Selasa, 30 Desember 2014




Menggeluti bisnis tas, fashion, dan aksesoris berbahan kain tradisional menjadi pilihan Evi Susanti yang akrab dipanggil Evi So, sejak tahun 2011. Pengalamannya menjadi marketing online selama 10 tahun di dunia valuta asing membuatnya dengan mudah beradaptasi saat memutuskan resign dan berwirausaha. Dengan bendera Sobag, Evi So tak hanya menciptakan lapangan pekerjaan tetapi juga ikut merangkul para pengrajin kain tradisional.

Evi menjelaskan, bisnis ini memang bukan bisnis pertamanya, tetapi ternyata ini menjadi bisnis yang akan ia jaga dan kembangkan terus. Lewat bisnis Sobag ini, ia juga ingin bisa bermanfaat bagi orang lain. Ia bersyukur, bisa merangkul pengrajin kain tradisional dan membuka lapangan pekerjaan untuk pekerja workshop. Bahkan, sekarang juga telah ada ratusan reseller yang ikut mempromosikan produk Sobag. Para ibu yang tadinya pasif, sekarang bisa menjadi mandiri bahkan bisa mendapat penghasilan Rp 1-15 juta per bulan. Bagi Evi, itu sudah menjadi kepuasan tersendiri.



Menurut Evi So, semuanya terjadi bukan semudah membalikkan telapak tangan. Namun ia selalu semangat menjalani setiap pekerjaan yang berkaitan dengan bisnisnya ini. Ternyata dari semangat inilah bisa membuahkan hasil yang baik. Sebelumnya ia bahkan tidak membayangkan bisnisnya akan sebesar sekarang. Di awal bisnis, ia tidak pernah terlalu memikirkan untung. Semuanya baru terasa dua tahun kemudian ketika produksi dan property usaha yang dimilikinya mulai bertambah. Barang yang dipesan konsumen pun selalu ada.

Ibu dari Irfan Kobe Mikael ini mengaku, memulai usaha karena berani berteman dengan resiko. Keberanian inilah yang membuatnya menawarkan peluang bisnis lewat konsep jaringan. Ternyata gayung bersambut. Dalam waktu relatif singkat, jumlah reseller sudah mencapai ratusan dan tersebar di pelosok tanah air hingga ke mancanegara, sebutlah Amerika, Inggris, dan Jerman. Para reseller itu sebelumnya adalah pemakai produknya. Ternyata mereka mendapat respons baik oleh lingkungan. Selain itu, Evi juga memiliki strategi, setiap hari harus meng-upload produknya di media sosial. Karena produknya merupakan handmade, maka jumlahnya terbatas. Para reseseller-nya pun akan cepat berburu dan saling rebutan. Siapa cepat dialah yang dapat. Menurut Evi, inilah salah satu kenikmatan menjadi reseller Sobag.

Ditambahkan istri dari Hasan Basri ini, budaya rebutan dan berburu disebabkan karena jumlah produknya memang sangat terbatas. Bayangkan saja, dari 1 kain hanya bisa menjadi 2-6 item tas. Meski warnanya sama, namun motifnya tidak ada yang sama. Selain itu produk yang sudah dikeluarkan juga tidak bisa dipesan ulang. Kalau habis tidak akan diproduksi lagi. Jadi dari sini, Evi menjelaskan, para reseller tersebut sama seperti dirinya, harus mau berteman dengan resiko, dan harus berani mengeluarkan modal agar tidak kehabisan barang serta selalu update. Kini dalam sebulan Evi So bisa memproduksi hingga 2000 items.

Selain itu, Evi So yang memasarkan produknya lewat jejaring sosial ini sangat memperhatikan para reseller. Dalam akun Facebook-nya, ia tidak pernah mem-publish harga, tapi hanya berupa kode. Ini agar reseller tetap memiliki kerahasiaan dalam memasarkan produk. Evi pun juga memanjakan para reseller dengan berbagai hadiah. Mulai dari pernak-pernik sampai dompet dan tas yang sudah ia pilih untuk tidak dijual.

Saat ini Evi So sudah memiliki 3 workshop di Jakarta dan Bogor. Dan produknya masih menjadi market leader untuk tas tenun berkualitas dengan harga terjangkau. Ia pun siap bersaing dengan kompetitor yang semakin banyak bermunculan. Paling tidak kehadiran Sobag sudah mengubah mindset bahwa untuk mendapatkan tas handmade berkualitas tidak lagi mahal. Kemudian, niat Evi yang ingin mengedukasi dengan mengenalkan berbagai kain tradisional lewat tas dan aksesoris juga terwujud. Evi mematok harga tasnya mulai dari Rp 450 ribu hingga Rp 550 ribu.

Ke depannya, Evi So masih ingin terus giat mengeksplor berbagai kain Nusantara. Ia berencana bisa membuka showroom dan terus mengembangkan Sobag. Ia juga ingin bisa lebih memupuk motivasi agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Mulai dari pengrajin, pekerja workshop, dan reseller. Itu semua harus jadi semangatnya yang tidak boleh padam. Evi So juga memiliki tiga formula sukses yang ia bagikan bagi yang ingin memulai atau bergabung menjadi reseller, yakni berani melangkah, berani ambil risiko, berani berubah, dan siap bekerja keras.

2 komentar: