Bangil, kota
kecil di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ini sejak lama telah dikenal sebagai
pusat pengrajin bordir. Kota yang berjarak sekitar 35 kilometer dari Surabaya
tersebut memiliki banyak pengrajin andal. Saking terkenalnya, kota ini sampai
diberi julukan Bang Kodir, kepanjangan dari Bangil Kota Bordir. Di Bangil pula
kita bisa menemui produsen busana pria yang hasil produksinya sudah merambah ke
seluruh Indonesia. Masih mengusung kerajinan bordir sebagai pemanis model,
busana atau kemeja pria berlabel ‘Nizar’ tersebut sebagian besar menggunakan bordir
mesin sedang, sebagiannya lagi dikerjakan manual. Karena memang, bila semuanya
mengandalkan bordir tangan jelas tidak akan sanggup, karena dalam sehari Nizar
harus memproduksi sekitar 700 potong baju.
Kendati
demikian, bukan berarti bordir manual dihilangkan begitu saja. Karena bordir manual
itu seolah memiliki nyawa, di sana kreativitas si pembuat tercurah sepenuhnya
di setiap corak maupun detail pola yang digarap. Namun, bordir manual itu
digunakan bukan untuk baju yang dibuat dalam jumlah massal atau besar, tetapi
hanya dalam desain-desain tertentu. Salah satunya untuk membuat master atau contoh sebelum dibuat dalam
jumlah besar. Jadi, alur pembuatan busana adalah setelah para desainer membuat
rancangan bordir di atas kertas gambar, lalu digandakan di atas selembar kain, baru
kemudian diberi bordir. Setelah terlihat bagus dengan padu padan warna yang
sempurna, barulah corak atau motif bordir tadi digandakan dan dicetak oleh
mesin bordir dalam jumlah besar.
Namun, saat
pertama kali didirikan oleh pendirinya, M. Syafiq Assegaf tahun 1986, Nizar
justru tidak memproduksi busana pria, tetapi bordir mukena. Baru setelah
sekitar tiga tahun berjalan, permintaan busana pria meningkat ketimbang mukena.
Sehingga oleh Syafiq usaha mukena ditinggalkan dan beralih ke busana pria.
Untuk wilayah Jawa Timur, produk Nizar boleh dibilang sudah menjadi market
leader. Sang pemilik, Syafiq sendiri sudah meninggal dunia tahun 2012 lalu di
usia yang masih muda. Saat ini usaha Nizar dilanjutkan oleh anak sulungnya, Syarif
Husin Assegaf. Sebenarnya, bordir dulunya memang hanya digunakan sebagai
penghiasan pada busana-busana wanita saja. Tetapi seiring perkembangan fashion yang begitu pesat, dunia bordir mulai
merambah dan cocok pula digunakan pada busana-busana pria. Desain bordir yang
menarik makin membuat elegan busananya.
Untuk membuat
sebuah kreasi baru, Nizar sengaja merekrut 4 ahli gambar atau desainer.
Masing-masing desainer setiap hari menciptakan desain baru. Meski tidak keempat-empatnya
bisa diaplikasikan, tapi paling tidak setiap hari mereka harus membuat satu desain
baru. Tahun 2015, produk Nizar juga tidak hanya hadir dalam kombinasi bordir saja,
tetapi mencoba mempadupadankan antara bordir dengan lukis. Jadi, ada satu
bagian sisi baju yang dilukis sesuai dengan warna baju, sementara untuk
memperindah lukisan di baju tersebut, garis-garis lukisan dibingkai dengan bordir.
0 komentar:
Posting Komentar