Selasa, 31 Maret 2015




Bagi perempuan kelahiran Jember, 15 Oktober 1963 ini, memberi manfaat bagi lingkungan menjadi perhatiannya. Pilihannya jauh pada anak-anak difabel. Lewat pengalaman pribadi, Madya P. Andang ingin mengajarkan kemandirian kepada anak-anak tersebut. Keinginan kuat membantu anak difabel memang sejak lama ia rasakan. Lulusan kedokteran gigi Universitas Airlangga ini semakin terdorong membantu karena latar belakangnya yang memang dekat dengan lingkungan difabel. Madya pun memutuskan untuk memulai dengan langkah kecil yaitu mengajari anak-anak difabel tersebut membuat kerajinan tangan dengan merek Regis Craft. Ketulusan dan kerja kerasnya berbuah manis. Usaha kerajinan tangan yang dibuatnya bersama para difabel ini pun kini semakin dikenal dan diminati.

Niatnya ingin berbuat lebih untuk anak-anak difabel itu diawali, karena setiap hari ia selalu mengantar jemput anaknya yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa. Anak Madya memang memiliki keterlambatan belajar, tetapi bukan tuna rungu atau tuna wicara. Di situ ia melihat, anak difabel, walaupun memiliki kekurangan, tapi sebenarnya juga memiliki kelebihan. Dan semakin diperhatikan, Madya pun jadi semakin ingin berbuat sesuatu agar anak-anak difabel itu bisa mandiri, termasuk anaknya sendiri. Namun Madya menyadari, dirinya punya keterbatasan kalau harus merangkul semua anak-anak difabel. Akhirnya, ia hanya memilih anak-anak tuna rungu. Karena menurutnya, mereka ini pada dasarnya masih bisa menyerap ilmu dengan baik, hanya faktor komunikasi saja yang harus sinergis, sejalan dengan bahasa isyarat. Apalagi, ternyata saat di sekolah, mereka juga sudah diajarkan keterampilan menjahit. Jadi, sudah bisa membuat produk kreatif.

Akhirnya di tahun 2012 ia pun mengajak dua orang anak difabel untuk memulai membuat kerajinan tangan berbahan dasar flanel dan limbah kain, yakni dengan membuat pakaian adat dari seluruh Indonesia. Responsnya sebetulnya sangat bagus, namun saat itu permintaan yang datang kurang banyak. Karena Madya sebetulnya termasuk orang yang cepat bosan, beberapa bulan kemudian terlintas untuk mencoba membuat kerajinan tangan dengan bahan karung goni. Memang prosesnya cukup panjang, dari mulai mencelup, mencuci, hingga menjemur. Setelah ia coba dengan membuat bros, kantongan botol, tas selempang, dan dompet dari karung goni, ternyata responsnya positif. Apalagi harga yang ia patok juga cukup terjangkau, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu. Produk Regis Craft pun laris dan banyak permintaan. Karena animo yang datang terhadap kerajinan Regis Craft ini cukup tinggi, maka Madya pun memutuskan untuk terus berinovasi dengan karung goni.



Nama Regis sebenarnya terinspirasi dari nama depan dua putra-putri kesayangannya. Anaknya yang pertama bernama Rezika Radina Putri, dan yang kedua Gilang Kumara. Pemilihan nama ini juga agar mengingatkan bahwa kedua anaknya tersebut juga terlibat sebagai cikal bakal usaha ini. Apalagi sebenarnya mengurus Regis Craft ini juga menjadi kesibukan barunya setelah sang suami meninggal karena sakit kanker. Jadi, Madya ingin fokus dengan anak-anaknya dan usaha Regis Craft ini. Pilihan menekuni bisnis kerajinan tangan ini pun diakui Madya, karena sejak dulu ia memang tidak bisa diam. Ia suka berinovasi dan mencoba-coba membuat handmade secara otodidak, tidak ada yang mengajari. Dan ia juga sangat menikmati kalau berhasil membuat barang yang ternyata juga diapresiasi dengan baik oleh orang lain. Apalagi kalau ia menceritakan bahwa yang membuat kerajinan itu adalah anak-anak difabel, banyak yang kagum karena produknya bisa bagus dan rapi.

Untuk bahan baku, Madya sudah memiliki supplier di Jember. Agar produknya bisa langsung diolah dan tak perlu diproses lagi, ia pun langsung terbang ke Jember untuk mengajari bagaimana agar karung goni yang dikirim sudah bersih dan siap produksi. Selain itu, banyak pula limbah kain yang ia terima secara gratis, bahkan diantar langsung. Madya mengakui, lingkungan sekitarnya memang ikut mendukung aktivitas Regis Craft yang zero cost product. Kebetulan di dekat workshop Regis Craft ada usaha konveksi yang kerap mengekspor produknya ke Malaysia. Merekalah yang sering memberikan sisa limbah kain chiffon dan kain berkualitas lainnya ke Madya. Ini juga bagian dari koordinasi pengurus RW tempat Madya tinggal. Jadi, Madya sangat senang, aktivitasnya ini benar-benar mendapat dukungan mulai dari lingkungan terkecil hingga perhatian dari pemerintah.

Madya mengakui, awalnya ia memang sempat khawatir soal komunikasi dengan anak-anak difabel tersebut. Tapi ternyata, mereka jusru sangat mudah diarahkan. Ketika ia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, justru anak-anak difabel itulah yang banyak mengajarinya. Mereka meminta Madya untuk belajar ALS (American Sign Language), bahasa isyarat yang digunakan secara internasional. Dukungan mereka pun juga besar. Misalnya saja, mereka kerap mengirimi SMS berisi tanda-tanda isyarat komunikasi. Meski awalnya bingung, tapi lama kelamaan Madya pun bisa lancar juga menggunakan bahasa isyarat. Madya juga bersyukur, yang awalnya ia hanya ingin berbuat sedikit untuk lingkungan, ternyata langkahnya ini mendapatkan banyak perhatian dari berbagai pihak. Sejak awal saat dirinya memulai Regis Craft, jalannya memang seperti dimudahkan. Misalnya saja, ia kerap ditawari mengikuti pameran.



Produk-produk Regis Craft pun sering mendapatkan penghargaan. Ada beberapa penghargaan bergengsi yang pernah ia raih, mulai dari UKM Award, Entrepreneur Sosial Award, dan sebagainya. Selain itu tentu saja ia juga berkesempatan bisa bertemu dengan orang-orang penting. Sampai-sampai, pasangan Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Jokowi-Ahok, sudah hafal, kalau kerajinan tangan goni yang bagus, pastilah buatan anak-anak difabel di Regis Craft. Banyak yang tersentuh saat mengetahui bahwa hasil kerajinan Regis Craft dihasilkan oleh anak-anak difabel. Madya pun menceritakan,  saat ia menerima penghargaan, banyak yang berempati kepada anak-anak difabel yang bekerja padanya dan memberikan dukungan serta semangat agar usaha Regis Craft bisa terus berkembang.

Perkembangan bisnis Regis Craft saat ini memang semakin baik. Madya tak henti-hentinya bersyukur karena banyak kemajuan yang tidak hanya dirasakan olehnya, tapi juga oleh pegawainya. Jumlah SDM nya kini juga bertambah. Sekarang ia sudah bisa merangkul 6 anak difabel yang bahkan sudah bisa mandiri. Saat Madya sedang memberikan pelatihan di tempat lain, ia pun kerap mengajak mereka dan terus mengedukasi agar ke depannya bisa mandiri. Hasilnya, mereka pun kini bisa percaya diri apabila harus memberikan pelatihan dan tidak menganggap bahasa sebagai kendala. Seiring berjalannya waktu dan usaha yang telah dilakukan, kini Regis Craft juga telah digandeng oleh beberapa kementerian, seperti Kementerian Industri, Kementerian Perdagangan, sampai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan workshop Regis Craft yang berada di Jalan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, sekarang rutin dikunjungi berbagai pihak untuk studi banding. Produksi pun juga semakin meningkat. Dan agar karyanya terus diminati, Madya selalu memberikan inovasi pada produk-produk yang dibuat.

Contohnya, saat ini banyak produk yang ia kombinasikan dengan beberapa material lain. Dompet dan tas yang harganya premium, ia kombinasikan dengan croco, kulit, hingga kain tradisional. Ada juga tirai cantik yang materialnya merupakan kombinasi dan mendapat banyak pujian, bahkan salah satunya yang membeli adalah Ibu Veronica Ahok. Madya memang menekankan, produk Regis Craft harus juga memperhatikan trend. Beberapa kali ia juga berkolaborasi dengan anak sulungnya yang membuat desain baju muslim. Jadi, produk-produk Regis Craft pun bisa pula dikombinasikan dengan fashion. Biasanya pula, ia mengeluarkan produk dengan tema. Misalnya tema batik etnik, dimana ia akan mengeluarkan karya dari bahan batik lawasan, dan lain-lain. Ini merupakan salah satu sentuhan inovasi yang ia berikan untuk Regis Craft. Idenya juga bermula karena Madya sering jalan-jalan. Ketika ia melihat suatu kerajinan yang menarik, lalu kemudian ia coba untuk mengaplikasikannya ke produk Regis Craft. Madya bersyukur oleh Tuhan diberikan sense of art yang cukup kuat, jadi produk yang ia buat bisa terus diminati orang.

Rencana ke depan, Madya sudah membulatkan tekadnya, ingin merangkul anak-anak difabel sebanyak mungkin. Sudah banyak yang datang kepadanya dan ingin bergabung. Namun sayangnya, ia memang belum bisa mewujudkan keinginan mereka saat ini. Oleh karena itu, sejak tahun 2013 lalu, Madya berusaha mendatangi dan meminta bimbingan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencari solusi. Ia ingin sekali, bisa segera mendapatkan izin untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK), agar anak-anak difabel yang ingin bergabung bisa segera ia bimbing. Madya bahkan sudah membayangkan, kelak LPK ini akan bertempat di rumahnya saja, yang juga sekaligus sebagai workshop Regis Craft. Karena rumahnya ini memang sudah menyatu dengan anak-anak difabel dan menjadi cikal bakal kemandirian mereka. Jadi ia rela, kalau dirinya yang harus pindah. Tak hanya itu, ia juga menginginkan LPK ini bisa mendapatkan sertifikasi. Apa pun persyaratannya akan ia penuhi. Madya pun juga siap untuk mengikuti les dan berusaha mendapatkan sertifikasi apabila nanti ikut mengajar karena saat ini ia hanya mengajar secara otodidak.

Selain memiliki LPK, Madya juga ingin workshop Regis Craft bisa semakin dikenal dan bisa merangkul banyak pihak, serta mengetuk pintu CSR untuk bisa memfasilitasi kegiatannya. Pada prinsipnya, ia hanya ingin bisa konsisten dan terus berkomitmen mengembangkan kemandirian anak difabel dan mengajarkan jiwa entrepreneur kepada mereka. Karena pada dasarnya mereka memang mampu, hanya butuh diberi kesempatan untuk mencoba, didorong, serta dibimbing dengan tepat. Tak lupa Madya pun juga mengajarkan kepada mereka untuk terus mengejar keberhasilan. Sejak awal bahkan ia sudah mengajari mereka berperilaku yang baik sampai keterampilan table manner, dengan mengajak mereka ke restoran Jepang dan Eropa. Ia meyakini bahwa mereka pun bisa mandiri dan nantinya akan duduk bersama orang-orang penting. Madya bisa merasakan semangat itu ada dalam diri mereka.

0 komentar:

Posting Komentar