Senin, 01 Mei 2017


Di tangan orang-orang kreatif, lilin dan sabun bisa menjadi produk-produk yang cantik sekaligus menggoda untuk dibeli. Meski produk sabun dan lilin konvensional sebenarnya sudah bisa ditemukan di mana-mana, produk yang dibuat dari bahan-bahan alami tetap memiliki nilai tersendiri. Stella Laurensia dan Sherly Stefanie belum lama ini mencoba menjajal bisnis lilin buatan rumah. Tepat pada 2014, Stella bersama kawannya mulai menawarkan lilin buatan rumah yang lebih natural dan aman bagi kesehatan.

Stella mengaku, memang banyak pebisnis yang menawarkan produk lilin. Tapi, harganya lebih mahal, tidak homemade, dan susah didapatkan. Stella pun yakin, bisnis ini peluangnya masih cukup besar di Indonesia, karena masih jarang sekali yang membuat lilin secara homemade dan natural. Karena terbuat dari bahan alami, Stella meyakini, itu yang menjadi keunggulan bisnisnya. Adapun bahan yang dipakai, seperti lilin palem, lilin tawon lebah, dan minyak aroma terapi.


Untuk menarik banyak pihak, produk lilinnya memiliki kemasan beragam, mulai dari bentuk botol kecil maupun besar, lilin mangkok, dan sebagainya. Secara umum, Stella memiliki berbagai macam aroma, ada sekitar 11 varian. Beberapa di antaranya, vanila, night queen, lavender, sandalwood, mawar, musk, peppermint, melati, kopi, teh hijau, dan lemongrass. Produk ini ditawarkan dengan harga berkisar Rp 9000 hingga Rp 277 ribu melalui akun Instagram @boon_erl. Dengan  melakukan bisnis daring ini, Stella hanya perlu modal Rp 500 ribu sejak pembukaan pertama. Kini, produk yang bisa dipesan di berbagai wilayah ini berhasil mendatangkan omzet Rp 7 juta sampai Rp 9 juta. 

Tak hanya lilin, produk semacam sabun juga banyak yang menekankan pada konsep homemade. Hal inilah yang Sofia Agustina terapkan melalui bisnis Tathata Handmade Bodycare-nya. Tidak hanya sabun, Sofia juga banyak menawarkan produk kecantikan kulit yang aman dengan bahan alami. Menurut Sofia, bisnis yang dimulai sejak 2014 ini bermula dari rasa frustasinya pada kondisi kulitnya yang alergi terhadap deterjen. Dan ini terdapat dalam kebanyakan sabun komersial.


Oleh karena itu, Sofia mencoba membuat sabun berbahan alami yang baik bagi kesehatan dari berbagai sumber. Proses terciptanya produk sabun Sofia dimulai dengan kesenangannya dalam bereksperimen. Dia senang melakukan hal-hal baru dengan bahan-bahan yang ada di dapur untuk perawatan tubuh. Beberapa di antaranya, seperti masker wajah, lulur, hingga sabun. Bahkan, Sofia terkadang mengambil ide dari para pelanggannya untuk membuat produk baru yang lebih bagus. Bahan-bahan yang dipakai Sofia murni berasal dari alam.

Beberapa di antaranya, seperti minyak nabati, air, dan soda kopi. Produknya juga ditambahkan dengan rempah-rempah berkhasiat bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Seperti kunyit, serai, santan, susu, teh, arang aktif, dan garam laut, yang limbahnya tidak mencemari lingkungan. Produk sabun Sofia tidak berbau karena menyesuaikan dengan banyaknya permintaan untuk kulit sensitif. Tapi, hal ini tidak berarti dirinya menolak jika terdapat pelanggan yang menginginkan produk dengan aroma tertentu. Jika ada pemesanan demikian, Sofia akan menyiapkannya sesuai kemampuan yang dimiliki. Untuk mendapatkan produknya ini, dapat memesan melalui Instagram @tathatasoap. Pembeli akan ditawarkan berbagai macam produk dengan kisaran Rp 25 ribu hingga Rp 70 ribu.


Selain Sofia, Anglir juga mencoba menawarkan produk sabun homemade berbahan alami. Melalui Anglir Beauty Co, Anglir menyajikan sejumlah sabun dengan berbahan rempah-rempah lokal, seperti daun kunyit, daun binahong, lengkuas, kecombrang. Dengan bahan baku yang digunakan, yaitu minyak kelapa dan lemak cokelat yang merupakan produksi dari tanah Indonesia. Adapun varian aroma yang disuguhkannya, antara lain, serai, citronela, jeruk, lavender, kenanga, dan sandalwood. Produk ini dapat dibeli melalui akun Instagram @anglirbeautyco dengan harga yang ditawarkan berkisar Rp 30 ribu sampai Rp 90 ribu. Menurut Anglir, produknya bisa dicustom dengan syarat pemesanan minimal 12 bar untuk satu varian. Pemesanannya minimal empat pekan sebelum hari H.

1 komentar: