Selasa, 25 April 2017


Di tangan orang-orang kreatif, pekerjaan sekecil apa pun akan membesarkan kehidupan, jika dilakukan dengan kesungguhan hati. Pepatah ini terasa pas untuk menggambarkan kisah sukses Nazliana Lubis, ibu tiga anak pemilik usaha aneka kue di Jalan Kapten Muchtar Basri, Medan, yang kondang di kawasan Sumatera Utara. Menurut istri Fadlin Ja'far ini, kerja keras dan ketekunanlah kuncinya.

Berkat ketekunan dan kerja keras, Nazliana berhasil membesarkan toko kue Nazwa Aneka Kue. Jika tadinya hanya membuat donat aneka rasa, kini ia juga membuat seratusan jenis kue enak, yang telah ia hapal luar kepala cara membuatnya. Salah satu kue khas olahannya yang jadi best seller adalah cake pisang yang diberi nama Blondi Pisang Barangan yang terkenal itu. Tak hanya kue, Nazliana pun kini sudah melebarkan usahanya ke unit usaha lain, diantaranya katering, wedding organizer, dekorasi, entertaintment, dan kafe. Seiring dengan pelebaran usahanya itu, Nazliana kini mempekerjakan hampir seratus karyawan. Semua unit usaha itu diberi label Nazwa, sesuai singkatan nama anaknya.  

Nazliana menjelaskan, bisnis Nazwa bukanlah spekulan yang bermimpi tinggi, melainkan membiarkan berjalan apa adanya seiring waktu, sejak pertama kali didirikan pada 1998 silam. Dilihat dari waktu itulah, Nazliana merasa perjalanan bisnisnya termasuk lambat. Tapi baginya tak masalah karena Nazwa hanyalah usaha keluarga, yang sudah cukup bila kehadirannya bisa membantu keluarga, lingkungan, dan anak-anak putus sekolah. Nazliana pun juga merasa dirinya tidak bisa sukses tanpa kehadiran mereka. Sukses itu pula yang membuatnya kerap diundang pemerintah maupun swasta untuk menjadi pembicara dalam berbagai acara pelatihan sebagai motivator. Nazliana memang senang memotivasi orang agar tetap berpikiran positif, membuka pikiran mereka, khususnya para ibu dalam membuka peluang usaha untuk membantu ekonomi rumah tangga. Ia senang melakukannya karena dari situlah orang akan selalu mengingatkan, dan itu sangat membahagiakan. Menurut Nazlina, hanya segelintir saja pengusaha yang rela berbagi ilmu karena takut rahasia dapurnya terbuka. Namun baginya, tidak masalah kalau kue produknya ditiru. Ia lebih memikirkan bagaimana supaya orang lain bisa tetap hidup, daripada memikirkan kecemburuan-kecemburuan yang tidak perlu.


Sukses yang Nazliana raih sebenarnya sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Pasalnya, begitu meraih Diploma 3 jurusan Pariwisata Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 1989, ia sempat bekerja di bagian tiketing sebuah biro perjalanan. Sempat pula menikmati jabatan sebagai supervisor di sebuah perusahaan maskapai penerbangan. Sebuah jabatan bergengsi yang memberinya kesempatan untuk jalan-jalan ke berbagai wilayah Indonesia. Hanya saja, kebanggaan itu tidak lama ia nikmati, menyusul pemutusan hubungan kerja karena maspakai penerbangan tersebut tidak beroperasi lagi pada 1997. Dampaknya pun langsung Nazliana rasakan. Ia sempat terguncang karena merasa tidak bisa eksis lagi. Selama beberapa bulan ia mengurung diri karena merasa malu pada teman-teman dan lingkungan. Namun, akhirnya ia berhasil melalui cobaan tersebut. Nazliana merasa, jabatan tinggi tidaklah terlalu diperlukan. Lebih mulia jadi diri sendiri meski berpenghasilan kecil, karena itulah yang bisa menjadi kesempurnaan hidup.

Nazliana kembali menemukan semangat setelah mengamati lingkungan rumah yang berhadapan dengan kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Ia memperhatikan, di kawasan kampus tersebut tidak ada yang menjual jajanan semacam kue. Nazliana akhirnya terpikir untuk membuka usaha kue dan mulai mencari dan belajar mengolah aneka kue berdasarkan buku resep. Maklum saja, saat itu ia memang tidak punya keahlian memasak dan hanya mengandalkan buku resep. Ia memilih berjualan donat karena proses pembuatannya relatif mudah, apalagi saat itu belum ada penjual donat di sekeliling kampus UMSU. Membuatnya pun di dapur rumah. Berulang kali salah, karena sebenarnya Nazliana memang belum bisa membuat donat. 

Tapi, satu hal yang tak pernah ia lupakan adalah ingin menciptakan sesuatu yang berbeda dengan orang lain. Ketika itu, Nazliana mengeksplor donat berbagai rasa dan bahan seperti kentang, ubi, srikaya, durian, dan jagung, yang ketika itu memang belum ada pembuat donat dengan aneka rasa. Ia memulai usaha donat dengan modal di bawah Rp 100.000 dan menjual donat dengan harga Rp 350 pada tahun 1997. Omzetnya baru mencapai Rp 70.000 per hari. Rasa dan bentuk donatnya pun belum konsisten karena ia masih belajar membuatnya. Meski pasar langsung merespons positif, rupanya ada tingkat kejenuhan pasar yang memaksanya untuk menciptakan sesuatu yang baru, yaitu cake potong. Sempat terpikir untuk membuat roti, namun Nazlina sadar ia tidak punya keahlian membuatnya. Kalaupun membuat roti, maka ia harus mengadopsi bakery yang biayanya sangat mahal. Tentu saja ia tidak sanggup.


Sambil terus mengasah kemampuan membuat kue, Nazliana juga menerima tawaran mengajar mahasiswa jurusan pariwisata di perguruan tinggi demi menambah penghasilan. Lama-lama, ia pun mulai menikmati pembuatan kue yang ternyata sarat dengan unsur seni. Membuatnya pun harus dengan perasaan agar tercipta kue yang pas dengan selera pembeli. Namun, belum setahun merintis usaha, Nazliana harus melalui jembatan krisis moneter tahun 1998. Sebagai gambaran, harga tepung terigu pada saat itu melonjak menjadi Rp 120.000 per karung dari sebelumnya Rp 60.000. Padahal harga satu donat sebisa mungkin dipertahankan tetap Rp 350.

Meski merugi, semangatnya tak surut karena melihat potensi pasar yang cukup bagus di lingkungan rumahnya. Ia tetap yakin, orang lapar biasanya akan mencari kue. Tidak kenal waktu, apakah itu pada saat sarapan atau sore hari. Apalagi ketika itu ada pemikiran bahwa kalau membeli kue harus ke bakery yang besar dan serba mewah. Anggapan itulah yang ingin Nazliana ubah. Di mana orang tidak perlu lagi harus ke kota untuk bisa membeli kue, cukup dengan mengenakan baju rumah pun bisa membeli kue. Nazliana lalu mulai berani menitipkan kue-kue buatannya di toko-toko kue. Dari sini, produksi dan omzet mulai berkembang. Tahun 2000, ia pun berhenti mengajar dan fokus mengelola toko. Ia juga mulai mengajukan proposal penawaran ke beberapa hotel di Medan.

Hasilnya pun berbuah manis. Ia berhasil mendapatkan pesanan dari sebuah hotel. Meskipun pesanan hanya bika ambon setengah loyang, 20 potong tahu isi, dan 20 potong kue lumpur, Nazlina tetap menerima pesanan itu. Ia gigih memasok kue ke hotel yang memesan meskipun hanya dalam jumlah kecil. Buatnya, yang paling penting adalah kepercayaan dari konsumen, meskipun ia harus menerima bayaran dua bulan sekali dari hotel tersebut. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai berani investasi alat dan pengetahuan hingga usahanya bisa berkembang seperti sekarang. Pelan-pelan, nama kue merek Nazwa buatannya semakin dikenal. Bahkan, ketika Ikatan Dokter Indonesia (IDI) akan menggelar seminar selama sepekan di sebuah hotel mewah di Medan, Nazliana mendapat kepercayaan untuk mengorder aneka snack. Waktu itu ia diminta memasok 22 item jajanan pasar dengan jumlah 2.600 per item.


Dari situ, pesanan besar dari hotel mulai berdatangan. Nazwa Aneka Kue mulai dikenal dan dipercaya konsumen. Nazliana juga mulai mendapat order katering untuk pesta yang nilainya Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per klien. Untuk memperbarui pengetahuan, Nazliana juga tidak segan-segan belajar, mengikuti berbagai kursus sampai ke Jakarta dan Bandung. Meski ilmu yang didapat hanya sedikit yang bisa diterapkan, setidaknya ia konsisten mengikuti perkembangan ilmu yang ada. Nazliana sendiri juga konsisten memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen, mulai dari bahan baku, resep, hingga penyajian. Bahan baku selalu ia pilih yang baik, bukan yang mahal. Itu sebabnya, cita rasa kue Nazwa tetap terjaga sampai kapan pun.

Tawaran untuk memperluas usaha dengan sistem franchise pun sempat mendatangi Nazliana berulang kali. Namun, ia masih enggan, karena menyadari adanya kelemahan di sistem yang mahal itu. Lagi pula, ia meyakini untuk tidak meninggalkan usahanya sebelum tersistem dengan baik. Buat Nazliana, kehidupan usahanya ini ibarat sebuah pohon. Sejak awal ia ciptakan akar yang kuat dan terus diperkuat untuk menopang batang, cabang, serta ranting. Kalau ternyata ada ranting yang layu, potong saja ranting tadi, agar akar pohon semakin kuat. Penguatan akar yang dimaksudkan adalah melakukan diversifikasi usaha yang dimulai sejak 2008 silam. Selain terus mengembangkan usaha kue, juga konsisten membuat pengembangan dan diversifikasi peralatan, pengetahuan, dan SDM. Pada gilirannya ini juga memunculkan inspirasi dan ide usaha yang baru. Contohnya, katering kecil-kecilan, katering wedding, lalu berkembang lagi mengelola wedding organizer, termasuk dekorasi, dan entertaintment. Untuk mengelola wedding organizer, Nazliana mengajak suaminya, Fadlin Ja'far, untuk bekerja sama. Kebetulan sang suami adalah dosen Ilmu Budaya di USU.


Belakangan, Nazliana juga membangun usaha baru, yaitu divisi pelatihan. Divisi ini langsung ia tangani sendiri. Baginya ini menarik karena pelakunya Nazliana sendiri sebagai narasumber, sehingga semua pemikiran bisa ia salurkan ke masyarakat untuk memotivasi orang banyak agar tetap berpikiran positif. Mengajar dan memotivasi mereka adalah nikmat yang tak terkira bagi dirinya. Rasa senang saat mengajar manfaatnya langsung dapat dirasakan peserta, yaitu membuka pemikiran mereka akan peluang usaha untuk membantu ekonomi rumah tangga. Orang pun akan selalu mengingat sosok Nazliana. Itulah kegiatan yang sangat menyenangkan baginya dan terus ia lakukan sampai sekarang.

Terakhir, dengan dukungan 40 karyawan Nazliana juga kembali membuka usaha baru, yaitu kafe Al Nazwa. Di sana ia mengundang para konsumennya yang ingin hang out. Makanannya pun tidak mahal tetapi representatif. Sembari terus mengembangkan usaha, pengetahuannya tentang pembuatan kue pun terus meluas. Sekarang Nazliana mampu memproduksi lebih dari 100 jenis kue. Semuanya sudah ia hafal cara membuatnya, karena resep dan formulanya ia buat sendiri. Banyak teman-teman Nazliana yang tak habis pikir, bagaimana ia bisa mengelola semuanya, mulai dari karakter karyawan, sambutan pasar, bahan baku, dan sebagainya. Ternyata, Nazliana memang menemukan dunia baru justru setelah ia keluar dari zona nyaman saat bekerja di maskapai penerbangan. Setelah keluar dari zona pekerjaan itu, ia baru tahu ada dunia lain yang sama menariknya, yaitu usaha kue. 








1 komentar:

  1. SAMBAL ROA JUDES adalah salah satu sambal dengan citarasa terbaik di Indonesia. Kehebatan rasa sambal ini pun bahkan sudah melanglang dunia karena digemari pula oleh masyarakat luar negeri. Terbuat dari bahan-bahan berkualitas dengan bahan utama ikan Roa yang khusus didatangkan dari Manado, Sulawesi Utara. Sambal siap saji ini dibuat dengan kemasan food grade (135 gram), tahan lama, cocok untuk teman bepergian atau oleh-oleh. Nikmat disantap dengan jenis lauk apa pun, yang pastinya akan menambah nafsu selera makan anda. Pemesanan Sambal ROA JUDES untuk wilayah Jakarta, hubungi Delivery SAMBAL ROA JUDES, melalui sms/whats app 085695138867. Pin BB : 5F3EF4E3.

    BalasHapus