Menggeluti bisnis tas, fashion, dan aksesoris berbahan kain tradisional menjadi pilihan Evi Susanti yang akrab dipanggil Evi So, sejak tahun 2011. Pengalamannya menjadi marketing online selama 10 tahun di dunia valuta asing membuatnya dengan mudah beradaptasi saat memutuskan resign dan berwirausaha. Dengan bendera Sobag, Evi So tak hanya menciptakan lapangan pekerjaan tetapi juga ikut merangkul para pengrajin kain tradisional.
Evi
menjelaskan, bisnis ini memang bukan bisnis pertamanya, tetapi ternyata ini
menjadi bisnis yang akan ia jaga dan kembangkan terus. Lewat bisnis Sobag ini,
ia juga ingin bisa bermanfaat bagi orang lain. Ia bersyukur, bisa merangkul
pengrajin kain tradisional dan membuka lapangan pekerjaan untuk pekerja workshop. Bahkan, sekarang juga telah
ada ratusan reseller yang ikut
mempromosikan produk Sobag. Para ibu yang tadinya pasif, sekarang bisa menjadi
mandiri bahkan bisa mendapat penghasilan Rp 1-15 juta per bulan. Bagi Evi, itu
sudah menjadi kepuasan tersendiri.
Menurut Evi
So, semuanya terjadi bukan semudah membalikkan telapak tangan. Namun ia selalu
semangat menjalani setiap pekerjaan yang berkaitan dengan bisnisnya ini. Ternyata
dari semangat inilah bisa membuahkan hasil yang baik. Sebelumnya ia bahkan
tidak membayangkan bisnisnya akan sebesar sekarang. Di awal bisnis, ia tidak
pernah terlalu memikirkan untung. Semuanya baru terasa dua tahun kemudian
ketika produksi dan property usaha
yang dimilikinya mulai bertambah. Barang yang dipesan konsumen pun selalu ada.
Ibu dari Irfan
Kobe Mikael ini mengaku, memulai usaha karena berani berteman dengan resiko. Keberanian
inilah yang membuatnya menawarkan peluang bisnis lewat konsep jaringan.
Ternyata gayung bersambut. Dalam waktu relatif singkat, jumlah reseller sudah mencapai ratusan dan
tersebar di pelosok tanah air hingga ke mancanegara, sebutlah Amerika, Inggris,
dan Jerman. Para reseller itu
sebelumnya adalah pemakai produknya. Ternyata mereka mendapat respons baik oleh
lingkungan. Selain itu, Evi juga memiliki strategi, setiap hari harus meng-upload produknya di media sosial. Karena
produknya merupakan handmade, maka
jumlahnya terbatas. Para reseseller-nya
pun akan cepat berburu dan saling rebutan. Siapa cepat dialah yang dapat. Menurut
Evi, inilah salah satu kenikmatan menjadi reseller
Sobag.
Ditambahkan
istri dari Hasan Basri ini, budaya rebutan dan berburu disebabkan karena jumlah
produknya memang sangat terbatas. Bayangkan saja, dari 1 kain hanya bisa
menjadi 2-6 item tas. Meski warnanya sama, namun motifnya tidak ada yang sama.
Selain itu produk yang sudah dikeluarkan juga tidak bisa dipesan ulang. Kalau
habis tidak akan diproduksi lagi. Jadi dari sini, Evi menjelaskan, para reseller tersebut sama seperti dirinya,
harus mau berteman dengan resiko, dan harus berani mengeluarkan modal agar
tidak kehabisan barang serta selalu update.
Kini dalam sebulan Evi So bisa memproduksi hingga 2000 items.
Selain itu,
Evi So yang memasarkan produknya lewat jejaring sosial ini sangat memperhatikan
para reseller. Dalam akun
Facebook-nya, ia tidak pernah mem-publish
harga, tapi hanya berupa kode. Ini agar reseller
tetap memiliki kerahasiaan dalam memasarkan produk. Evi pun juga memanjakan
para reseller dengan berbagai hadiah.
Mulai dari pernak-pernik sampai dompet dan tas yang sudah ia pilih untuk tidak
dijual.
Saat ini Evi
So sudah memiliki 3 workshop di
Jakarta dan Bogor. Dan produknya masih menjadi market leader untuk tas tenun berkualitas dengan harga terjangkau.
Ia pun siap bersaing dengan kompetitor yang semakin banyak bermunculan. Paling
tidak kehadiran Sobag sudah mengubah mindset
bahwa untuk mendapatkan tas handmade
berkualitas tidak lagi mahal. Kemudian, niat Evi yang ingin mengedukasi dengan
mengenalkan berbagai kain tradisional lewat tas dan aksesoris juga terwujud.
Evi mematok harga tasnya mulai dari Rp 450 ribu hingga Rp 550 ribu.
Ke depannya,
Evi So masih ingin terus giat mengeksplor berbagai kain Nusantara. Ia berencana
bisa membuka showroom dan terus mengembangkan
Sobag. Ia juga ingin bisa lebih memupuk motivasi agar bisa bermanfaat bagi
orang banyak. Mulai dari pengrajin, pekerja workshop,
dan reseller. Itu semua harus jadi
semangatnya yang tidak boleh padam. Evi So juga memiliki tiga formula sukses
yang ia bagikan bagi yang ingin memulai atau bergabung menjadi reseller, yakni berani melangkah, berani
ambil risiko, berani berubah, dan siap bekerja keras.
Bisa jd reseller gk?
BalasHapusuntuk tas tenun ready ngga mba?
BalasHapus