Ketertarikan menaikkan bordir membuat ibu satu anak ini membuka Roemah Kebaya. Tempat tepat untuk mencari kebaya dengan corak modern. Ternyata, di balik kisah kebaya, terlihat betapa indahnya paduan keberagaman budaya lokal.
Sejak dulu
Vielga memang menyukai fashion.
Kebetulan tempat asalnya di Desa Simalanggang, Payakumbuh, Sumatera Barat,
banyak sekali terdapat perajin yang khusus membuat bordir. Rata-rata
pembuatannya masih manual. Bordirannya halus dan kualitasnya bagus. Memang
bordir Sumatera Barat sudah terkenal bagus. Meski begitu, ia melihat
perkembangannya masih biasa saja. Dari situlah, Vielga tergerak untuk
mengembangkannya. Karena ia suka dengan kebaya, ia pun ingin membuat kebaya
bordir. Ia menginginkan kelak kebaya bisa seperti batik yang sekarang ini biasa
dipakai untuk sehari-hari atau memang menjadi busana keseharian.
Selain itu, bila
sekarang kebaya lebih banyak disukai kalangan ibu-ibu, Vielga ingin anak-anak
muda kelak juga menyukainya. Bordir yang biasanya lebih melekat dengan baju
kurung, jilbab, dan mukena untuk ibu-ibu, kini ia aplikasikan pada kebaya ready to wear yang juga cocok untuk
remaja. Tentu saja, ia harus membuatnya lebih modern dari yang ada saat itu. Saat
itu bentuk yang sudah ada memang masih biasa saja, paduan warnanya juga masih
kurang. Misalnya baju hitam, bordirnya pun juga berwarna hitam. Dan baju putih,
bordirnya juga berwarna putih. Kalaupun ada yang bagus, harganya selangit. Soal
warna, Vielga memang menginginkan lebih colorful.
Itu sebabnya,
ia mesti mendidik para perajin. Ia mengajari mereka tehnik pewarnaan, dan
menyampaikan juga bahwa mereka mesti menghasilkan produk dengan kualitas yang
bagus. Sebelumnya, para perajin itu masih beranggapan, salah sedikit tidak
masalah. Namun, Vielga menegaskan tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. Tentunya
butuh pendekatan agar para perajin bersedia menghasilkan kualitas yang bagus.
Ternyata pada dasarnya mereka juga bisa disiplin. Tak lupa, Vielga juga kerap
memberikan penghargaan bagi yang kualitasnya bagus. Ia akan memberikan honor
dengan harga yang bagus pula. Dengan cara seperti ini, perajin pun akan bekerja
lebih profesional.
Karena ingin
menghasilkan kebaya yang nyaman dipakai, Vielga memilih bahan katun, sutera, dan
tenun. Ada tenun Bali, Jepara, dan Makassar. Ia memang sengaja memilih bahan yang
lokal sekali. Ternyata paduan tenun Makassar dengan bordir Payakumbuh menghasilkan
bentuk yang bagus. Padahal dibuatnya tidak ada kesengajaan. Hingga ada yang
mengatakan, lewat kebaya bordir, keberagaman itu makin terlihat indah. Memang,
pada dasarnya kecenderungan industri fashion
di Indonesia adalah menaikkan citra produk lokal. Bila ada yang khusus
mengangkat tenun, maka Vielga lebih khusus ke bordir.
Vielga mulai memperkenalkan
Roemah Kebaya di tahun 2007, semasa ia masih bekerja di sebuah perusahaan
distributor di Jakarta. Ia sengaja memilih Jakarta karena pasarnya sangat
potensial. Waktu itu, kebetulan kantornya sedang mengikuti pameran di salah
satu kawasan di Jalan Sudirman. Ia pun turut menyewa booth yang bersebelahan dengan stan kantornya. Jadi saat itu, ia
bisa menjaga dua stan sekaligus. Ternyata respons dari pengunjung bagus sekali.
Ia membawa 50 pieces kebaya bordir
yang langsung diserbu pengunjung. Padahal kalau diingat-ingat, saat itu
produknya belum terlalu modis. Hanya saja dengan melihat coraknya, orang sudah
paham bahwa itu merupakan bordir Sumatera Barat. Vielga pun tertarik untuk
mengikuti bazar lagi, sambil terus berusaha memperbaiki produknya. Akhirnya, ia
memilih mengundurkan diri dari kantor. Seiring makin majunya Roemah Kebaya, bahkan
kini suaminya, Julianto Budi Setiawan, ikut mengundurkan diri, dan membantu
mengurusi keuangan. Sementara Vielga konsentrasi ke produksi.
Vielga memilih
segmen pasar untuk menengah ke atas. Saat itu, harga kebaya bordirnya Rp 200.000-250.000.
Sekarang, lebih beragam lagi. Harga produk Roemah Kebaya berkisar antara Rp
500.000 sampai Rp 3 jutaan. Sejauh ini, range
usia customer Roemah Kebaya antara
18-45 tahun. Banyak juga pejabat yang menyukai produknya. Mulai dari istri
pejabat polisi sampai menteri. Tak sedikit pula, artis dan model yang
menggemari Roemah Kebaya. Sekarang, Roemah Kebaya ada di beberapa tempat di
Thamrin City, Jakarta Pusat. Selain itu, ia juga bekerja sama dengan beberapa department store. Roemah Kebaya antara
lain juga bisa didapatkan di Alun-Alun Grand Indonesia, Metro Department Store,
Lotte Shopping Avenue, Pasaraya Blok M, dan ada juga di luar kota seperti
Malang, Surabaya, Yogyakarta, dan Denpasar.
Cara Vielga
berpromosi adalah dengan mengikuti berbagai bazar dan pameran. Ketika ia sudah
memposisikan diri untuk pasar menengah ke atas dan terus membangun imej produk,
ia memang makin berani mengikuti pameran. Ia menyiapkan dekorasi stan yang
bagus dan tentu saja juga merekrut tenaga SPG. Lewat pameran, produknya pun
makin dikenal. Selain itu, ia juga rajin promosi di dunia maya. Ketika beberapa
tahun silam orang keranjingan Facebook, Vielga tidak mau ketinggalan. Ia
memfoto kebaya bordirnya dan mengunggahnya ke Facebook. Walau waktu itu masih
sekedar iseng, ternyata responsnya juga bagus.
Ia pun makin
memanfaatkan promosi lewat media sosial ini dengan maksimal. Ia membuat akun
Roemah Kebaya di Facebook yang rupanya disambut hangat penggemar kebaya. Karena
jumlah pertemanan di Facebook dibatasi sampai 5 ribuan, ia sampai membuat akun
baru Roemah Kebaya 2,3,4, dan sekarang Roemah Kebaya Vielga. Selain itu Vielga
juga turut memanfaatkan Twitter, Instagram, dan tak ketinggalan membuat situs www.roemahkebaya.com. Lagi-lagi hasilnya
bagus. Pasar online terbuka lebar.
Itu sebabnya, kini ada karyawan yang bertugas menjaga dan mengawasi penjualan online.
Tidak seperti
desainer lain yang membuat karya cenderung mengikuti tren pasar, selama ini
Vielga malah cenderung membuat model sendiri. Ada semacam proses trial and error saat ia melempar produk
ke pasar. Kalau mendapat respons bagus, akan terus ia produksi. Misalnya saja,
ketika ia mau mengiuti event Jakarta
Fashion Week. Di dalam acara tersebut ia harus membuat kreasi baru. Ketika
produk Roemah Kebaya dikenakan para model cantik dalam pagelaran busana, maka
kebayanya juga jadi kelihatan cantik. Biasanya dari situ akan banyak media yang
meliput. Masyarakat pun akan tertarik. Vielga memang rutin mengikuti Jakarta
Fashion Week. Bagi orang yang berkecimpung di dunia fashion, acara tersebut termasuk prestisius sekali. Event lain yang
juga kerap ia ikuti adalah Jakarta Fashion Food Festival di Kelapa Gading.
Menurut
Vielga, ada masa-masa ramai orang mencari kebaya. Salah satunya, tentu saja
saat ulang tahun Jakarta. Banyak yang mencari kebaya encim. Begitu pula ketika
Hari Kartini dan Hari Ibu, omzet usahanya sudah pasti meningkat. Selain itu,
masa orang punya hajat, kebaya juga ramai diburu. Banyak yang memesan untuk
seragam kawinan pagar ayu, dan terkadang juga dipakai untuk acara lamaran. Yang
lebih menggembirakan lagi, kini sudah banyak anak-anak muda yang menyukai
kebaya. Hanya saja, pasar remaja dan anak-anak ini memang belum begitu
tersentuh.
Karena itulah,
sampai saat ini Vielga masih terus berusaha mengenalkan kebaya ke pasar remaja.
Ia melihat, sekarang para remaja sedang menggandrungi budaya Korea, termasuk
busananya, dan kurang suka baju tradisional. Menurutnya, situasi seperti ini
butuh kearifan. Cara yang ia lakukan adalah dengan memperkenalkan langsung
kebaya kepada anak-anak. Misalnya saja dengan menyelenggarakan acara untuk anak
usia 8-15 tahun yang terus menerus ia lakukan, supaya kebaya makin dikenali
anak-anak generasi sekarang. Memang sampai saat ini, Vielga memang belum
menjual kebaya untuk usia anak, tapi beberapa tahun lagi ia yakin mereka adalah
pasar potensial.
Tentang
perbedaan bordir Payakumbuh dengan yang lainnya, Vielga menjelaskan, sebenarnya
masing-masing daerah memang berbeda sesuai dengan alam budayanya. Sepanjang
pengamatannya, bordir Payakumbuh lebih halus dan tidak membuat kulit gatal. Ia
pun terus melakukan pengawasan untuk kualitas produknya. Selama ini, ia masih
sering bolak-balik Jakarta-Payakumbuh. Walau begitu, ada karyawan yang terus
mendampingi perajin di sana. Rencana ke depan, sebenarnya ada keinginan untuk
memenuhi pasar ekspor. Namun, sejauh ini permintaan dalam negeri masih sangat
tinggi. Perajinnya yang kini berjumlah 176 orang saja terasa kurang. Mereka
memproduksi tak kurang dari 500 pieces
per bulan. Vielga tetap yakin, prospek Roemah Kebaya akan semakin cerah,
secerah warna-warni kebaya cantik itu.
Handphone 081210674636,
Handphone 081210674636,
BBM : 7DE9139
WhatsApp : 081210674636
0 komentar:
Posting Komentar