Kemajuan
teknologi dan maraknya penggunaan media social sangat menguntungkan pebisnis
online, sekalipun yang masih pemula. Mereka bisa berjualan hanya dengan
memanfaatkan akun facebook, instagram, atau twitter-nya. Begitu skala bisnisnya
makin besar, mereka pun mulai serius mempersiapkan website khusus untuk
menampangkan produknya.
Mengetahui segala kemudahan operasionalnya, banyak orang yang terjun ke bisnis online. Ketiga wanita di bawah ini telah merasakan serunya berbisnis online. Mari simak kiat mereka dalam meraih kesuksesan.
Oktober 2011,
kakak beradik Rukiyah dan Umi Arifiyani berkolaborasi memulai usaha penjualan
busana Muslimah. Mereka sepakat memasarkan produknya lewat dunia maya. Umirah
Shop menawarkan baju, jilbab, dan aksesorinya. Ketika Rukiyah dan Umi
memperkenalkan Umirah Shop, toko fashion
online sudah menjamur. Kendati begitu, mereka percaya masih ada celah yang
bisa dimanfaatkan untuk menarik minat kosnumen. Apalagi baju merupakan salah
satu kebutuhan mendasar dan akan selalu diperlukan orang.
Umi dan kakaknya berjualan melalui akun Twitter @umirah_shop dan melalui Blackberry Messenger (BBM). Kini, mereka sedang menyiapkan website Umirah Shop. Dalam berpromosi, mereka menjalankan strategi ‘patokan’, yakni, pakai, foto, dan publikasikan. Di foto produk Umirah Sop, Umi tampil sebagai model peraga. Bersama kakaknya, ia memadupadankan busana dengan gaya berbeda dari kebanyakan, tapi menarik. Mereka tak lupa untuk menggunakan kalimat persuasif saat menawarkannya ke calon konsumen.
Tak hanya itu, Rukiyah dan Umi juga mencoba menggaet calon konsumen dengan memanjakan mereka dengan tips berbusana. Mereka memberikan masukan dan solusi bagi kebutuhan konsumen. Ketika ada yang tertarik dengan jilbab Umirah Shop, mereka mencarikan jilbab yang terbaik berikut cara pemakaiannya agar lebih nyaman untuk dikenakan dan lebih terlihat modis. Selain itu mereka juga sering memberikan diskon produk Umirah Shop.
Dengan strateginya tersebut, Rukiyah dan Umi berhasil menggaet mahasiswi di Jabodetabek sebagai pelanggan. Konsumen dari luar pulau Jawa, seperti dari Makassar dan Riau, juga pernah memesan produk Umirah Shop. Target pasar mereka utamanya memang mahasiswi yang mengikuti tren hijab.
Produk Umirah Shop kisaran harganya mulai dari Rp 2000 sampai Rp 400 ribu per item. Dalam sebulan, omzetnya mencapai Rp 10 juta dengan laba sekitar dua juta rupiah hingga Rp 3,5 juta. Produk best seller-nya adalah paris berbahan ceruti, pashmina sifon, long dress chiffon, celana katun, dan aksesori, seperti cincin dan kalung.
Menjalankan bisnis online, Rukiyah dan Umi merasa lebih mudah menjangkau pasar. Pemasaran produknya juga lebih efektif. Menurut mereka bisnis ini sangat hemat tenaga, waktu, dan biaya operasional. Tak bertatap muka langsung dengan calon konsumen, Rukiyah dan Umi berusaha meraih kepercayaan peminat produknya. Ada saja calon pembeli yang masih belum percaya terhadap mereka. Calon pembeli seperti itu umumnya pernah tertipu online shop lainnya. Tak jarang, konsumen menanyakan secara detail prdouk karena mereka merasa takut produk Umirah Shop tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.
Menjajal bisnis
online, Kinanti Pahlevi sukses di
upaya kedua. Usaha pertamanya kandas pada 2012. Dulu, ia bermitra dengan
seorang kawan berjualan baju dan sepatu perempuan di bazarmaya.com. Produk mereka yang diberi merek Closhe –akronim dari
clothing and shoes- tak banyak
dilirik konsumen.
Setelah bisnis patungan itu bubar, Kinanti merenungkan kegagalannya. Ia tersadar, Closhe tak memiliki ciri khas, sehingga tak memikat di mata calon konsumen. Tetap mengusung merek Closhe, Kinanti masuk lagi ke bisnis online dengan produk yang lebih berkarakter. Ia menawarkan sepatu bermotif dari bahan kanvas dan linen dengan beragam model, mulai dari flat shoes, wedges, sandal, sampai heels.
Kinanti merancang sendiri sepatu Closhe. Membeli bahan baku langsung dari penjual, ia mempekerjakan tenaga yang berpengalaman dalam membuat sepatu. Sejauh ini, ia belum menemukan kompetitor yang benar-benar fokus di sepatu motif dengan model sepatu yang beragam.
Belajar dari pengalaman terdahulu, Kinanti mengoreksi jalur pemasarannya. Ia memilih memperkenalkan produk lewat closhegallery.blogspot.com, Kaskus, dan sederet akun social media. Koleksi Closhe bisa dipantau pula melalui Google+, Twitter, Instagram, dan Pinterest.
Kinanti berjuang untuk menjadi trusted seller. Merespons peminat Closhe dengan cepat merupakan cara utamanya. Dia juga selalu menanggapi positif masukan dan komentar dari pelanggan. Di samping itu, ia pun menjaga agar peminat produknya mendapatkan barang yang diinginkan dengan menjaga stok. Agar komunikasi dengan peminat Closhe semakin lancar, ia memperbanyak jalur komunikasi aplikasi chatting, yakni lewat Line, Blackbery Messeger, dan Whatsapp.
Tak ingin gagal untuk kedua kalinya, Kinanti fokus dan konsisten membesarkan bisnis online-nya. Dia berupaya memunculkan model baru atau produk anyar di momen yang tepat. Selain itu, ia juga memantau kecenderungan pasar mode.
Berjualan sepatu, Kinanti berhadapan dengan sejumlah kendala. Pelanggan tak bisa mencoba produk dan memastikan ukuran sepatu mereka. Beberapa konsumen ternyata melaporkan ukuran kakinya tak pas dengan sepatu yang dipesannya. Ia pun juga kesulitan meyakinkan pelanggan bahwa bahan dan sol sepatu Closhe nyaman.
Rencana selanjutnya, Kinanti akan membuka toko online Closhe for Indonesia dan Closhe for Wedding. Produk Closhe for Indonesia menggunakan bahan-bahan dari Indonesia, seperti kain lurik, batik, tenun, dan ikat. Sementara melalui Closhe for Wedding ia melayani jasa pembuatan busana pengantin sesuai dengan pesanan.
KIKI HANDRIYANI : PEMILIK TOKO BUKU ONLINE www.pojokbuku.com
Kiki
Handriyani terjun ke dunia online shop dengan
produk yang berbeda dari kebanyakan. Sejak 2011 ia menjual buku melalui www.pojokbuku.com. Koleksi Pojok Buku
beragam, mulai dari buku anak-anak, agama, novel, sejarah, bisnis, sampai buku
pelajaran.
Kiki menjalankan bisnis online karena menyukai komputer dan internet. Berlatar belakang pendidikan teknologi informasi, ia tak kesulitan mengelola laman Pojok Buku. Ia juga tidak mengeluarkan modal yang besar untuk memulai usahanya. Dengan membuka toko online, sebagai ibu rumah tangga ia juga tetap bisa mendapatkan ilmu internet marketing dari internet, mengembangkan jaringan, dan tetap punya penghasilan.
Walaupun
begitu, kendala berbisnis toko buku online
juga ada. Stok buku terkadang habis dan tidak dicetak ulang, padahal permintaan
tinggi. Selain itu, pembeli ada juga yang tak sabaran.
Berjualan melalui website, Facebook, dan Twitter, perempuan kelahiran Cilacap 11 Maret 1978 ini mampu meraih omzet sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per bulan. Labanya antara 20 hingga 25 persen. Konsumen Pojok Buku beragam, mulai dari pelajar, wirausaha, hingga kalangan profesional yang berasal dari beragam kota di Indonesia, Malaysia, dan Amerika.
Kesuksesan toko
buku online tersebut tak terjadi
secara instan. Kiki yang juga seorang penulis lepas ini membutuhkan waktu dua
tahun untuk menjalin kerja sama sistem konsinyasi dengan penerbit. Dia juga
harus aktif di sosial medial dan bergabung di komunitas penulis dan pebisnis
agar bisa berpromosi.
Untuk menjaga kepercayaan pelanggan, Kiki berusaha meningkatkan pelayanan. Pesanan buku akan direspons segera dan dikirim secepat mungkin. Ia juga tak membatasi jam pelayanan. Kiki merasa, hobi membacanya tersalurkan dan perpustakaan pribadinya bertambah setelah berjualan buku.
hati2 dengan penipuan toko buku online Pojokbuku.com yang dikelola oleh suami istri Kiki Handriyani (kikihandriyani.wordpress.com) dan Zulkhaery Basrul. Cek dan nilai sendiri http://suarapojokbuku.blogspot.com
BalasHapus