Sabtu, 29 November 2014




Di tengah munculnya beragam kue jenis baru dan perusahaan kue kelas internasional, usaha brownies masih terasa manis. Tak perlu membuka toko, usaha melalui media sosial juga berbuah manis. Salah satunya, Poetry Gladies Karina Dewi, yang telah memetik legitnya bisnis brownies lewat usaha Dapur Gladies sejak November 2013 lalu. Diakui bungsu dari dua bersaudara ini, sebenarnya sudah sejak lama ia menekuni usaha pembuatan kue. Namun, baru diseriusi setelah lulus kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung atau yang dulu dikenal sebagai NHI.

Lulus tahun 2009, Gladies melanjutkan mengambil Administrasi Hotel. Harusnya cukup setahun saja ia bisa menyelesaikan pendidikan itu. Tapi saat itu ia juga menyambi kerja sebagai presenter dan reporter di stasiun televisi lokal di Bandung, kemudian pindah ke B Channel di tahun 2011. Karena tuntutan pekerjaan itu, di tahun yang sama Gladies pun pindah ke Jakarta dan sementara meninggalkan kuliahnya. Saat pindah ke Jakarta, Gladies tak lupa membawa juga oven dan kompor. Di media sosial ia juga rajin membagi-bagi resep yang mudah, sehingga makin banyak follower-nya. Keunggulan membagi resep di media sosial itu adalah bisa bebas dan detail dalam memberikan informasi. Tidak seperti di televisi atau media lain yang terbatas karena durasi.



Semula, tak ada niat Gladies untuk membuka usaha. Ia hanya ingin mengajak anak muda mau kembali ke dapur dan menekankan bahwa memasak itu menyenangkan dan tidak susah. Dari sanalah, kemudian ada yang minta dibuatkan kue. Sejak itu, Gladies mulai menjual kue tanpa meninggalkan pekerjaannya di teve. Sepulang kerja, ia belanja bahan dan langsung membuat kue. Beruntung, tanggapan yang ia terima sangat positif. Dan karena merasa senang, membuat kue pun tidak menjadi beban bagi Gladies. Walau sudah memulai usaha, Gladies pun tetap tidak pelit untuk membagi resep di media sosial. Ia juga tidak takut dengan persaingan. Karena walau resepnya sama, hasilnya pasti bisa berbeda. Beda tangan yang mengerjakan memang akan beda hasil. Latar belakang kuliah Gladies di jurusan Pastry pun juga sangat berguna sekali.

Selanjutnya, Gladies memilih menyelesaikan kuliahnya. Karena fokus kuliah, ia untuk sementara istirahat bisnis kue. Namun, ia mengaku tak terlalu sulit untuk kembali menghidupkan usahanya yang sempat tutup. Ia memang sudah memiliki pelanggan, termasuk dari kalangan artis. Namanya juga sudah dikenal di media sosial. Jadi, ia cukup memanfaatkan media sosial melalui teman-teman dan artis yang ia kenal. Bila sebelumnya membuat kue hanya dijadikan pekerjaan sampingan, Gladies kini menjadikan bisnis kue sebagai pekerjaan utama. Apalagi, sebelum bulan puasa 2013 ia memutuskan untuk memakai hijab. Akibatnya, tawaran untuk menjadi presenter, host atau MC berkurang, bahkan cenderung tidak ada. Gladies pun berpikir mungkin ini memang sudah jalannya. Seperti janji Tuhan, jika satu pintu rezeki tertutup, akan ada pintu rezeki lain yang terbuka.



Demi membuat usahanya semakin dikenal, Gladies juga memanfatkan media sosial dengan mengirim kue ke beberapa selebritas. Sejak itu, dalam dua bulan akun twitter Dapur Gladies mendapat tambahan follower sebanyak 2 ribu orang. Sejak itulah Gladies memutuskan sudah tidak ingin bekerja pada orang lain lagi. Dengan modal Rp 300.000 ia membuka usaha ini dari nol lagi. Seiring dengan waktu, pesanan brownies berbagai varian seperti Nutella, Milo cheese, Supermix, Toblerone vs M&M, Peanut butter, dan Black n White mulai datang secara rutin. Awal Desember 2013, Gladies menambah modal menjadi Rp 4 juta. Dan tidak sampai sebulan ia sudah balik modal dua kali lipat. Karena dengan berjualan online, konsumennya harus membayar penuh di muka dan juga membayar biaya kirimnya.

Dalam menjalankan usaha, Gladies dibantu ibunda dan seorang asisten. Padahal, permintaan begitu banyak. Sayang sekali, Gladies terpaksa membatasi pesanan dan membuat daftar tunggu pesanan yang panjang. Dulu, ia membuka pesanan melalui e-mail. Ternyata pada Januari 2014 ia mendapat pesanan sampai 1.300 e-mail. Akhirnya, pada Februari baru masuk proses produksi. Dan semua pesanan itu baru selesai dikirim pada bulan Juni. Jadi, baru empat bulan kemudian, ia bisa memenuhi semua pesanan itu.



Belajar dari pengalaman, Gladies mulai membatasi pesanan. Sekarang ia hanya membuka order melalui chat dan satu orang konsumen hanya dapat memesan 3 kotak. Untuk memesan brownies buatan Gladies, calon pelanggan wajib memantau lini masa akun Twitter-nya. Nanti ia akan mem-publish kapan akan membuka pesanan atau open order yang berlangsung hanya satu jam dalam satu hari. Lewat dari itu ia tidak akan menerima pesanan lagi. Gladies menjual brownies buatannya dari harga Rp 65.00 ampai Rp 95.000.

Enggan mengecewakan pelanggan, Gladies kini membuka garasi rumahnya setiap Sabtu dan Minggu untuk para pelanggan yang tidak sempat memesan saat open order. Dan ternyata makin banyak yang suka dengan brownies buatannya. Resep kue brownies ini hasil uji cobanya sendiri. Ia berusaha bagaimana caranya menghasilkan brownies yang banyak cokelatnya, tapi tidak lembek. Kini Gladies bisa mengantungi omzet Rp 4-5 juta per hari. Untuk bisa memenuhi pesanan yang semakin hari semakin banyak, Gladies berencana untuk membuka tempat khusus pembuatan kue dalam waktu dekat. Sementara ini, pembuatan kue masih dilakukan di rumahnya. Ke depannya, perempuan berkulit putih ini ingin ada toko dan tempat produksi sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar