Rabu, 16 Desember 2015




Di usianya yang masih muda, bungsu dari tiga bersaudara ini mengembangkan batik asal Betawi yang sudah mulai dilupakan. Tanpa kenal putus asa, juara satu mencanting tingkat SMA di Semarang tahun 2005 ini memperkenalkan batik Betawi dengan menciptakan motif-motif modern nan unik dan cantik. Perkenalan Erna dengan batik memang berawal saat ia masih tinggal bersama keluarga tantenya di Semarang, tahun 2004. Ia berkenalan dengan batik dimulai dari dasar, karena memang tidak ada keluarganya yang menekuni batik sebelumnya. Secara kebetulan, tantenya memang memiliki usaha batik di Semarang, meskipun juga tidak ada latar belakang pembatik. Tantenya berdarah Betawi yang menikah dengan orang Semarang.

Setiap pulang sekolah, Erna tertarik untuk mempelajari batik. Sampai kemudian ia mengikuti lomba mencanting tingkat SMA tahun 2005 di Semarang. Karena sudah memiliki ilmu dasar dan sudah bisa membatik, ia pun keluar sebagai juara pertama. Dari situlah, ia semakin bersemangat untuk mempelajari batik. Lulus SMA, ia kemudian meneruskan sekolah fashion di Susan Budihardjo Semarang. Selesai sekolah fashion tahun 2010, Erna pun kembali ke Jakarta. Sang tante lalu mendorongnya untuk mengembangkan batik Betawi. Karena terasa lucu saja, bila keluaganya yang berdarah Betawi, tapi justru malah memiliki usaha batik Semarang. Di bulan Desember 2010, Erna lalu membuat workshop batik Betawi di rumah orangtuanya di kawasan Marunda, Jakarta Utara. Ia memakai nama Seraci untuk karya batiknya, yang diambil dari nama keponakannya.


Kebetulan, Erna juga mendapat banyak dukungan dari teman-temannya, sehingga ia semakin bersemangat dan termotivasi untuk meneruskan usaha batik Betawi ini. Di Marunda, ia juga membuka kesempatan bagi siapa saja untuk belajar membatik. Karena ia melihat, di daerah itu banyak yang tidak menyelesaikan sekolahnya, dan banyak pula yang menganggur. Dengan begitu, ia berharap dapat terus mengembangkan batik Betawi. Erna mengaku, awalnya ia sempat syok juga, di usianya yang baru 20-an sudah diminta membuka usaha dan mengajarkan orang untuk membatik. Tapi ia berpikir, mungkin itu tantangan baginya. Dan ternyata, hasilnya pun lumayan. Usahanya semakin hari semakin terlihat perkembangannya. Dari awalnya ia hanya dibantu lima orang pembatik, sekarang sudah berkembang menjadi 15 orang pembatik.

Beruntung, ia juga mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah, sehingga hampir setiap tahun bisa mengikuti pameran di dalam maupun di luar negeri secara gratis. Dari situlah ia mulai menerima banyak pesanan. Di luar negeri Erna pernah mengikuti pameran di Malaysia sebanyak dua kali, juga pernah di Myanmar dan Tionghoa. Selain itu Pemerintah Daerah juga memberikannya pelatihan dan studi tur ke beberapa daerah seperti Yogyakarta.


Tentu ada hambatan yang ia temui saat mengembangkan usaha batik Betawi ini. Salah satu hambatannya adalah banyak orang yang belum tahu bahwa ada batik Betawi. Bahkan orang Betawi sendiri pun masih banyak yang tidak tahu. Sehingga jadi agak susah untuk memasarkan batik Betawi. Namun seiring dengan banyaknya liputan dari media dan aktif mengikuti pameran, lama-lama mulai banyak yang memakai batik Betawi. Selain itu, ada juga yang tidak percaya bahwa batik Betawi ini diproduksi di Jakarta. Walau mereka tahu bahwa memang ada batik Betawi, namun kebanyakan diproduksi di luar Jakarta. Dengan diproduksi di Jakarta, maka Erna pun juga ingin mengembangkan ekonomi masyarakat Jakarta pada khususnya.

Sistem usaha yang ia terapkan kepada karyawan adalah sistem borongan. Sehingga ada yang mengerjakannya di rumah agar tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Saat ini, dalam sebulan ia bisa memproduksi sampai 200 lembar kain. Tapi untuk batik tulis mungkin hanya 2 lembar saja karena pembuatannya yang memakan waktu lama. Saat ini, Erna juga tengah berusaha meningkatkan produksi dengan cara merekrut banyak orang. Menurutnya, mencari pembatik sekarang ini memang agak susah. Kadang saat memulai kerja si pembatik belum menikah, setelah kerja setahun lalu menikah, dan akhirnya berhenti. Sehingga ia pun harus mencari penggantinya dan melatih lagi dari nol. Itulah mengapa pada akhirnya ia kemudian menerapkan sistem borongan dan membuka kesempatan untuk siapa saja yang mau belajar membatik.


Pelanggan batik Seraci berasal dari berbagai kalangan. Bahkan Erna pernah menerima pesanan seragam untuk beberapa perusahaan dan juga kantor pemerintahan. Tak hanya di Jakarta tapi juga luar kota seperti Bandung, Bali, dan Malang. Kebanyakan yang disukai pelanggan adalah motif Ondel-ondel. Selain memproduksi batik, Erna juga membuat baju jadi, tas batik, dan mug batik. Untuk mug penjualannya juga lumayan, biasanya untuk souvenir dan hiasan di rumah karena coraknya batik Betawi. Harga selembar batik Betawi buatan Seraci beragam, mulai dari harga paling murah Rp 120.000 sampai Rp 5 juta. Yang paling mahal itu adalah kain tenun dan batik tulis. Ke depannya, Erna juga ingin memperluas lagi pasar dengan membuat tempat penjualan di berbagai tempat. Selain menjual batik secara online, saat ini ia juga menitipkannya di beberapa tempat, salah satunya Museum Tekstil.

Erna pun harus bersaing dengan batik print buatan pabrik, yang harganya lebih murah. Walau memang agak berat melawan batik print buatan pabrik itu, tetapi bukan berarti itu lalu menjadi alasannya untuk putus asa. Karena saat ini batik tak hanya digunakan di waktu-waktu tertentu saja, sehingga pasarnya masih terbuka luas. Selain itu, batik Betawi juga memiliki keunggulan tersendiri dari warna dan motif. Saat ini sudah ada ratusan motif yang dihasilkan batik Seraci. Saat memulai usaha ini, Erna memang rajin mencari tahu motif batik Betawi dengan bertanya pada budayawan Betawi dan kolektor. Dari situlah ia bisa mengumpulkan motif-motif tradisional seperti motif Ciliwung, Burung Hong, Pucuk Rebung, dan Rasamala.


Selain itu, ia juga terus mengembangkan motif-motif modern demi memperluas pasar. Misalnya motif Ondel-ondel, Penganten Betawi, Demprak, Pitung, dan Monas. Baginya, motif modern yang rumit dan unik adalah motif Pitung, Nandur Padi, dan Baritan. Baritan adalah acara adat berupa selamatan laut yang dilakukan oleh para nelayan. Inspirasi membuat motif-motif tersebut bisa datang dari mana saja. Intinya, motif yang digunakan tidak keluar dari budaya Betawi yang ada. Selain itu, warna yang digunakan dalam batik Betawi adalah warna-warna yang menyala dan berani, seperti oranye, kuning, dan merah.

Sampai sekarang, Erna masih fokus untuk mengembangkan usahanya ini. Kalau sudah bisa berjalan dengan baik dan ia sudah merasa puas, ia masih becita-cita ingin membuka usaha salon. Sementara waktu luangnya setiap akhir pekan ia gunakan untuk kuliah di Fakultas Manajemen Universitas Bororbudur, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar