Minggu, 21 Desember 2014




Seiring semakin semaraknya aktivitas laskar ibu yang bangga dengan profesi bakul kue, usaha jasa kurir kue pun ikut tumbuh. Begitulah, yang dirasakan Agus Kurniawan, pemilik usaha jasa kurir kue Nirwana. Padahal, ketika mendirikan usahanya di tahun 2005, ia tidak menawarkan jasa pengantaran spesialis kue, tapi melayani pengiriman jasa kargo dan paket biasa. Namun suatu ketika, ada pelanggannya yang bertanya apakah Nirwana bisa mengirim kue ? Agus pun menyampaikan saat itu belum bisa. Dan juga saat itu di Jakarta sepertinya belum ada jasa kurir untuk kue. Hampir semua jenis pengiriman, tidak ada yang khusus melayani pengiriman kue. Dari sini Agus berpikir, tampaknya usaha kurir kue bisa berkembang. Akhirnya, ia pun melakukan uji coba. Awalnya memang masih gagal. Ketika kue sudah sampai di tempat tujuan sudah dalam kondisi rusak.

Proses uji coba pun terus berlangsung, sampai akhirnya Agus menemukan formula yang pas agar kue bisa selamat sampai ke pemesan. Agus mengakui semua itu berkat kerja sama dengan NCC (Natural Cooking Club), yakni perkumpulan ibu-ibu yang suka memasak, dengan pendiri Ibu Fatmah Bahalwan. Di situ Agus mendapatkan edukasi, bagaimana membawa kue yang aman. Selain itu Ibu Fatmah juga mengedukasi anggotanya bagaimana membuat kue dengan bahan yang lebih baik.



Agus berpendapat, jasa mengantar kue tidak bisa dipandang remeh. Butuh ketekunan, hati-hati, dan stamina yang kuat. Ia pun akhirnya bisa menemukan cara yang relatif aman untuk mengantar kue. Yakni cara membawanya harus dengan berboncengan. Kue itu dimasukkan ke dalam kotak berpendingin agar tidak lumer di jalan. Dan harus ada kerja sama yang baik antara pengemudi dengan yang membonceng. Si pengemudi harus hati-hati, jangan berjalan di belakang mobil, dan menghindari rem mendadak serta jalan berlubang. Sementara yang  membonceng harus membawa kotak kue dalam posisi mendatar, jangan sampai miring sama sekali. Agus menegaskan, bagi kurir kue, yang paling penting adalah stamina, karena pengiriman yang dilayaninya ke seluruh wilayah Jabodetabek.

Agus pun juga bergabung dengan milis NCC, hingga ia makin paham bahwa di Jakarta banyak ibu-ibu yang bergiat kursus membuat kue, berhasil membuat, dan mengembangkannya menjadi usaha. Para ibu itu menamakan dirinya dengan sebutan bakul kue. Dan para bakul kue ini kerap banyak menerima pesanan, tapi mereka sering bingung bagaimana cara mengirimnya. Gayung pun bersambut, ketika Agus memperkenalkan usahanya, mereka lantas kerap mengirim pesanan lewat Nirwana. Yang ditawarkan Agus adalah, kurirnya akan menjemput kue di tempat bakul, kemudian mengantarnya ke pemesan. Kiriman pertama pun berhasil, lalu disambung dengan order berikutnya. Agus masih ingat, pertama kalinya ia mendapatkan order untuk mengantar kue, dari sebuah brand ternama. Dan sampai sekarang, Nirwana pun masih menjadi partner setia para ibu penjual kue.



Semakin lama, keamanan kue sampai ke tujuan pun semakin ditingkatkan. Bila semula, dari sekitar 200 pengiriman, ada sekitar 20 yang rusak. Sekarang ini, rata-rata per bulan Nirwana bisa mengirim 600-800 kali pengiriman. Dan dari ratusan pengiriman itu, paling hanya satu yang rusak. Artinya, tingkat kegagalannya memang kecil sekali. Agar pelanggan tidak kecewa, sejak awal Nirwana tidak menjanjikan bahwa kue yang diantarnya sempurna sampai di tempat. Walaupun pada kenyataannya, sekarang ini sudah kecil sekali kemungkinan rusaknya. Memang pada awalnya, sempat ada beberapa kali kegagalan, namun diusahakan hal tersebut tidak diketahui si pemesan. Untuk hal ini Agus selalu berkoordinasi dengan para bakul kue. Biasanya sekitar seratus meter sebelum pesanan sampai ke pemesan, kurir akan memeriksa kondisi kue terlebih dahulu. Bila ditemui kerusakan, kurir akan menghubungi bakul kuenya. Bila masih bisa diperbaiki, kue akan dikirimkan kembali ke bakul kue untuk diperbaiki. Tapi, kalau tingkat kerusakannya parah sedangkan kue tersebut untuk acara mendesak hari itu juga, biasanya akan ia ganti dengan cara membeli kue di toko. Namun, dalam hal ini Agus menegaskan kembali, yang berkomunikasi tentang kondisi kue adalah antara bakul kue dengan pemesan. Dengan koordinasi yang baik, Agus menerangkan selama ini tidak pernah ada masalah yang serius.

Kerusakan kue terjadi, menurut Agus, ada beberapa faktor. Bila soal tehnik pengiriman, mungkin bisa juga karena kelalaian kurir. Mungkin cara membawanya yang miring atau kendaraan terjadi benturan. Biasanya hal seperti ini, dijelaskan Agus, terjadi bila kurirnya masih baru. Namun ada juga kerusakan yang terjadi karena kesalahan si pembuat kue. Misalnya saja, kue yang baru saja jadi, langsung minta dikirim. Padahal, sebaiknya ditaruh dalam kulkas dulu.



Jumlah kurir di Nirwana yang semula hanya satu, sekarang sudah berkembang menjadi 30. Itu pun menurut Agus, sudah kewalahan menerima pesanan. Sebenarnya kalau dituruti, jumlah pesanan bisa lebih banyak lagi dari yang biasa ia terima. Namun Agus sengaja membatasi, di mana satu armada kurir kue dalam sehari hanya melakukan pengantaran sebanyak empat kali. Agus memang harus memperhitungkan tenaga dan kondisi para kurir. Karena kalau si pembawa motor sudah lelah, pasti konsentrasinya akan kacau. Kalau sudah begitu, tingkat kerusakan kue pasti tinggi, bisa 80 persen. Ada keinginan Agus untuk mengembangkan usahanya. Namun ia mengakui terkendala dengan SDM. Ia pernah membuka lowongan untuk kurir kue. Peminatnya sebetulnya besar sekali, bahkan mereka pun menyanggupi untuk membawa motor sendiri. Namun dalam perjalanan waktu, banyak yang tidak bertahan lama. Agus mengakui, memang sulit sekali mencari pengantar kue.

Kini Agus pun juga sudah melayani jasa pengiriman kue sampai ke Bandung. Ia bekerja sama dengan travel yang setiap jam berangkat ke Bandung. Setibanya di Bandung, ada relasinya yang akan menjemput dan mengantarnya langsung ke rumah pemesan kue. Agus memasang tarif Rp 70.000 untuk pengiriman wilayah Jakarta. Sementara untuk Tangerang dan Bogor biayanya antara Rp 80 ribu-85 ribu. Menurut Agus, dibandingkan tingkat resikonya, ongkos yang ia tawarkan tersebut terbilang murah. Soal kendala dalam pengiriman hanyalah hujan dan banjir. Kalau terjebak hujan, maka kurir terpaksa harus berteduh dulu. Bila dipaksakan tetap jalan akan beresiko. Besar kemungkinan kue akan rusak. Sementara soal macet, baginya tidak terlalu masalah karena para kurirnya sudah terbiasa menghadapi situasi lalu lintas tersebut. Bahkan banyak yang mengetahui jalan pintas.

Jasa pengantaran kue, bagi Agus, tak sekedar bicara soal bisnis. Ia merasa bahagia bisa ikut terlibat dalam membangun ekonomi keluarga. Keberadaannya ikut membantu para bakul kue dalam menjalankan usahanya. Kalau dulu, ibu-ibu bakul kue sempat kesulitan mencari jasa kurir, sekarang sudah tidak lagi. Agus senang usahanya bisa membantu mereka. Hanya saja, ia mengakui sering ada beban ketika suatu waktu tidak bisa memenuhi permintaan mereka, karena sudah kelebihan order. Agus menyadari, Nirwana memang memiliki keterbatasan yang bila dipaksakan malah akan mengganggu proses pengiriman.

Soal SDM pula yang membuat Agus tak bisa memenuhi permintaan dari beberapa kota untuk membuka cabang. Sebenarnya, ia memang sering diminta untuk membuka cabang di Semarang, Surabaya, dan Banten. Namun sayang untuk saat ini permintaan tersebut belum bisa ia sanggupi. Agus pun mengaku, usahanya ini tak punya saingan. Memang pernah ada mantan karyawannya yang membuka usaha serupa, tapi sayangnya tidak ada yang berjalan bagus. Agus pun berharap, usaha para bakul kue juga bisa makin berkembang, hingga ia pun bisa ikut kecipratan rezeki yang menjanjikan. Seiring semakin banyaknya order untuk mengantar kue, Agus kini sudah menghentikan usaha jasa kurir cargo-nya.






0 komentar:

Posting Komentar