Senin, 06 Februari 2017


Anak negeri membutuhkan ruang representatif untuk mempromosikan produk industri kreatif yang mereka hasilkan. Bazar menjadi tren baru sekaligus wadah bagi mereka untuk memasarkan barang, mulai dari kerajinan, pakaian, makanan, dan biasanya dikombinasikan dengan kegiatan pameran. Bazar biasanya diselenggarakan oleh sebuah event organizer (EO) yang bekerja sama dengan pemilik tempat, apakah itu mal/pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, halaman sekolah/kampus, dan lain-lain. Market & Museum merupakan salah satu EO pengusung konsep bazar tematik yang cukup populer saat ini. Usaha EO ini digawangi oleh dua sahabat, Namira Syarfuan dan Sara Tirtohadiguno.

Namira dan Sara awal berkenalan ketika duduk di bangku SMA. Dua sahabat yang berusia sama ini memulai bisnis mereka pada Desember 2012 lalu, sebagai penyelenggara bazar kecil-kecilan, hingga peminatnya semakin banyak dan akhirnya bisa mencari sumber pendanaan besar. Tujuan awal mereka mendirikan usaha EO bazar adalah ingin mendukung para desainer lokal di Indonesia untuk mempromosikan produknya. Mereka tahu, bahwa banyak desainer di Indonesia yang mempunyai kualitas barang bagus, namun platform pendukung untuk mempromosikan karya mereka, seperti bazar, masih sangat sedikit.


Dua dara ini sebelumnya sempat bekerja kantoran setelah lulus kuliah, tapi memutuskan berhenti dan fokus menggarap bisnis bersama. Namira sebelumnya kuliah di Jurusan Komunikasi Pemasaran Universitas Pelita Harapan dan sempat berbisnis pakaian. Sedangkan, Sara merupakan lulusan Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura, yang kemudian berbisnis home decor. Keduanya pernah memasarkan produk dengan cara mengikuti bazar, tetapi konsep bazar yang diusung penyelenggara bagi mereka tidak menarik. Namira dan Sara berkesimpulan, minimnya tema menjadi kelemahan kebanyakan bazar di Indonesia saat itu. Calon pembeli hanya datang melihat barang, membelinya jika tertarik, tapi tak ada benang merah yang menyatukan semuanya. 

Pengalaman pribadi itulah yang membuat Namira dan Sara mendirikan Market & Museum dan menjadikan bazar tematik sebagai ladang bisnis mereka. Mereka ingin pengunjung bisa mendapat pengalaman saat datang ke bazar, bukan sekedar belanja. Pengunjung bisa mendapatkan sesuatu dari tema yang mereka buat. Vendor Market & Museum akhirnya didominasi pebisnis muda, mereka yang baru selesai kuliah atau lulus kemudian terjun ke bisnis kreatif, hingga keluarga muda yang baru belajar memasarkan produknya. Market & Museum menyelenggarakan minimal tiga gelaran dan maksimal lima gelaran per tahun. Sampai saat ini, Namira dan Sara sudah menyelenggarakan 20an bazar, khususnya di Jakarta dan Bali. Di Jakarta, lokasinya berada di empat mal di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Di Bali, mereka memilih lokasi di Beachwalk Mall.


Omzet Market & Museum per bazarnya cukup fantastis, mulai dari ratusan juta hingga Rp 1 miliar. Namira dan Sara merupakan penggagas konsep bazar tematik di Indonesia. Pengikutnya saat ini sudah banyak, tapi hal yang membedakan Market & Museum dari EO lainnya adalah kualitas, konsistensi, promosi, dan cara memperlakukan pengunjung. Mereka juga cukup ketat menyeleksi vendor yang bisa masuk ke Market & Museum. Konsep Market & Museum selalu berbeda setiap kegiatannya dan menjadi euforia baru bagi para wiraswastawan muda untuk menjual hasil karya mereka ke publik.

Tema yang diusung selalu anyar, disesuaikan dengan tren kekinian, atau menciptakan tren baru, misalnya Curator's Club, Play Market, atau Flower Pow-Pow. Konsepnya fun alias menyenangkan. Misalnya, pengunjung yang datang bisa berbelanja sekaligus berfoto sehingga merasakan sensasi berbeda. Promosi dilakukan lewat sosial media, media partner, iklan, hingga eksibisi bersama artis. Market & Museum sama sekali tak mengistimewakan merek (brand) tertentu di setiap bazarnya, tapi fokus pada tema, misalnya activity class, exhibition, atau bazar untuk berjualan.


Kisaran harga yang ditawarkan ke vendor variatif, hingga Rp 7,5 juta. Ratusan surat elektronik (e-mail) penawaran mereka terima setiap hari, tapi hanya beberapa yang bisa diikut sertakan. Pembagian peran yang apik menjadi kunci kekompakan dua dara ini. Namira lebih fokus ke pemasaran (marketing), sementara Sara ke desain. Perbedaan pendapat bagi mereka wajar demi kemajuan usaha bersama. Kepuasan bagi mereka adalah saat melihat vendor menjadi lebih percaya diri dan berani melebarkan usahanya usai mengikuti bazar bersama Market & Museum. Passion bagi mereka adalah sesuatu yang bisa diasah, bisa dijadikan hal positif, dan berguna bagi orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar