu bank swasta. Rosie
sendiri adalah bungsu dari tiga bersaudra, lulusan Sastra Jepang, sementara
suaminya sarjana tehnik dari fakultas MIPA. Ketika di tahun 2005 mereka
menikah, maka salah satunya harus keluar kantor. Dan karena dasarnya tidak bisa
diam, dan juga sering bertemu dengan rekan pengusaha, lama-lama ia pun jadi
tertarik juga ingin menjadi pengusaha. Sebelumnya beberapa kali ia dan suami
sudah mencoba membuka usaha. Bahkan ketika masih kuliah, Rosie sempat berjualan
fotokopi kamus. Bersama suaminya ia juga pernah berjualan sepatu, mencoba
membuka usaha fotokopi dan ATK, jualan pulsa, sampai usaha waralaba jamur
kriuk.
Adapun
motivasinya untuk menjadi pengusaha adalah, karena ia memang tidak ingin selamanya
menjadi karyawan. Karena menjadi karyawan, itu akan sampai pada satu titik
harus pensiun. Selain itu, ia juga ingin bisa membantu orang lain yang kurang
beruntung. Contohnya, karyawannya saat ini adalah mereka yang tidak pernah
mengenyam bangku sekolah. Setahun pertama mengembangkan usaha, Rosie bisa
memiliki 10 atau 12 orang karyawan. Saat ini sudah ada 40 karyawan dan semuanya
sudah seperti keluarga sendiri.
Sistem
waralaba yang diterapkan Taisi adalah beli putus. Mitra hanya cukup menyiapkan
karyawan untuk menjaga outlet dan
memilih lokasi. Lalu pihaknya yang akan memberikan bahan baku, booth, dan training. Harga franchise
untuk Jabodetabek Rp 15 juta, dan di luar Jabodetabek Rp 20 juta. Ada pula sistem
master franchise dan reseller. Reseller ini adalah untuk mereka yang enggan menggunakan booth dari Taisi. Jadi Rosie hanya
menjual bahan bakunya saja. Reseller
dimulai dari harga Rp 2,5 juta untuk wilayah Jabodetabek, dan harga luar Jabodetabek
tergantung daerahnya. Sementara master
franchise harganya Rp 100 juta. Ada beberapa keuntungan yang didapat, di
antaranya mendapatkan dua booth dan
resepnya. Akibat sistem reseller ini
pula, kini Taisi menyediakan tahu isi frozen.
Namun Rosie menegaskan, sampai sekarang ia belum tertarik untuk memasukkan
produknya ke swalayan atau supermarket. Kalau pun masuk ke swalayan, ia ingin
tetap pembelian dilakukan secara putus. Hingga saat ini, Rosie dan suami masih
terus fokus mengembangkan Taisi. Mereka belum tertarik untuk menekuni usaha
lain. Selain meluaskan target membuka outlet
ke luar pulau Jawa, mereka juga berangan-angan produk Taisi bisa sampai ke luar
Indonesia.
Graha Taisi, Jalan Raya Sawangan No. 8 RT.04 RW.04
Rangkapan Jaya, Pancoran Mas Depok – Jawa Barat
INDONESIA
Telp.: 021-77888899Fax : 021-77206825Handphone : 0812 1996 4195Pin BB : 314CD03F
0 komentar:
Posting Komentar