Kamis, 18 September 2014




Sebetulnya, pada 2008 silam Desy Melania sudah mulai berbisnis, yaitu kaus anak-anak bertuliskan kata-kata, yang sedang trend saat itu.  Namun, seiring makin banyaknya kaus sejenis ini memenuhi pasar busana anak-anak, Desy mencari pandangan lain untuk bisnisnya. Ditambah lagi, saat itu banyak kata-kata yang diciptakannya ditiru orang lain dan kausnya dijual dengan harga jauh lebih murah. Desy sangat yakin akan hal itu, karena ia masih menyimpan kertas berisi coretan kata-kata yang diciptakannya.

Pilihan Desy untuk mempertahankan bisnis baju anak-anak akhirnya jatuh pada baju batik. Saat mengikuti pameran Inacraft 2011, Desy yang waktu itu masih menjual kaus, mulai menjual baju batik anak. Namun, masih terbatas pada baju bayi, antara lain jumper dan dress. Baju itu ia buat sesimpel mungkin, tidak banyak kombinasi dan rumit. Jadi mudah dipakai dan tidak ribet. Desy lebih menyukai model yang clean dan menekankan pada kombinasi warna. Jumlah baju batiknya saat itu masih sedikit, lebih dominan kaus karena masih banyak yang menyukai.



Di luar dugaan, beberapa puluh potong baju batik bayi yang ia bawa ke pameran itu ludes. Makin hari, ia berpikir baju batik kelihatan sangat lucu untuk anak-anak. Akhirnya ia menambah jumlah produksi baju batiknya. Tak hanya untuk bayi, melainkan juga merambah ke anak-anak yang lebih besar. Tak heran, saat ikut pameran berikutnya, porsi stok baju batik anaknya ia tambah menjadi 30 persen. Dan ternyata responsnya makin bagus. Banyak juga yang minta ukuran baju bayinya diperbesar menjadi ukuran anak-anak.

Dari situlah, perempuan yang pernah bekerja di bidang periklanan ini lalu menambah usia anak yang disasarnya hingga usia lima tahun. Apalagi,  pembeli dari luar negeri juga merespons baju batik Littlebig, antara lain dari Malaysia yang berjalan sangat baik hingga saat ini, dan juga Singapura yang kini sedang ia jajaki. Makin lama, jumlah baju batiknya pun makin mendominasi produk yang dijualnya. Saat ini, produksi kaus ia buat bila ada pesanan saja, misalnya untuk kaus kelas. Meski sempat dicap tidak konsisten dalam bisnisnya, namun menurut Desy berbisnis pada dasarnya harus berevolusi, apalagi kalau memang respons pasarnya berkurang. Desy beruntung, ia tidak terlambat melakukannya. Jadi usaha baju batiknya sudah berjalan dengan baik sebelum permintaan untuk produk kaus menurun.



Desy optimis usaha baju batik anak yang ditekuninya ini akan jadi bisnis yang punya masa depan panjang. Apalagi, harga bajunya semuanya di bawah Rp 200.000, antara lain dress. Bahkan, ada beberapa yang harganya di bawah Rp 100.000. Kisaran harga produknya antara Rp 75.000 – Rp. 185.000. Sengaja ia buat dengan harga yang terjangkau karena tahu para ibu biasanya enggan membeli kalau harganya mahal. Apalagi pakaian untuk anak-anak masa pakainya memang sebentar. Modelnya juga ia jaga agar tidak terlalu simpel.  Bahannya jangan sampai tidak enak dan jahitan harus rapih.

Desy juga sengaja menggunakan kain batik cap yang kualitasnya memang lebih bagus tapi harganya tetap terjangkau. Agar lebih maksimal, Desy sengaja tak membuka toko fisik Littlebig. Ia lebih memilih memasarkan lewat media sosial seperti Facebook dan Instagram, pameran, reseller, dan membuka stand di beberapa mal besar. Pameran khusus produk anak-anak dan kerajinan sering diikutinya. Sebulan sekali, biasanya ia mengeluarkan desain baru. Dalam sebulan, produk yang terjual sebanyak 500 - 600 potong. Dan akan meningkat ketika memasuki masa libur Lebaran.



Dengan dibantu oleh 5 orang karyawan, Desy bersyukur pembeli reguler di Littlebig cukup besar. Dalam satu bulan, separuh pembelinya adalah pembeli lama. Kini, Desy ingin memperbanyak model baju batiknya. Dan ia juga ingin lebih memaksimalkan penjualan lewat online, karena pangsa pasarnya memang sangat besar.















Untuk pemesanan silakan whatsapp/sms Desy : 08129917795.

0 komentar:

Posting Komentar