Di tengah munculnya beragam kue jenis baru dan perusahaan kue kelas internasional, usaha brownies masih terasa manis. Tak perlu membuka toko, usaha melalui media sosial juga berbuah manis. Salah satunya, Poetry Gladies Karina Dewi, yang telah memetik legitnya bisnis brownies lewat usaha Dapur Gladies sejak November 2013 lalu. Diakui bungsu dari dua bersaudara ini, sebenarnya sudah sejak lama ia menekuni usaha pembuatan kue. Namun, baru diseriusi setelah lulus kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung atau yang dulu dikenal sebagai NHI.
Lulus tahun
2009, Gladies melanjutkan mengambil Administrasi Hotel. Harusnya cukup setahun
saja ia bisa menyelesaikan pendidikan itu. Tapi saat itu ia juga menyambi kerja
sebagai presenter dan reporter di stasiun televisi lokal di Bandung, kemudian
pindah ke B Channel di tahun 2011. Karena tuntutan pekerjaan itu, di tahun yang
sama Gladies pun pindah ke Jakarta dan sementara meninggalkan kuliahnya. Saat
pindah ke Jakarta, Gladies tak lupa membawa juga oven dan kompor. Di media
sosial ia juga rajin membagi-bagi resep yang mudah, sehingga makin banyak follower-nya. Keunggulan membagi resep
di media sosial itu adalah bisa bebas dan detail dalam memberikan informasi.
Tidak seperti di televisi atau media lain yang terbatas karena durasi.
Semula, tak
ada niat Gladies untuk membuka usaha. Ia hanya ingin mengajak anak muda mau
kembali ke dapur dan menekankan bahwa memasak itu menyenangkan dan tidak susah.
Dari sanalah, kemudian ada yang minta dibuatkan kue. Sejak itu, Gladies mulai
menjual kue tanpa meninggalkan pekerjaannya di teve. Sepulang kerja, ia belanja
bahan dan langsung membuat kue. Beruntung, tanggapan yang ia terima sangat
positif. Dan karena merasa senang, membuat kue pun tidak menjadi beban bagi
Gladies. Walau sudah memulai usaha, Gladies pun tetap tidak pelit untuk membagi
resep di media sosial. Ia juga tidak takut dengan persaingan. Karena walau
resepnya sama, hasilnya pasti bisa berbeda. Beda tangan yang mengerjakan memang
akan beda hasil. Latar belakang kuliah Gladies di jurusan Pastry pun juga
sangat berguna sekali.
Selanjutnya,
Gladies memilih menyelesaikan kuliahnya. Karena fokus kuliah, ia untuk
sementara istirahat bisnis kue. Namun, ia mengaku tak terlalu sulit untuk
kembali menghidupkan usahanya yang sempat tutup. Ia memang sudah memiliki
pelanggan, termasuk dari kalangan artis. Namanya juga sudah dikenal di media
sosial. Jadi, ia cukup memanfaatkan media sosial melalui teman-teman dan artis
yang ia kenal. Bila sebelumnya membuat kue hanya dijadikan pekerjaan sampingan,
Gladies kini menjadikan bisnis kue sebagai pekerjaan utama. Apalagi, sebelum
bulan puasa 2013 ia memutuskan untuk memakai hijab. Akibatnya, tawaran untuk
menjadi presenter, host atau MC
berkurang, bahkan cenderung tidak ada. Gladies pun berpikir mungkin ini memang sudah
jalannya. Seperti janji Tuhan, jika satu pintu rezeki tertutup, akan ada pintu
rezeki lain yang terbuka.
Demi membuat
usahanya semakin dikenal, Gladies juga memanfatkan media sosial dengan mengirim
kue ke beberapa selebritas. Sejak itu, dalam dua bulan akun twitter Dapur
Gladies mendapat tambahan follower
sebanyak 2 ribu orang. Sejak itulah Gladies memutuskan sudah tidak ingin
bekerja pada orang lain lagi. Dengan modal Rp 300.000 ia membuka usaha ini dari
nol lagi. Seiring dengan waktu, pesanan brownies berbagai varian seperti
Nutella, Milo cheese, Supermix,
Toblerone vs M&M, Peanut butter, dan Black n White mulai datang secara
rutin. Awal Desember 2013, Gladies menambah modal menjadi Rp 4 juta. Dan tidak
sampai sebulan ia sudah balik modal dua kali lipat. Karena dengan berjualan online, konsumennya harus membayar penuh
di muka dan juga membayar biaya kirimnya.
Dalam
menjalankan usaha, Gladies dibantu ibunda dan seorang asisten. Padahal,
permintaan begitu banyak. Sayang sekali, Gladies terpaksa membatasi pesanan dan
membuat daftar tunggu pesanan yang panjang. Dulu, ia membuka pesanan melalui e-mail.
Ternyata pada Januari 2014 ia mendapat pesanan sampai 1.300 e-mail. Akhirnya,
pada Februari baru masuk proses produksi. Dan semua pesanan itu baru selesai
dikirim pada bulan Juni. Jadi, baru empat bulan kemudian, ia bisa memenuhi
semua pesanan itu.
Belajar dari
pengalaman, Gladies mulai membatasi pesanan. Sekarang ia hanya membuka order
melalui chat dan satu orang konsumen
hanya dapat memesan 3 kotak. Untuk memesan brownies buatan Gladies, calon
pelanggan wajib memantau lini masa akun Twitter-nya. Nanti ia akan mem-publish kapan akan membuka pesanan atau open order yang berlangsung hanya satu
jam dalam satu hari. Lewat dari itu ia tidak akan menerima pesanan lagi.
Gladies menjual brownies buatannya dari harga Rp 65.00 ampai Rp 95.000.
Enggan
mengecewakan pelanggan, Gladies kini membuka garasi rumahnya setiap Sabtu dan
Minggu untuk para pelanggan yang tidak sempat memesan saat open order. Dan ternyata makin banyak yang suka dengan brownies
buatannya. Resep kue brownies ini hasil uji cobanya sendiri. Ia berusaha
bagaimana caranya menghasilkan brownies yang banyak cokelatnya, tapi tidak
lembek. Kini Gladies bisa mengantungi omzet Rp 4-5 juta per hari. Untuk bisa
memenuhi pesanan yang semakin hari semakin banyak, Gladies berencana untuk
membuka tempat khusus pembuatan kue dalam waktu dekat. Sementara ini, pembuatan
kue masih dilakukan di rumahnya. Ke depannya, perempuan berkulit putih ini
ingin ada toko dan tempat produksi sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar