Selasa, 30 Mei 2017


Bisnis edukasi anak lewat permainan kini makin marak dengan hadirnya busy bag dan busy book. Meski mahal, produk ini banyak diminati. Inilah yang sedang dilakukan Miranti Pratiwi dan Ardyah Miranti. Kedua sahabat ini sepakat membuat busy bag dan busy book yang sepenuhnya terbuat dari kertas. Saat memulai berbisnis pada pertengahan 2014 lalu, belum banyak yang berbisnis seperti ini di Indonesia. Berbeda dengan sekarang yang sudah mulai banyak. Namun, kebanyakan menggunakan sistem pre-order, terutama untuk busy book, karena kebanyakan terbuat dari kain flanel. Sementara busy bag dan busy book El Hana yang mereka produksi, tidak perlu menggunakan sistem ini karena produknya baru dijual setelah barangnya tersedia. Selain itu, bila busy book lain umumnya dijual secara retail atau satuan, El Hana justru tidak dijual langsung oleh Miranti dan Ardyah, melainkan lewat agen. Keduanya memilih fokus pada produksi barang.

Menariknya, baik Miranti maupun Ardyah terpikir untuk membisniskan busy bag dan busy book atas dasar pengalaman yang sama. Ardyah bercerita, awalnya ia berencana membuatkan busy book untuk anaknya yang berusia dua tahun, 2014 silam. Saat itu, sensor motorik sang anak memang sedang terbangun, jadi ia ingin membuat permainan sendiri yang sesuai kebutuhan anaknya. Dari situlah muncul ide untuk membuatnya di percetakan saja, supaya lebih praktis. Namun, ia kaget saat tahu, ternyata percetakan busy book yang ia inginkan minimal harus berjumlah 1000 buah, sementara yang ia butuhkan hanya satu. Terpikirlah untuk membisniskan hal ini. Ia lalu menghubungi teman-temannya untuk bergabung, tapi hanya Miranti yang bersedia. Kebetulan, Miranti juga punya masalah yang persis sama. Keduanya juga sama-sama punya minat besar pada dunia anak-anak dan memilih tidak melanjutkan kuliah karena tidak menyukai jurusan yang diambil.

Miranti malah sempat kuliah lagi dengan mengambil jurusan pendidikan PAUD, tapi juga tidak selesai karena memilih fokus mengurus anak setelah menikah. Ia juga sempat mengajar di sebuah TK. Miranti menambahkan, sejak anak pertamanya lahir, ia sudah senang membuat kerajinan edukasi. Kebetulan, suaminya juga memiliki usaha percetakan, jadi urusan percetakan bisa diselesaikan di sana. Untuk ide, mereka mendapatkannya dari internet, menggambar sendiri, atau membeli desain dari orang lain.


Produk pertama yang dibuat Miranti dan Ardyah adalah busy bag, yang kini sudah disempurnakan dengan kertas karton yang lebih tebal, map dari mika beresleting dengan merek El Hana tertera di atasnya, serta cetakan yang lebih bagus. Kalau aktivitas di busy book langsung tertempel di buku, di busy bag aktivitasnya tidak ditempel, melainkan diwadahi per jenis di dalam plastik-plastik dan semuanya dimasukkan ke dalam map mika beresleting. Semua proses ini dilakukan sendiri oleh Miranti dan Ardyah. Mereka memang memulai semuanya dari nol. Untuk kancing, misalnya, mereka membelinya secara online atau di tukang jahit dekat rumah. Stik es krim juga mereka beli di dekat rumah, dan lain-lainnya. Meski barang yang dibeli sudah berwarna-warni, sayangnya kualitasnya tidak bagus. Akhirnya mereka pun menggunakan yang impor dan mewarnai sendiri dengan pewarna makanan dan serat kayunya tidak gampang keluar. Jadi aman untuk anak-anak. Karena baru pertama kali muncul, produk itu diberi nama First Busy Bag.

Selain peralatan yang digunakan masih terbatas, bahan baku juga dibeli di tukang jahit dekat rumah. Mereka juga menggambar sendiri, mencetaknya di percetakan digital, dan baru mengerjakannya malam hari setelah anak tidur. Awalnya, orang membelinya secara satuan. Di luar dugaan, respons yang datang sangat positif. Pada minggu kedua, permintaan untuk menjadi reseller mulai berdatangan. Dalam waktu satu bulan, 1000 produk yang mereka buat langsung habis terjual. Ada yang memesan 10, 20, bahkan 50 buah. Akhirnya, mereka pun kewalahan mengerjakan hanya berdua. Belum lagi, stok bahan baku di penjahit atau toko dekat rumah juga terbatas. Setelah berbulan-bulan, akhirnya mereka berhasil mendapatkan supplier yang bisa memasok dalam jumlah besar.


Untuk pengerjaan, Miranti juga dibantu asisten rumah tangganya. Makin lama, karena permintaan menjadi agen makin banyak dan pegawai yang dibutuhkan juga makin banyak, tempat produksi pun kemudian dialihkan ke rumah mertua Miranti. Selanjutnya, El Hana mengeluarkan produk baru setiap 3 bulan sekali. Selain First Busy Bag dan Rainbow Busy Bag, ada pula busy bag Little Explorer, Little Muslim Busy Bag, dan Busy Book. Little Muslim Busy Bag mereka buat setiap bulan Ramadhan tiba. Di luar dugaan, busy bag ini mendapat sambutan bagus. Dalam dua minggu, sudah bisa terjual 2000 buah.

Busy bag dibuat untuk anak-anak balita dengan fokus pada pengembangan kognitif anak seperti pengenalan huruf, bentuk geometri, warna, dan berhitung. Sedangkan Rainbow Busy Bag berisi kegiatan untuk motorik halus seperti meronce dan lainnya. Sama seperti Fisrt Busy Bag, yang ini juga diperuntukkan anak usia 2-5 tahun. Sementara Little Muslim Busy Bag berisi pengenalan terhadap agama, seperti rukun Islam, masjid, dan lainnya. Little Explorer yang diperuntukkan anak 3-8 tahun berisi percobaan sains sederhana, seperti mencampur dua warna untuk menghasilkan warna berbeda, dan lainnya. Busy Book El Hana sendiri antara lain berisi aktivitas memasang baju, mengurutkan angka, dan lainnya dengan menggunakan gambar menarik. Satu kemasan terdiri dari beberapa aktivitas dan semuanya bisa dipakai ulang, tidak habis pakai. Bahkan ada yang bisa dihapus, jadi bisa ditulis ulang. Miranti menyarankan, sebaiknya, untuk awal penggunaan anak didampingi terlebih dulu supaya mereka tahu apa yang harus dilakukan.


Soal harga, First Busy Bag harganya Rp 60.000, Rainbow Busy Bag Rp 70.000, Little Muslim Rp 60.000, Little Explorer Rp 90.000, dan Busy Book Rp 120.000. Dalam sebulan, total produk yang terjual sekitar 3000-5000 buah. El Hana saat ini memiliki 34 agen di seluruh Indonesia, mulai dari guru, kepala sekolah, sampai toko buku dan toko mainan online. Jadi pembeli bisa membelinya di agen atau reseller. Selain itu, ada pula reseller di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Kini, ada sekitar 16 orang yang memproduksi El Hana, termasuk bagian desain, marketing, dan produksi. Di samping itu, sejak Juli 2016 El Hana juga memiliki konsultan yang tak lain kepala sekolah sebuah TK. Sebelum dirilis, produk akan dikonsultasikan terlebih dulu. Untuk memberikan pemahaman tentang parenting, marketing, pemahaman tentang perkembangan anak, dan pemahaman produk, El Hana memberikan seminar online untuk para agennya. Sebab, tidak semua agen sudah memiliki pengalaman berjualan. Selain itu, Miranti menambahkan, setiap pembelian El Hana juga sudah termasuk donasi.






0 komentar:

Posting Komentar