Seiring semakin semaraknya aktivitas laskar ibu yang bangga dengan profesi bakul kue, usaha jasa kurir kue pun ikut tumbuh. Begitulah, yang dirasakan Agus Kurniawan, pemilik usaha jasa kurir kue Nirwana. Padahal, ketika mendirikan usahanya di tahun 2005, ia tidak menawarkan jasa pengantaran spesialis kue, tapi melayani pengiriman jasa kargo dan paket biasa. Namun suatu ketika, ada pelanggannya yang bertanya apakah Nirwana bisa mengirim kue ? Agus pun menyampaikan saat itu belum bisa. Dan juga saat itu di Jakarta sepertinya belum ada jasa kurir untuk kue. Hampir semua jenis pengiriman, tidak ada yang khusus melayani pengiriman kue. Dari sini Agus berpikir, tampaknya usaha kurir kue bisa berkembang. Akhirnya, ia pun melakukan uji coba. Awalnya memang masih gagal. Ketika kue sudah sampai di tempat tujuan sudah dalam kondisi rusak.
Proses uji
coba pun terus berlangsung, sampai akhirnya Agus menemukan formula yang pas
agar kue bisa selamat sampai ke pemesan. Agus mengakui semua itu berkat kerja
sama dengan NCC (Natural Cooking Club), yakni perkumpulan ibu-ibu yang suka
memasak, dengan pendiri Ibu Fatmah Bahalwan. Di situ Agus mendapatkan edukasi,
bagaimana membawa kue yang aman. Selain itu Ibu Fatmah juga mengedukasi
anggotanya bagaimana membuat kue dengan bahan yang lebih baik.
Agus berpendapat,
jasa mengantar kue tidak bisa dipandang remeh. Butuh ketekunan, hati-hati, dan
stamina yang kuat. Ia pun akhirnya bisa menemukan cara yang relatif aman untuk
mengantar kue. Yakni cara membawanya harus dengan berboncengan. Kue itu
dimasukkan ke dalam kotak berpendingin agar tidak lumer di jalan. Dan harus ada
kerja sama yang baik antara pengemudi dengan yang membonceng. Si pengemudi
harus hati-hati, jangan berjalan di belakang mobil, dan menghindari rem
mendadak serta jalan berlubang. Sementara yang
membonceng harus membawa kotak kue dalam posisi mendatar, jangan sampai
miring sama sekali. Agus menegaskan, bagi kurir kue, yang paling penting adalah
stamina, karena pengiriman yang dilayaninya ke seluruh wilayah Jabodetabek.
Agus pun juga
bergabung dengan milis NCC, hingga ia makin paham bahwa di Jakarta banyak
ibu-ibu yang bergiat kursus membuat kue, berhasil membuat, dan mengembangkannya
menjadi usaha. Para ibu itu menamakan dirinya dengan sebutan bakul kue. Dan
para bakul kue ini kerap banyak menerima pesanan, tapi mereka sering bingung
bagaimana cara mengirimnya. Gayung pun bersambut, ketika Agus memperkenalkan
usahanya, mereka lantas kerap mengirim pesanan lewat Nirwana. Yang ditawarkan Agus
adalah, kurirnya akan menjemput kue di tempat bakul, kemudian mengantarnya ke
pemesan. Kiriman pertama pun berhasil, lalu disambung dengan order berikutnya. Agus
masih ingat, pertama kalinya ia mendapatkan order untuk mengantar kue, dari
sebuah brand ternama. Dan sampai
sekarang, Nirwana pun masih menjadi partner
setia para ibu penjual kue.
Semakin lama, keamanan
kue sampai ke tujuan pun semakin ditingkatkan. Bila semula, dari sekitar 200
pengiriman, ada sekitar 20 yang rusak. Sekarang ini, rata-rata per bulan Nirwana
bisa mengirim 600-800 kali pengiriman. Dan dari ratusan pengiriman itu, paling
hanya satu yang rusak. Artinya, tingkat kegagalannya memang kecil sekali. Agar
pelanggan tidak kecewa, sejak awal Nirwana tidak menjanjikan bahwa kue yang
diantarnya sempurna sampai di tempat. Walaupun pada kenyataannya, sekarang ini
sudah kecil sekali kemungkinan rusaknya. Memang pada awalnya, sempat ada
beberapa kali kegagalan, namun diusahakan hal tersebut tidak diketahui si
pemesan. Untuk hal ini Agus selalu berkoordinasi dengan para bakul kue.
Biasanya sekitar seratus meter sebelum pesanan sampai ke pemesan, kurir akan
memeriksa kondisi kue terlebih dahulu. Bila ditemui kerusakan, kurir akan
menghubungi bakul kuenya. Bila masih bisa diperbaiki, kue akan dikirimkan
kembali ke bakul kue untuk diperbaiki. Tapi, kalau tingkat kerusakannya parah
sedangkan kue tersebut untuk acara mendesak hari itu juga, biasanya akan ia
ganti dengan cara membeli kue di toko. Namun, dalam hal ini Agus menegaskan
kembali, yang berkomunikasi tentang kondisi kue adalah antara bakul kue dengan
pemesan. Dengan koordinasi yang baik, Agus menerangkan selama ini tidak pernah
ada masalah yang serius.
Kerusakan kue terjadi,
menurut Agus, ada beberapa faktor. Bila soal tehnik pengiriman, mungkin bisa
juga karena kelalaian kurir. Mungkin cara membawanya yang miring atau kendaraan
terjadi benturan. Biasanya hal seperti ini, dijelaskan Agus, terjadi bila
kurirnya masih baru. Namun ada juga kerusakan yang terjadi karena kesalahan si
pembuat kue. Misalnya saja, kue yang baru saja jadi, langsung minta dikirim. Padahal,
sebaiknya ditaruh dalam kulkas dulu.
Jumlah kurir di
Nirwana yang semula hanya satu, sekarang sudah berkembang menjadi 30. Itu pun
menurut Agus, sudah kewalahan menerima pesanan. Sebenarnya kalau dituruti,
jumlah pesanan bisa lebih banyak lagi dari yang biasa ia terima. Namun Agus sengaja
membatasi, di mana satu armada kurir kue dalam sehari hanya melakukan
pengantaran sebanyak empat kali. Agus memang harus memperhitungkan tenaga dan
kondisi para kurir. Karena kalau si pembawa motor sudah lelah, pasti konsentrasinya
akan kacau. Kalau sudah begitu, tingkat kerusakan kue pasti tinggi, bisa 80
persen. Ada keinginan Agus untuk mengembangkan usahanya. Namun ia mengakui
terkendala dengan SDM. Ia pernah membuka lowongan untuk kurir kue. Peminatnya
sebetulnya besar sekali, bahkan mereka pun menyanggupi untuk membawa motor sendiri.
Namun dalam perjalanan waktu, banyak yang tidak bertahan lama. Agus mengakui,
memang sulit sekali mencari pengantar kue.
Kini Agus pun
juga sudah melayani jasa pengiriman kue sampai ke Bandung. Ia bekerja sama
dengan travel yang setiap jam
berangkat ke Bandung. Setibanya di Bandung, ada relasinya yang akan menjemput
dan mengantarnya langsung ke rumah pemesan kue. Agus memasang tarif Rp 70.000
untuk pengiriman wilayah Jakarta. Sementara untuk Tangerang dan Bogor biayanya
antara Rp 80 ribu-85 ribu. Menurut Agus, dibandingkan tingkat resikonya, ongkos
yang ia tawarkan tersebut terbilang murah. Soal kendala dalam pengiriman
hanyalah hujan dan banjir. Kalau terjebak hujan, maka kurir terpaksa harus
berteduh dulu. Bila dipaksakan tetap jalan akan beresiko. Besar kemungkinan kue
akan rusak. Sementara soal macet, baginya tidak terlalu masalah karena para kurirnya
sudah terbiasa menghadapi situasi lalu lintas tersebut. Bahkan banyak yang
mengetahui jalan pintas.
Jasa
pengantaran kue, bagi Agus, tak sekedar bicara soal bisnis. Ia merasa bahagia
bisa ikut terlibat dalam membangun ekonomi keluarga. Keberadaannya ikut
membantu para bakul kue dalam menjalankan usahanya. Kalau dulu, ibu-ibu bakul
kue sempat kesulitan mencari jasa kurir, sekarang sudah tidak lagi. Agus senang
usahanya bisa membantu mereka. Hanya saja, ia mengakui sering ada beban ketika suatu
waktu tidak bisa memenuhi permintaan mereka, karena sudah kelebihan order. Agus
menyadari, Nirwana memang memiliki keterbatasan yang bila dipaksakan malah akan
mengganggu proses pengiriman.
Soal SDM pula
yang membuat Agus tak bisa memenuhi permintaan dari beberapa kota untuk membuka
cabang. Sebenarnya, ia memang sering diminta untuk membuka cabang di Semarang,
Surabaya, dan Banten. Namun sayang untuk saat ini permintaan tersebut belum
bisa ia sanggupi. Agus pun mengaku, usahanya ini tak punya saingan. Memang
pernah ada mantan karyawannya yang membuka usaha serupa, tapi sayangnya tidak
ada yang berjalan bagus. Agus pun berharap, usaha para bakul kue juga bisa
makin berkembang, hingga ia pun bisa ikut kecipratan rezeki yang menjanjikan.
Seiring semakin banyaknya order untuk mengantar kue, Agus kini sudah
menghentikan usaha jasa kurir cargo-nya.
0 komentar:
Posting Komentar