Sebetulnya, pada 2008 silam Desy Melania sudah mulai berbisnis, yaitu kaus anak-anak bertuliskan kata-kata, yang sedang trend saat itu. Namun, seiring makin banyaknya kaus sejenis ini memenuhi pasar busana anak-anak, Desy mencari pandangan lain untuk bisnisnya. Ditambah lagi, saat itu banyak kata-kata yang diciptakannya ditiru orang lain dan kausnya dijual dengan harga jauh lebih murah. Desy sangat yakin akan hal itu, karena ia masih menyimpan kertas berisi coretan kata-kata yang diciptakannya.
Pilihan Desy
untuk mempertahankan bisnis baju anak-anak akhirnya jatuh pada baju batik. Saat
mengikuti pameran Inacraft 2011, Desy yang waktu itu masih menjual kaus, mulai
menjual baju batik anak. Namun, masih terbatas pada baju bayi, antara lain jumper dan dress. Baju itu ia buat sesimpel mungkin, tidak banyak kombinasi
dan rumit. Jadi mudah dipakai dan tidak ribet. Desy lebih menyukai model yang clean dan menekankan pada kombinasi
warna. Jumlah baju batiknya saat itu masih sedikit, lebih dominan kaus karena
masih banyak yang menyukai.
Di luar
dugaan, beberapa puluh potong baju batik bayi yang ia bawa ke pameran itu
ludes. Makin hari, ia berpikir baju batik kelihatan sangat lucu untuk
anak-anak. Akhirnya ia menambah jumlah produksi baju batiknya. Tak hanya untuk
bayi, melainkan juga merambah ke anak-anak yang lebih besar. Tak heran, saat
ikut pameran berikutnya, porsi stok baju batik anaknya ia tambah menjadi 30
persen. Dan ternyata responsnya makin bagus. Banyak juga yang minta ukuran baju
bayinya diperbesar menjadi ukuran anak-anak.
Dari situlah,
perempuan yang pernah bekerja di bidang periklanan ini lalu menambah usia anak
yang disasarnya hingga usia lima tahun. Apalagi, pembeli dari luar negeri juga merespons baju
batik Littlebig, antara lain dari Malaysia yang berjalan sangat baik hingga
saat ini, dan juga Singapura yang kini sedang ia jajaki. Makin lama, jumlah
baju batiknya pun makin mendominasi produk yang dijualnya. Saat ini, produksi
kaus ia buat bila ada pesanan saja, misalnya untuk kaus kelas. Meski sempat
dicap tidak konsisten dalam bisnisnya, namun menurut Desy berbisnis pada
dasarnya harus berevolusi, apalagi kalau memang respons pasarnya berkurang.
Desy beruntung, ia tidak terlambat melakukannya. Jadi usaha baju batiknya sudah
berjalan dengan baik sebelum permintaan untuk produk kaus menurun.
Desy optimis usaha
baju batik anak yang ditekuninya ini akan jadi bisnis yang punya masa depan
panjang. Apalagi, harga bajunya semuanya di bawah Rp 200.000, antara lain dress. Bahkan, ada beberapa yang
harganya di bawah Rp 100.000. Kisaran harga produknya antara Rp 75.000 – Rp. 185.000.
Sengaja ia buat dengan harga yang terjangkau karena tahu para ibu biasanya
enggan membeli kalau harganya mahal. Apalagi pakaian untuk anak-anak masa
pakainya memang sebentar. Modelnya juga ia jaga agar tidak terlalu simpel. Bahannya jangan sampai tidak enak dan jahitan
harus rapih.
Desy juga
sengaja menggunakan kain batik cap yang kualitasnya memang lebih bagus tapi
harganya tetap terjangkau. Agar lebih maksimal, Desy sengaja tak membuka toko
fisik Littlebig. Ia lebih memilih memasarkan lewat media sosial seperti
Facebook dan Instagram, pameran, reseller,
dan membuka stand di beberapa mal
besar. Pameran khusus produk anak-anak dan kerajinan sering diikutinya. Sebulan
sekali, biasanya ia mengeluarkan desain baru. Dalam sebulan, produk yang
terjual sebanyak 500 - 600 potong. Dan akan meningkat ketika memasuki masa
libur Lebaran.
Dengan dibantu
oleh 5 orang karyawan, Desy bersyukur pembeli reguler di Littlebig cukup besar.
Dalam satu bulan, separuh pembelinya adalah pembeli lama. Kini, Desy ingin
memperbanyak model baju batiknya. Dan ia juga ingin lebih memaksimalkan
penjualan lewat online, karena pangsa
pasarnya memang sangat besar.
Untuk pemesanan silakan whatsapp/sms Desy : 08129917795.
0 komentar:
Posting Komentar