Selasa, 02 Juni 2015




Sulung dari dua bersaudara pasangan Toha Abidin, M.Sc dan Henny Hayatie SE ini sejak kecil sudah berwiraswasta di bidang makanan. Mungkin karena berdarah Pekalongan, jadi jiwa dagangnya pun tinggi. Saat duduk di bangku SD ia sudah menjual bubur ayam di kantin sekolah. Namun, karena belum bisa membuat bubur sendiri, ia membeli bubur sepanci dari orang lain. Modalnya ia dapat dari orangtua. Meita mengaku, saat itu untungnya cukup lumayan. Setiap hari sekolah ia membuka dagangannya, dan yang menjualkan orang lain yang telah dipercaya. Kalau hari Minggu, Meita memindahkan dagangannya di daerah Senayan. Sayangnya, karena masih terlalu kecil, usaha dagang bubur ayam itu tidak berlangsung lama.

Karena suka memasak, tahun 2010 Meita memutuskan membuka sebuah restoran yang ia beri nama Sinou Kaffe Hausen and Eatery. Sinou itu merupakan nama panggilannya di rumah, layaknya panggilan seperti ‘teteh’ di keluarga Sunda atau ‘butet’ di keluarga Batak. Lokasi Sinou awalnya merupakan rumah keluarga Meita, yang kemudian ia ubah menjadi tempat makan. Konsepnya seperti sebuah gudang, industrialist dan rustic. Meita memikirkan konsep itu tidak lama, hanya pengerjaan dekorasinya saja yang memakan waktu lama. Agak susah mencari bahan untuk dekorasinya karena  ketika itu desain yang digagasnya belum umum di Jakarta, bahkan mungkin bisa dibilang Sinou sebagai pionir. Kebetulan Meita sendiri juga hobi traveling, jadi ia bisa mendapat bahan untuk dekorasi restorannya dari sana-sini.


Total, ia membutuhkan waktu sekitar tiga bulan sejak membuat konsep hingga membuka restorannya. Semuanya ia kerjakan sendiri, mulai dari membeli bahan bangunan, menjadi mandor, mendesain interior, menjadi chef untuk menyiapkan menu, sampai belanja kebutuhan dapur di pasar induk karena dulu memang belum ada penyedia bahan-bahannya. Ketika buka pertama kali, ia menyasar pelanggan B plus karena posisi dan lokasi Sinou di kawasan Panglima Polim, Jakarta selatan, merupakan kawasan elite. Tetapi semakin lama, pelanggan datang dari berbagai kalangan, mulai anak sekolah sampai keluarga. Para pelanggan inilah yang kemudian turut membantu mempromosikan Sinou dari mulut ke mulut. Bahkan pernah, tempatnya ini beberapa kali dijadikan lokasi syuting berbagai program televisi.

Tak jarang pula ada pelanggan yang datang untuk melakukan pemotretan buku tahunan sekolah sampai prewedding. Meita bersyukur, ketika dibuka restorannya langsung mendapat banyak tanggapan positif sehingga banyak pelanggan yang harus masuk daftar waiting list. Banyak cerita seru yang terjadi di restorannya, termasuk salah satunya tempatnya ini pernah dipakai selebritis Desta untuk melamar istrinya. Enam bulan setelah membuka Sinou Kaffe Hausen and Eatery, Meita memutuskan membuka satu lagi restoran steak dengan nama Sinou Steak. Ia mengakui, restoran steak ini memang terinspirasi dari sebuah restoran steak di Jakarta. Ketika itu ia melihat momentumnya bertepatan dengan maraknya daging wagyu.


Menurut Meita, ketika memutuskan membuka usaha, sesorang harus membulatkan tekadnya dulu, dan harus berani. Setelah itu harus tahu apa yang ingin dilakukan dan percaya diri memulainya. Tidak usah terlalu banyak yang dipikirkan, karena bila begitu rencana usaha yang ingin dilakukan tidak segera berjalan. Untuk modal, juga harus berani ambil risiko dan ada yang dikorbankan. Meita bercerita, ketika membuka Sinou, di luar bangunan, ia membutuhkan modal sekitar Rp 500 juta. Yang paling mahal adalah untuk membeli segala perlengkapan dapur. Bahkan untuk kompor saja, ia harus menghabiskan Rp 20 juta, belum termasuk exhaust dan lain-lain. Karena itulah, Meita mengaku sampai tidak bisa pergi ke mal selama satu tahun. Meita sendiri tidak memiliki latar belakang F & B. Usaha restorannya ini merupakan bisnis seriusnya yang pertama. Semuanya ia pelajari sendiri, tidak memakai konsultan. Jadi istilahnya bukan learning by doing tapi doing by learning. Ia terjun dulu ke dalamnya, baru belajar.

Berbagai kendala pun dihadapi Meita. Yang biasa muncul adalah masalah SDM. Karena sebelumnya tidak pernah memiliki karyawan, maka ia harus tahu sendiri bagaimana cara mengelola dan ‘memelihara’ mereka. Selain itu ia juga harus memikirkan banyak hal lain, termasuk jenis musik apa yang cocok diputar sehingga pelanggan senang. Untuk memuaskan pelanggan, Meita pun terbiasa membuat survei, jadi ia bisa tahu mana menu yang harus dipertahankan dan yang tidak. Setiap ada hambatan atau masalah, harus segera ia selesaikan, jangan ditunda-tunda. Karena semakin ditunda akan semakin susah mencari jalan keluarnya. Selain itu ia juga harus bersikap tegas. Karena dirinya perempuan, kadang ada yang masih suka menyepelekannya. Namun Meita berusaha tidak peduli, karena menurutnya kalau kita terus memikirkan apa pendapat orang tentang kita, maka kita tidak akan cepat maju.


Saat ini, Meita dibantu beberapa orang staf marketing, termasuk untuk urusan website dan media sosial. Baginya, saat ini media sosial itu memang sangat penting dan ia juga harus mengikuti tren yang sedang berkembang saat ini. Meita, yang juga memiliki profesi dan usaha lain mulai dari akuntan, travel, dan hotel ini, mengatakan bahwa mengurus bisnis kulinernya seperti menjalankan hobi. Ia tidak pernah bosan, karena memang menyukai apa yang ia kerjakan di sini. Meski pernah dibuat stres, tapi tidak sampai membuatnya frustasi. Untuk menenangkan pikiran, Meita pun berusaha tetap bisa menikmati hidupnya dengan berkumpul bersama keluarga atau teman. Selain itu ia juga menyeimbangkan hidupnya dengan berolahraga dan berbagi kepada anak-anak yatim piatu.

Meita percaya, ucapan adalah doa. Ia pernah berkata ingin memiliki hidup yang berguna bagi orang lain. Dan ternyata kini ia bisa membuat lapangan pekerjaan bagi orang lain. Karena menurut Meita hidup itu intinya adalah saling berbagi, karena kita hidup tidak sendiri. Bila bisa membantu banyak orang, maka hidup pun akan lebih berarti. Untuk memajukan usahanya, Meita pun berencana memperdalam ilmu memasak di Le Cordon Bleu di Paris, Prancis.



SINOU KAFFEE HAUSEN & EATERY
Jl. Panglima Polim V No. 26, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12160, Indonesia



0 komentar:

Posting Komentar